Sejarah

Hari Lahir Pancasila, Digagas Soekarno, Dilarang Soeharto, Diliburkan Jokowi

Irfan — Asumsi.co

featured image
Disparbud Provinsi Jawa Barat

Tanggal 1 Juni 1945 menandai dipaparkannya dasar negara Indonesia oleh Soekarno yang dinamai sebagai Pancasila. Disampaikan dalam rangkaian sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), tanggal 1 Juni, lantas diikrarkan sebagai hari lahirnya lima pijakkan NKRI itu.

Namun, tanggal ini tak langsung diperingati setiap tahunnya. Mengutip tulisan peneliti LIPI Asvi Warman Adam, peringatan Hari Pancasila setiap 1 Juni sempat dilarang di era Orde Baru Presiden Soeharto.

Tak Langsung Melarang

Soeharto sebetulnya tak serta merta melarang peringatan Hari Pancasila tiap 1 Juni. Soalnya, saat dia baru menjabat sebagai Presiden pada tahun 1966, ia juga sempat memberi pidato pada Peringatan Hari Lahir Pancasila. Salah satunya di tahun 1967.

Baca juga: Hari Lahir Pancasila: Bagaimana Kalender Menciptakan Sebuah Bangsa | Asumsi

Diunggah di laman Soeharto.co, pidato Soeharto pada Hari Lahir Pancasila di tahun 1967 terdiri dari enam halaman yang diketik dengan mesin tik.

Setahun setelahnya, Soeharto juga masih memperingati Hari Lahir Pancsila 1 Juni. Pada peringatan di tahun 1968 ini, Soeharto mencatat tiga hal penting, yakni perbaikan ekonomi, melaksanakan demokrasi, dan menghadapi ancaman bahaya PKI.

Baru pada 1 Juni 1970, sekira empat tahun setelah Soeharto menjabat sebagai Presiden, Kopkamtib mulai melarang peringatan lahirnya Pancasila.

Ini tak lain menjadi salah satu upaya Orde Baru mengikis pengaruh Soekarno setelah tak lagi menjabat sebagai Presiden pada 1966. Kelahiran Pancasila dibuat kontroversial lewat buku berjudul “Naskah Proklamasi jang Otentik dan Rumusan Pancasila jang Otentik” tulisan Nugroho Notosusanto yang diterbitkan Pusat Sejarah ABRI, Departemen Pertahanan-Kemanan, 1971.

Mengutip Asvi, dalam buku itu, Nugroho mengatakan bahwa ada empat rumusan Pancasila, yaitu yang disampaikan Muh. Yamin (29 Mei 1945), Soekarno (1 Juni 1945), berdasar hasil kerja Tim Sembilan yang dikenal sebagai Piagam Jakarta (22 Juni 1945), dan sebagaimana termaktub dalam UUD 1945 (18 Agustus 1945). Menurut Nugroho, rumusan Pancasila yang otentik adalah rumusan 18 Agustus 1945 karena Pancasila yang termasuk dalam pembukaan UUD 1945 itu dilahirkan secara sah di tanggal itu.

Nugroho juga menulis, sebagai sebuah gagasan, tidak tepat kalau lahirnya Pancasila dikaitkan pada satu tokoh saja. Tokoh yang ditunjuk Nugroho tentunya Soekarno.

Nugroho juga menilai, Pancasila 1 Juni sangat rawan karena pada saat dirumuskan, sila kedua digagas sebagai internasionalisme yang dianggap sebagai semboyan komunisme. Sejarahnya bahkan lebih kabur lagi karena pada buku-buku sejarah yang sempat digunakan sebagai buku ajar di sekolah, Pancasila disebut merupakan karya seluruh bangsa Indonesia sejak zaman purbakala hingga masa sekarang.

