Kesehatan

Waspada Penyakit Lupus, Bisa Mengintai Wanita hingga Bayi

Tesalonica — Asumsi.co

featured image
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Punya julukan ‘Seribu Wajah’, Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau kerap disebut Lupus, merupakan penyakit autoimun yang mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringannya sendiri. Sehingga, menyebabkan peradangan yang meluas dan kerusakan jaringan pada organ terdampak.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Rematologis, Sahat Ericson Tampubolon, menyebut, penyakit ini dapat menyerang beberapa bagian tubuh seperti kulit, sendi, ginjal, hingga otak. Bahkan, faktor genetik, imunologi, endokrin, dan lingkungan mempengaruhi hilangnya toleransi imunologis terhadap antigen diri.

Lupus di Indonesia

Keseriusan SLE dapat berkisar dari ringan hingga mengancam jiwa. Sehingga, penyakit ini harus ditangani oleh dokter yang memiliki spesialisasi di bidang SLE.

Sahat menyebut, data sementara dari Kementerian Kesehatan menuliskan, ada sekitar 1.250.000 orang Indonesia yang mengalami penyakit ini. Di sisi lain, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, jumlah penderita penyakit lupus di seluruh dunia mencapai lima juta orang untuk kalangan dewasa.

Bahkan, angka tersebut didominasi oleh perempuan usia produktif, dan setiap tahun ditemukan lebih dari 100 ribu penderita baru.

Lebih Banyak Menyerang Wanita

Melansir situs Center for Disease Control and Prevention, penyakit lupus dapat menyerang wanita usia subur, yakni usia 15 hingga 44 tahun. Sahat menyebut, hal itu dipengaruhi karena wanita berhubungan dengan hormon estrogen.

“Kerap dialami wanita muda karena memang masih berhubungan dengan hormon estrogen, dan ditimbulkan oleh pemicu lainnya, seperti sinar matahari, infeksi, serta obat-obatan tertentu,” ucap Sahat kepada Asumsi.co, Selasa (21/12/2021).

Bagi wanita yang mengidap penyakit lupus, biasanya terjadi pembengkakan pada lutut dan demam. Wanita lain mungkin lelah sepanjang waktu atau mengalami masalah ginjal.

Sementara, orang lainnya mengalami ruam. Namun, seiring berjalannya waktu, gejala baru dapat muncul atau beberapa gejala mungkin jarang terjadi.

Lebih parahnya lagi, penyakit lupus dapat menyerang jantung dan osteoporosis bagi wanita.

Empat Jenis Lupus

Berangkat dari data tersebut, tidak sedikit mereka yang menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit Lupus. Hal itu didasari karena penyakit Lupus yang dialami oleh penderita berbeda-beda, tergantung dari manifestasi klinis yang muncul.

Secara garis besar, ada empat jenis lupus, yakni lupus eritematosus sistemik (SLE) yang paling umum, dan paling serius dapat memengaruhi semua bagian tubuh. Gejala umumnya bisa ringan atau berat, seperti kelelahan, rambut rontok, kepekaan terhadap sinar matahari, nyeri, bengkak sendi, demam yang tidak diketahui sebabnya, ruam kulit, dan masalah ginjal.

Selanjutnya, Cutaneous lupus eritematosus yang memengaruhi kulit. Gejala jenis lupus ini, yakni ruam, rambut rontok, pembengkakan pembuluh darah, bisul, serta kepekaan terhadap sinar matahari.

Bahkan, ada dua jenis lupus pada kulit, yakni Diskoid lupus eritematosus yang dimulai dengan ruam merah hingga bersisik atau berubah warna menjadi coklat tua. Ruam ini sering muncul di wajah dan kulit kepala, tetapi dapat memengaruhi daerah lain.

Terkadang, DLE menyebabkan luka di mulut atau hidung. Lalu, Lupus eritematosus kutaneus subakut, menyebabkan lesi kulit yang muncul pada bagian tubuh yang terkena sinar matahari. Namun, berbeda dengan DLE, lesi ini tidak menyebabkan bekas luka.

