Covid-19

Seberapa Bahaya Mutasi Baru Covid-19 Delta Plus?

Citra — Asumsi.co

featured image
Unsplash

Belum reda lonjakan kasus Covid-19 akibat varian Delta,
pemerintah India kini mendeteksi temuan varian baru COVID-19. Varian baru itu
bernama Delta Plus. Penemuan
ini diumumkan pada Selasa (22/6/2021), setelah para ilmuwan yang bekerja di
sebuah konsorsium laboratorium pengurutan genom mengatakan kepada pemerintah
bahwa mereka telah menemukan bukti varian baru yang lebih mudah menular.

Dikutip
dari 
BBC,
Kementerian Kesehatan India mengatakan, varian ini telah terdeteksi di sekitar
40 sampel dari enam distrik di tiga negara bagian. Yakni Maharashtra, Kerala,
dan Madhya Pradesh. 
Setidaknya, 16 dari sampel
tersebut ditemukan di Maharashtra, yang termasuk sebagai negara bagian terparah
dilanda pandemi.

Tak hanya
menyebar secara nasional, varian Delta Plus juga telah ditemukan di sembilan
negara lain, dari Amerika Serikat, Inggris,
Portugal, hingga Rusia.
Varian baru ini pun ditakuti dapat memicu
gelombang ketiga pandemi Covid-19.

“Ini
mengkhawatirkan karena kami tidak cukup tahu tentang bagaimana perilakunya dari
sini,” kata Om Shrivastava, anggota Gugus Tugas Maharashtra untuk COVID,
dikutip dari 
NDTV.

Oleh
karena itu, pemerintah India menyarankan negara-negara bagian yang terjangkit
Delta Plus untuk mengambil tindakan di distrik dan klaster di mana varian
tersebut telah dilaporkan. 
Langkah-langkah
yang disarankan antara lain mencegah kerumunan dan berkumpulnya banyak orang,
pengujian secara luas, pelacakan dengan segera, dan vaksinasi yang meluas.

Baca Juga : Studi Epidemiolog: Banyak Orang Tak Sadar Pernah Terinfeksi Covid-19

“Pemerintah
pusat telah mengirim instruksi ke negara-negara bagian ini tentang respons
kesehatan masyarakat mereka. Langkah-langkahnya, sementara secara luas tetap
sama seperti yang telah diterapkan oleh mereka sebelumnya, harus menjadi lebih
fokus dan efektif. Kami tidak ingin angka yang kecil ini kemudian menjadi lebih
besar,” kata Dr VK Paul, anggota 
think-tank kebijakan pemerintah, dikutip dari 
The Straits Times.

Lantas,
bagaimana varian Delta Plus bisa muncul, di tengah masih maraknya varian
pendahulunya, Delta? Dan bagaimana risikonya?

Mari
mengenal lebih dalam mengenai varian Delta Plus.

Apa itu varian Delta Plus?

Delta Plus
merupakan varian turunan dari B.1.617.2 atau Delta, yang pertama kali
terdeteksi di India pada tahun lalu. Varian Delta memperoleh mutasi protein
lonjakan yang disebut K417N.

Mutasi ini
juga ditemukan dalam varian Beta yang pertama kali diidentifikasi di Afrika
Selatan.
Kemunculan K417N dalam varian Delta yang dianggap sangat menular
ditakuti memicu adanya gelombang kedua Covid-19 di dunia. 

“Mutasi
K417N telah menarik karena hadir dalam varian Beta (garis keturunan B.1.351),
yang dilaporkan memiliki sifat penghindaran kekebalan,” kata Kementerian
Kesehatan India dalam sebuah pernyataan, dikutip dari The
Indian Express
.

Sementara
itu, Shahid Jameel, ahli virologi top India, mengatakan bahwa K417N diketahui
mengurangi efektivitas campuran antibodi monoklonal terapeutik. 
Varian
Delta Plus juga disebut  memiliki ikatan kuat pada sel paru-paru.

Kini, ada dua turunan yang dilaporkan
dari varian Delta Plus. Keduanya yaitu Delta-AY1 dan Delta-AY2. Saat ini,
Delta-AY1 lah yang tampaknya paling tersebar luas secara global.

Dari mana datangnya varian Delta Plus?

Kasus pertama akibat Delta Plus ditemukan di India pada 5 April
2021. Namun, variannya kini telah menyebar ke banyak negara. Melansir dari 
Guardian, kasus varian Delta Plus telah ditemukan di Inggris, AS, Kanada,
Portugal, Polandia, Swiss, Rusia, Turki, Jepang, dan Nepal.

Mulanya,
varian Delta Plus pertama kali dianggap sebagai varian Nepal. Pasalnya, varian
ini terungkap setelah 13 orang terjangkit saat melakukan perjalanan dari Nepal
ke Jepang. Namun, tidak jelas dari mana varian tersebut awalnya muncul saat itu.