Baca juga: Hari Kesaktian Pancasila, Salah Satu Hari Besar yang Ditetapkan di Zaman Orde Baru | Asumsi

Delapan tahun dilarang, pada 1978, Hari Lahir Pancasila kembali boleh diperingati, meski bukan hari nasional. Menteri Penerangan yang saat itu dijabat Ali Murtopo menyebut kalau pun ada peringatan itu bukan berasal dari pemerintah atau negara.

Lebih Memilih Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober

Orde Baru sendiri lebih memilih Hari Kesaktian Pancasila 1 Okober sebagai hari memperingati ideologi negara. Ini tak lepas dari klaim Soeharto yang merasa jadi juru selamat dalam gonjang-ganjing 1965.

Mengutip Tempo, Ali Murtopo menyebut peringatan ini mencakup banyak aspek, seperti sejarah, ketatanegaraan, ideologi, dan budaya.

Pada “Jejak Langkah Pak Harto 01 Oktober 1965-27 Maret 1968”, Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober ditetapkan pertama kali dalam Surat Keputusan No. 53/1967. Pada pidatonya di Hari Kesaktian Pancasila 1971 yang digelar di Lubang Buaya, Jakarta Timur, Soeharto menyebut tujuan peringatan itu, “yakni membulatkan tekad untuk meneruskan perjuangan mengawal, mengamalkan, dan mengamankan Pancasila secara gigih sesuai dengan naluri amal bakti para Pahlawan Revolusi”.

Baca juga: Wisata Bhinneka: Mempelajari Toleransi Antar Umat Beragama di Jakarta Lewat Pariwisata | Asumsi

Menurutnya, ada dua prinsip utama yang lagi-lagi dikaitkan dengan pengkhianatan terhadap negara. “Yang pertama adalah memelihara terus menerus kewaspadaan dan daya juang terhadap ancaman-ancaman pengkhianatan dua kali terhadap negara, bangsa, dan Pancasila. Kedua, lebih mempertebal dan menerapkan kebenaran dan keunggulan Pancasila sebagai way of life rakyat Indonesia dengan memberikan isi yang sebesar-besarnya, setepat-tepatnya, semurni-murninya sesuai dengan jiwa semangatnya di dalam memenangkan Orde Baru”.

Diluruskan oleh Susilo Bambang Yudhoyono

Baru di era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tanggal 1 Juni kembali diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Meski belum ditetapkan sebagai hari libur nasional, upaya SBY pada 2006 ini dianggap telah meluruskan sejarah yang selama ini kabur.

Dalam tulisan Asvi, kalau pun mengacu pada empat rumusan yang dipaparkan Nugroho, maka Soekarno tetap berada dalam posisi penting, setidaknya di tiga momen rumusan tersebut. Pada ketiga kejadian itu, Soekarno menduduki posisi penting. Tanggal 1 Juni sebagai penyampai pidato, 22 Juni sebagai ketua Tim Sembilan yang melahirkan Piagam Jakarta, dan 18 Agustus 1945 sebagai ketua PPKI yang kemudian dipilih secara aklamasi sebagai presiden RI.

“Yamin sendiri dalam bukunya mengakui Soekarno sebagai penggali Pancasila. Panitia Lima, yang diketuai Hatta, juga mengakui Sukarno yang pertama berpidato tentang Pancasila,” tulis Asvi.

Jadi Hari Libur di Era Jokowi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) melangkah lebih jauh dengan menjadikan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila sekaligus hari libur nasional. Pengumuman bahwa 1 Juni diputuskan sebagai Hari Lahir Pancasila disampaikan pada 2016 melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016.

Penetapan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila dan hari libur nasional disampaikan Jokowi dalam Peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 di Bandung, Jawa Barat, Rabu (1/6/2016).

“Maka, dengan mengucap syukur kepada Allah dan bismillah, dengan keputusan presiden, tanggal 1 Juni ditetapkan untuk diliburkan dan diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila,” kata Jokowi.

Share: Hari Lahir Pancasila, Digagas Soekarno, Dilarang Soeharto, Diliburkan Jokowi