Ketika kita ingin membeli sebuah saham perusahaan, tentu saja kita harus mengetahui portofolio perusahaan. Salah satu cara untuk mengetahuinya adalah menghitung rasio-rasio di laporan keuangan mereka.
Felisya, Research Analyst dari Infovesta menjelaskan, ada empat rasio yang harus diperhatikan dalam laporan keuangan, yaitu profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas. Berikut penjelasan singkat mengenai rasio-rasio tersebut dan cara penggunaanya.
1. Rasio profitabilitas
Metode ini, kata Felisya, untuk menganalisa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari aktivitas bisnisnya dalam periode waktu tertentu.
“Cara mengetahuinya bisa dengan melihat margin laba kotor, margin laba operasional, margin laba bersih, rasio pengembalian aset, ekuitas, dan perusahaan, return on investment dan terakhir adalah earning per share,” katanya saat dihubungi Asumsi.co.
Adapun rasio profitabilitas adalah sebagai berikut.
Perhitungan antara penjualan dengan beban. Perhitungan ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melakukan controlling terhadap biaya persediaan. Semakin besar rasio ini, semakin baik pula kinerja perusahaan.
Perhitungan yang dilakukan dengan mengabaikan kewajiban finansial berupa bunga serta pajak. Nilai rasio yang semakin besar akan menunjukkan baiknya kinerja perusahaan.
Sarana perbandingan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Semakin besar rasio ini, semakin baik pula kinerja perusahaan
Alat yang digunakan untuk menilai persentase laba terhadap total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin besar rasio ini, semakin baik pula kinerja perusahaan.
Alat yang digunakan untuk menilai persentase laba terhadap total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi laba yang dihasilkan, nantinya skor ROE akan semakin tinggi.
Mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan lebih tinggi dari biaya variabel demi kepentingan produksi.
Berfungsi untuk menunjukkan betapa efisien atau tidaknya kinerja perusahaan selama masa periode akuntansi tersebut.
Mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba terhadap aktiva yang dimiliki. Semakin tinggi rasio return on investment maka semakin baik kinerja perusahaan.
Mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba terhadap investasi yang dilakukan. Semakin besar skor EPSnya, perusahaan dinilai lebih kompeten dalam menghasilkan laba atau keuntungan.
Baca juga: Mengenal Gaya Trading Saham, Ini Kata Praktisi | Asumsi
2. Rasio likuiditas
Menurut Felisya, Liquidity Ratio menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.
“Liquidity ratio adalah rasio lancar, rasio cepat dan rasio kas,” katanya.
Berikut ini adalah jenis rasio likuiditas.
Mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva perusahaan yang likuid pada saat ini atau aktiva lancar (current asset). Jika angka rasio lancar suatu perusahaan lebih dari 1,0 kali, maka perusahaan tersebut punya kemampuan yang baik dalam melunasi kewajibannya. Sebab, perbandingan aktivanya lebih besar dibanding kewajiban yang dimiliki. Namun, jika rasio lancar yang dimiliki perusahaan nilainya di bawah 1,0 kali, maka kemampuannya dalam melunasi utang masih dipertanyakan.
Inventaris tidak termasuk ke dalam perhitungan quick ratio karena sulit untuk ditukar dengan kas, sehingga quick ratio jauh lebih ketat dari current ratio. Jika nilainya di atas 3,0 kali maka bukan berarti keadaan likuiditas perusahaan sedang baik. Boleh jadi kas perusahaan jumlahnya besar karena tidak dialokasikan ke mana pun sehingga tidak produktif.
Ini untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan menjadikan kas sebagai acuan. Rasio kas jarang digunakan oleh perusahaan karena kurang realistis dan tidak mudah dipertahankan nilainya. Jumlah kas berlebih yang ada pada perusahaan yang mampu menutupi kewajiban lancar sering dianggap sebagai kas tidak produktif yang tidak dimanfaatkan dengan baik.