Kemudian, lupus yang diinduksi obat, merupakan jenis lupus jangka pendek yang disebabkan obat-obat tertentu. Gejala yang dialami di jenis lupus ini, yakni nyeri sendi, nyeri otot, dan demam. Namun, gejalanya tidak terlalu serius seperti SLE, serta tidak memengaruhi organ-organ utama.

Sehingga, jenis penyakit lupus ini seringkali langsung hilang ketika konsumsi obat dihentikan. Obat-obatan yang menyebabkan lupus yakni, obat untuk mengatasi masalah kesehatan kronis lainnya, seperti kejang, tekanan darah tinggi, atau rheumatoid arthritis. Namun, tidak semua orang yang mengonsumsi obat tersebut bakal terkena lupus jenis ini.

Terakhir, lupus neonatal yang menyerang bayi baru lahir. Kondisi lupus ini merupakan hal yang langka pada bayi yang disebabkan oleh antibodi tertentu dari ibu.

Antibodi ini dapat ditemukan pada ibu yang mengidap lupus. Diketahui, orang yang menderita lupus, bukan berarti langsung dapat menularkannya kepada bayi. Sebagian besar bayi dari ibu penderita lupus dalam kondisi sehat.

Bayi juga mungkin menderita lupus neonatal meskipun ibunya tidak menderita lupus saat ini. Tapi, jika bayi lahir dengan penyakit lupus, seringkali sang ibu akan terkena penyakit lupus di kemudian hari.

Saat lahir, bayi dengan lupus neonatal mungkin mengalami ruam kulit, masalah hati, atau jumlah sel darah rendah. Gejala-gejala ini sering hilang sepenuhnya setelah beberapa bulan dan tidak memiliki efek yang bertahan lama. Bayi dengan lupus neonatal juga dapat memiliki kelainan jantung yang jarang namun serius.

“Anak-anak dapat terkena serupa dengan gejala yang disebutkan sebelumnya, sehingga orang tua perlu waspada dan melakukan konsultasi berkala, bila sudah ada tanda-tanda penyakit ini,” kata Sahat dengan nada tegas.

Tiga Faktor Penyebab

Sahat menyebut, kalau penyakit lupus dapat diakibatkan karena tiga faktor. Faktor pertama, lingkungan seperti sinar matahari, stress, merokok, obat-obatan tertentu, dan virus yang dapat memicu penyakit ini muncul.

Faktor kedua, hormon seperti estrogen yang kerap terjadi pada wanita. Faktor ketiga, masalah dengan sistem kekebalan tubuh.

Cara Pencegahan dan Pengobatan

Sahat mengatakan, penyakit ini dapat diobati dengan pola hidup yang sehat seperti melindungi kulit dari paparan sinar matahari secara langsung dengan memakai pakaian tertutup, dan mengoleskan tabir surya.

“Perlu juga untuk rajin berolahraga demi kesehatan otot dan tulang. Coba untuk beristirahat dengan cukup, serta menerapkan pola makan yang sehat,” ungkap Sahat.

Lebih lanjut, Sahat menegaskan, untuk mengurangi atau menghindari konsumsi alkohol, sebab hal itu dapat berdampak pada obat yang mengatasi penyakit lupus.

“Namun, jika sudah mengalami infeksi atau semakin parah, pasien harus berkonsultasi dengan dokter rematologis sebagai upaya penanganan dini,” imbuhnya. (rfq)

Baca Juga:

Mengenal Fenomena Emotional Eating dan Cara Mengatasinya

Mengenal Ulkus Dekubitus, Penyakit yang Diderita Laura Anna

Kenali Demensia, Gejala dan Cara Pencegahannya

Share: Waspada Penyakit Lupus, Bisa Mengintai Wanita hingga Bayi