Kasus
Delta Plus pun akhirnya tercatat untuk pertama kalinya di Inggris pada 28 April
2021. Sejauh ini, jumlah kasus yang disebabkan varian Delta Plus tetap
kecil. Pada 18 Juni 2021, Kementerian Kesehatan
Inggris telah
mengidentifikasi 36 kasus positif, dan dua kemungkinan merupakan kasus infeksi
Delta-AY1 di Inggris. Tidak ada Delta-AY2 yang terdeteksi di negara ini.

Apakah vaksin efektif melawan varian ini?

Dikutip
dari 
NDTV, menurut
para ilmuwan, masih terlalu dini untuk membicarakannya. Pemerintah India
mengatakan, Covishield dan Covaxin efektif terhadap varian Delta
.
Namun, data tentang seberapa efektif mereka terhadap Delta Plus akan dibagikan
nanti.

Seberapa berbahaya varian Delta Plus?

Varian
Delta Plus masuk ke dalam daftar varian yang menjadi perhatian. Bukti
menunjukkan bahwa Delta Plus setidaknya memiliki beberapa kriteria, termasuk
penularan yang mudah, menyebabkan penyakit yang lebih parah, 
netralisasi yang berkurang oleh antibodi, atau
penurunan efektivitas pengobatan dan vaksin.

Meskipun
begitu, ahli virologi terkemuka masih mempertanyakan pelabelan Delta Plus
sebagai varian yang mengkhawatirkan. Belum ada data yang membuktikan Delta Plus
lebih menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan varian
lainnya.

“Belum
ada data untuk mendukung varian dari klaim kekhawatiran,” ujar Dr
Gagandeep Kang, seorang ahli virus dan wanita India pertama yang terpilih
sebagai Anggota Royal Society of London. 

“Anda
memerlukan informasi biologis dan klinis untuk mempertimbangkan apakah itu
benar-benar varian yang menjadi perhatian,” imbuhnya, dikutip dari BBC.

Ini
berarti, India membutuhkan lebih banyak data untuk menentukan apakah varian
tersebut dinetralisir oleh antibodi yang dihasilkan oleh vaksin yang tersedia
atau infeksi oleh varian lain dari virus corona. 

Selain
itu, diperlukan pula data ekstentif tentang peningkatan penularan, kegagalan
diagnostik, dan apakah varian tersebut menyebabkan penyakit yang lebih parah.

“Anda
perlu mempelajari beberapa ratus pasien yang sakit dengan kondisi dan varian
ini, dan mencari tahu apakah mereka berisiko lebih besar terkena penyakit yang
lebih besar daripada varian pendahulu,” pungkas Dr Kang.

Baca Juga : Kenapa Masih Ada yang Menyangkal Covid-19?

Dr Jeremy
Kamil, ahli virus di Pusat Ilmu Kesehatan, Louisiana State University
,
Shreveport, mengatakan hal senada.

“Kami
tidak memiliki banyak alasan untuk percaya bahwa ini lebih berbahaya daripada
Delta asli,” ujarnya.

Dr
Kamil menambahkan, Delta Plus mungkin memang memiliki kelebihan dalam
menginfeksi dan menyebar di antara orang-orang yang sebelumnya telah terinfeksi
selama pandemi, apalagi bagi mereka yang memiliki kekebalan vaksin yang lemah.

“Saya
akan tetap tenang. Saya tidak berpikir India atau siapa pun di dunia telah
merilis atau mengumpulkan data yang cukup untuk membedakan risiko dari apa yang
disebut Delta plus sebagai lebih berbahaya atau mengkhawatirkan daripada varian
Delta asli,” tegasnya.

Dr Anurag
Agarwal, direktur CSIR-Institute of Genomics and Integrative Biology (IGIB)
yang berbasis di Delhi, salah satu dari 28 laboratorium India yang terlibat
dalam pengurutan genom, mengatakan bahwa semua garis keturunan varian Delta
adalah varian yang menjadi perhatian. Jadi, menurutnya, tidak ada yang aneh
dalam pelabelan Delta Plus seperti itu.

“Kami
belum memiliki indikator apa pun yang menunjukkan bahwa Delta Plus harus
menyebabkan kekhawatiran atau kepanikan kesehatan masyarakat. Kami belum
melihat sesuatu yang mengkhawatirkan. Kami melacaknya dengan hati-hati, dan
memperkuat semua tindakan kesehatan masyarakat,” tutur Dr Agarwal.

Dr Kamil
turut mengatakan,  pemerintah di India lebih suka bereaksi berlebihan,
tapi justru lebih tenang di kemudian hari, seperti halnya pada varian Delta.

Sebagian
besar ilmuwan mengatakan, India gagal dalam mengurutkan sampel yang cukup untuk
varian yang telah memicu lonjakan kedua besar dalam infeksi Covid di India pada
bulan April dan Mei.

“Saya
tidak terlalu khawatir. Tapi wajar untuk mengawasi variannya,” kata Dr
Kamil.

Share: Seberapa Bahaya Mutasi Baru Covid-19 Delta Plus?