Baca juga: Gencarnya Milenial Investasi Saham | Asumsi
3. Solvency ratio
Menurut Felisya, solvency ratio adalah rasio yang digunakan dalam rangka menilai kemampuan sebuah perusahaan atas pelunasan hutang dan seluruh kewajibannya.
“Dengan menggunakan jaminan modal maupun aktiva (harta kekayaan dalam bentuk apa pun) yang dimiliki dalam jangka panjang serta jangka pendek,” katanya.
Adapun solvency ratio adalah sebagai berikut.
Tingkat rasio yang rendah berarti kondisi perusahaan semakin baik karena porsi utang terhadap modal semakin kecil. Batas terendah dari rasio ini adalah 100% atau 1:1
Rasio ini membandingkan laba sebelum pajak dan bunga terhadap biaya bunga yang sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi.
Baca juga: GoTo Jajaki Bursa Saham, Diyakini Menarik Minat Investor Muda| Asumsi
4. Rasio aktivitas
Rasio ini akan melihat tingkat aktivitas aktiva pada beberapa aset di tingkat kegiatan tertentu. Adapun rasio aktivitas adalah sebagai berikut.
Rasio ini mengukur aktivitas aset dan kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan melalui asetnya.
Mirip dengan rasio perputaran persediaan, perbedaannya adalah rasio perputaran aset lancar mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan dari aset lancarnya, seperti kas, inventaris, piutang, dan lain-lain.
Rasio ini mengukur jumlah uang tunai yang dibutuhkan untuk menghasilkan tingkat penjualan tertentu. Modal kerja yang tinggi kemungkinan besar mengindikasikan penggunaan modal kerja yang menguntungkan. Dengan kata lain, penjualan harus mencukupi terkait dengan modal kerja yang tersedia. Namun, perbandingan dengan perusahaan sejenis atau rata-rata industri harus dibuat sebelum menarik kesimpulan.
Ini adalah rasio lain yang dapat digunakan untuk melakukan analisis aktivitas suatu perusahaan. Berbeda dengan perputaran piutang, rasio ini mengukur berapa kali per tahun perusahaan membayar hutangnya kepada pemasok (kreditor). Rasio perputaran hutang yang lebih tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya kepada kreditor secara sehat dan teratur.
Felisya menjelaskan, rasio-rasio di atas digunakan ketika seorang investor ingin berinvestasi. Misalnya di sektor telekomunikasi, investor dapat memperhatikan nilai Earnings Per Share yang merupakan salah satu rasio dalam rasio profitabilitas dan dibandingkan dengan perusahaan lain di industri yang sama.
“Apakah nilai EPS perusahaan tersebut lebih tinggi daripada perusahaan kompetitor yang menandakan bahwa perusahaan lebih kompeten dalam menghasilkan laba atau keuntungan,” katanya.
Berikutnya, kata dia, investor dapat melihat dari rasio likuiditas dengan menggunakan quick ratio, jika nilai quick ratio dari perusahaan di atas 1, menandakan likuiditas perusahaan sedang dalam keadaan baik.
“Selanjutnya dari sisi solvabilitas perusahaan. Contohnya dengan menggunakan Debt to Equity Ratio yang baik, maka porsi hutang pada perusahaan tersebut cenderung kecil dan mengurangi risiko gagal bayar perusahaan dalam melunasi hutangnya,” katanya.
Dari rasio aktivitas, ia mencontohkan, jika melihat dari inventory turnover cenderung baik saat waktu yang diperlukan perusahaan untuk mengubah persediaannya menjadi penjualan lebih cepat.
“Maka semakin cepat perusahaan dapat membukukan keuntungan, semakin baik perusahaan itu. Oleh karena itu, rasio-rasio ini dapat digunakan oleh investor sebagai peringatan apabila perusahaan terkait sedang dalam keadaan keuangan yang tidak baik,” katanya.