Tanggal 25 Juni, sejak tahun 2011 diperingati sebagai hari Vitiligo Sedunia. Vitiligo sendiri merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan warna kulit memudar akibat sel pigmen tubuh yang berhenti berproduksi. Pengidap vitiligo biasanya memiliki bercak putih di kulit atau pada beberapa kondisi juga di rambut atau bagian dalam tubuh seperti lidah.
Penyakit ini memang bukan merupakan penyakit yang umum. Mengutip CNN Indonesia, berdasarkan data Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), prevalensi vitiligo di Indonesia adalah sekitar 0,1 sampai dua persen dari sekitar lima juta penduduk Indonesia.
Namun, meski jumlah pengidapnya tidak banyak, bukan berarti membuat kita lantas abai. Apalagi para pengidap virtiligo seringkali juga mendapat stigma karena kondisi fisiknya yang tidak biasa.
Dirundung Mitos
Mengutip laman The Health Site, belum diketahui pasti apa yang membuat sel tersebut berhenti memproduksi pigmen tubuh. Namun, penyakit ini bisa mempengaruhi orang-orang dari semua jenis kulit.
Vitiligo juga bukan penyakit menular. Hanya saja, pada beberapa pengidap kerap ditemukan beberapa komplikasi. Dan yang lebih buruk dari itu adalah rundungan mitos yang membuat pengidapnya kerap mendapat diskriminasi dan menyisakan beban psikologis tersendiri buat mereka.
Baca Juga:Seberapa Bahaya Mutasi Baru Covid-19 Delta Plus?
Mitos yang sering disematkan pada pengidap vitiligo di antaranya adalah penyakit ini bisa menular lewat sentuhan. Padahal faktanya, vitiligo adalah gangguan autoimun dan sama sekali tidak menular.
Ini adalah salah satu mitos yang dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap stigma yang melekat pada pengidap vitiligo. Mitos ini membuat orang-orang menjauhi pengidap vitiligo dan mencoba menghindari semua jenis kontak fisik, baik itu jabat tangan sederhana atau pelukan. Karena itu banyak pasien vitiligo menderita tekanan psikologis.
Selain itu ada juga mitos yang menyebut kalau penyakit ini tidak bisa sembuh. Padahal, dengan perawatan tepat, kondisi akibat vitiligo bisa diminimalkan.
Beberapa terapi yang dilakukan di antaranya terapi foto untik membantu oigmentasi ulang atau tindakan operasi. Namun memang perlu waktu panjang dan rumit untuk proses penyembuhan ini. Beberapa di antaranya juga masih berpotensi kambuh. Kenyataan ini membuat sebagian pengidap memilih untuk menerima kondisinya dan hidup bersama vitiligo meski stigma masih mungkin merundung mereka.
Yang Melawan Stigma Vitiligo
Banyak nama pesohor yang menyadang vitiligo. Nama yang paling tenar mungkin penyanyi asal Amerika Serikat Michael Jackson. Bahkan, peringatan Hari Vitiligo Sedunia jatuh pada 25 Juni pun didasarkan pada kematian MJ.
Mengutip UMASS Medical School, pengakuan publik pertama MJ soal kesehatan kulitnya disampaikan dalam acara talkshow yang dipandu Oprah pada 1993. Dia mengatakan bahwa kulitnya mulai berubah beberapa saat setelah “Thriller”, yang dirilis pada tahun 1982.
Setelah kematiannya, laporan otopsinya juga menyatakan bahwa ada “bercak-bercak daerah berpigmen terang dan gelap” pada pemeriksaan kulitnya, dan vitiligo terdaftar sebagai diagnosis dalam riwayat medisnya.
Baca Juga:BPOM: Ivermectin Bukan Obat Covid-19, Melainkan Obat Cacing
Selain itu, satu tabung krim Benoquin 20 persen yang tercatat di antara obat-obatannya, mengungkapkan bahwa dia memang menggunakan pengobatan yang disetujui FDA ini untuk vitiligo.
John E Harris, peneliti Vitiligo di UMASS Medical School menyebut pengakuan MJ soal vitiligonya adalah hal yang luar biasa. Namun, stres yang ia idap karena kondisi kulitnya ini bukanlah contoh yang baik bagi pasien vitiligo lain.
“Ia tidak diragukan lagi stres oleh vitiligo dan visibilitas, dan ini mungkin menjadi faktor penting dalam menghindari publik di kemudian hari, penggunaan obat-obatan (yang akhirnya menjadi penyebab kematiannya), dan frustrasinya tentang invasi pers ke dalam kehidupan pribadinya. Apakah dia menderita vitiligo? Ya, tapi dia mungkin bukan contoh yang bagus dalam menindaklanjuti penyakitnya,” ucap dia.
Pesohor lain dengan vitiligo yang mungkin kini sedang ada di puncak karir adalah model Winnie Harlow. Perempuan kelahiran 1994 yang merupakan keturunan Jamaika ini baru mengidap vitiligo saat usianya empat tahun.
Sebelum setenar sekarang, vitiligo yang diidap model jebolan America’s Next Top Model ini membawanya pada banyak pengalaman diskriminatif. Ada yang menyebutnya sapi bahkan mengiranya menderita penyakit kusta.
Namun di tengah cercaan yang ia terima, ia mencoba tabah dan tetap meniti asa untuk menggapi cita-cita yang lama ia idamkan yaitu menjadi top model.
Perjuangannya pun membuahkan hasil. Meski tak menjadi pemenang serial ANTM karena terdepak di episode keempat, kiprahnya tak lantas padam. Ia misalnya tampil dalam video musik “Guts Over Fear” milik rapper Eminem dan Sia.
Winnie juga mentas sebagai model di banyak merek internasional hingga tampil di sejumlah perhelatan fashion bergengsi mulai dari London Fashion Week, ketika ia terpilh menjadi model dari label Ashish. Lalu label asal Italia, Diesel, juga memilihnya untuk menjadi model koleksi musim semi dan musim panas.
Semangatnya yang membuat ia mampu menggapai apa yang ia cita-citakan. “Ini hidup saya. Saya bahagia dengan apa yang akan dikerjakan orang lain. Entah itu menghitamkan alis, suntik bibir, potong rambut, liposuction, terserah. Orang berpikir saya menipu diri sendiri, karena saya sangat bangga dengan kulit yang saya perjuangkan, bahwa tidak ada perbedaan antara kulit saya dengan yang lainnya. Saya sedang tidak melawan siapapun selain menjadi bahagia,” kata Winnie, seperti dilansir The Guardian.
Menurutnya, bagaimana pun kondisi kulitnya ia adalah seorang model. Baik ketika kulitnya menghitam semua, atau bahkan memutih seluruhnya. “Saya tidak tergantung pada kulit saya. Saya hanya seorang model dengan kondisi kulit yang khusus,” kata dia.
Semangat Harlow memicu sejumlah pengidap vitiligo lainnya untuk meraih mimpi yang sama. Salah satunya Shahad Salman, model perempuan asal Saudi Arabia.
“Sebelumnya, saya merasa tidak percaya diri dan saya tidak suka dengan penampilan saya. Kemudian, Winnie Harlow datang dan memberikan dukungan kepada saya agar tetap percaya diri,” kata Shahad.