Selebgram Laura Anna baru-baru ini ramai diperbincangkan warganet. Sebab, ia mengalami kecelakaan mobil bersama mantan kekasihnya Gaga Muhammad pada 8 Desember 2019.
Sebelumnya, Laura menyebut kronologi kecelakaan yang dialami keduanya karena Gaga mabuk ketika menyetir mobil BMW biru hingga berujung rusak. Laura pun menuntut Gaga untuk membayar seluruh biaya pengobatan selama ini, akibat kecelakaan itu hingga berujung ke pengadilan.
Imbas kecelakaan ini, Laura nyatanya mengalami penyakit Cervical Vertebrae Dislocation atau dislokasi tulang leher. Selain mengalami penyakit tersebut, Laura juga menderita Ulkus Dekubitus akibat berbaring terlalu lama.
Ia sempat menuliskan curhatannya pada akun Instagram @edlnlaura, dengan membagikan gambar dan menunjukkan bekas luka dekubitus.
Mengenal Ulkus Dekubitus
Namun, penyakit ulkus dekubitus belum banyak dikenal publik. Melansir Healthline, ulkus dekubitus dikenal sebagai luka tekanan atau luka baring , dalam bahasa Inggris pressure ulcer atau bed sores. Luka tersebut terjadi pada kulit dan jaringan di bawahnya.
Biasanya, terdapat tonjolan tulang sebagai akibat dari adanya gaya gesek, peregangan kulit, dan tekanan. Penurunan aliran darah ke area ini menyebabkan kerusakan jaringan hingga kematian.
Ulkus dekubitus sering terjadi pada kulit yang merunut ke daerah tulang. Sebab, tempat yang paling umum beresiko, yakni bokong, tulang ekor, tumit, pinggang, siku, lutut, sendi pergelangan kaki, dan bagian belakang bahu.
Dikutip dari Alomedika, terdapat 33% insiden ulkus dekubitus secara global. Sehingga, pusat pelayanan kesehatan akut maupun kronik, mulai fokus terhadap masalah penyakit ini.
Terdeteksi di Beberapa Negara
Faktanya, ulkus dekubitus menyebabkan morbiditas dan moralitas di pelayanan kesehatan. Amerika Serikat mencatat penyakit ini terjadi pada pasien rawat inap, yakni sekitar 2,7% hingga 29%.
Sementara, perawatan dalam ruang intensif mencapai 33% dan prevalensi 41%. Diikuti oleh Brazil 12,7%, Turki 10,4%, dan Thailand 47,6%.
Salah satu wilayah di Indonesia, yakni Pontianak mendeteksi adanya penyakit ulkus dekubitus sebesar 33,3% pada 2003. Sedangkan, wilayah lainnya belum ada data yang pasti.
Siapa yang Terdampak?
Kondisi ini umumnya dialami oleh orang-orang yang lebih tua atau mengalami penurunan mobilitas. Namun, faktor lainnya ketika seseorang terpaksa berbaring setelah operasi, merokok, mengalami obesitas, tidak mendapat nutrisi yang cukup, mengalami inkontinensia urine atau usus, diabetes, aterosklerosis, gagal jantung, gagal ginjal, penyakit parkinson, dan sklerosis ganda.
Melansir Mayo Clinic, orang yang paling beresiko mengalami ulkus dekubitus terbatas, ketika ingin mengubah posisi. Bahkan, mereka terpaksa menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat tidur.
Ulkus dekubitus dapat berkembang selama berjam-jam bahkan berhari-hari. Sehingga, apabila tidak diobati dengan cepat, infeksi dapat menyebar ke darah, jantung, tulang, bahkan mengancam nyawa.
Gejala Ulkus Dekubitus
Penderita penyakit ini memiliki gejala awal, yakni perubahan warna atau tekstur kulit yang tidak biasa, pembengkakan, pengeringan seperti nanah, dan area kulit yang terasa lebih dingin atau hangat saat disentuh dibanding area lain. Namun, apabila luka sudah infeksi akan timbul kemerahan, nanah, berbau busuk, hingga demam.
Ulkus dekubitus terjadi secara bertahap. Faktanya, dekubitus stadium 1 dan 2 tidak memerlukan pembedahan, sedangkan stadium 3 dan 4 segera harus dioperasi.
Pada tahap pertama kulit tidak akan pecah, namun berubah warna. Area tersebut mungkin terlihat berwarna merah jika warna kulit dasarnya terang. Apabila, memiliki kulit yang lebih gelap, perubahan warna dapat bervariasi dari biru ke ungu.
Selain itu, kulit akan terasa hangat saat disentuh, terlihat bengkak, menyakitkan, gatal, dan terasa terbakar. Lebih lanjut, tahap kedua, luka pada kulit terlihat seperti luka dangkal atau luka yang dapat mengeluarkan nanah.
Namun, luka juga mungkin terlihat seperti melepuh dan berisi cairan. Sehingga, luka ini mempengaruhi lapisan kulit pertama atau epidermis dan lapisan kedua atau dermis. Penderita akan merasakan sakit dan kulit sekitarnya berubah warna.
Sementara tahap ketiga, luka tersebut jauh lebih dalam di kulit, serta mempengaruhi lapisan lemak. Sehingga, luka terlihat seperti kawah dan berbau busuk. Selanjutnya tahap keempat, luka akan sangat dalam dan mempengaruhi banyak lapisan jaringan termasuk tulang.
Tak hanya itu, bakal terdapat banyak jaringan mati dan timbul nanah. Sehingga, penyakit ini menimbulkan infeksi yang cukup parah. Bahkan, penderita dapat melihat otot, tulang, tendon, dan sendi.
Penanganan Ulkus Dekubitus
Melansir KlikDokter, dekubitus dapat ditangani dengan upaya mengurangi tekanan pada bagian tubuh yang mengalami luka. Penderita dapat menangani dengan merawat luka tersebut, mengatasi rasa nyeri, mencegah terjadinya infeksi, dan menjaga asupan nutrisi yang optimal.
Ulkus dekubitus dapat diturunkan tekanannya dengan mengganti posisi setidaknya setiap jam dalam posisi duduk, dan dua jam dalam posisi berbaring di tempat tidur. Penderita juga perlu membersihkan dan merawat luka dengan cairan salin serta perban.
Dianjurkan juga mengangkat jaringan yang rusak, guna membantu proses penyembuhan. Lebih lanjut, penderita perlu melakukan pengobatan dengan beberapa jenis obat-obatan yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri atau infeksi.
Tahap terakhir, perlu melakukan pembedahan. Metode ini dilakukan ketika luka menjadi lebih besar.
Pencegahan Ulkus Dekubitus
Namun, dianjurkan untuk melakukan upaya pencegahan sebelum menderita dekubitus. Sebab, perlu untuk mengubah posisi sebagai upaya menghindari tekanan yang berlebih, menjaga kesehatan kulit, menerapkan asupan nutrisi dan cairan yang mencukupi, menghindari merokok, mengendalikan stress dengan baik, serta berolahraga secara rutin.
Pilih juga bantal atau sprei yang membantu mengurangi tekanan pada luka. Selain itu, sandaran ranjang di area bagian kepala, dapat dinaikkan sekitar 30 derajat.
Terakhir, disarankan untuk menjaga kebersihan pada kulit, dan memeriksa kulit secara rutin untuk melihat gejala awal ulkus dekubitus. (rfq)
Baca Juga: