Covid-19

Luhut Bilang Pandemi Terkendali, Beda Suara dengan Wapres Hingga Disangkal Pakar

Irfan — Asumsi.co

featured image
Unsplash

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan yang mengomandoi pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat mengklaim penanganan Covid-19 di Indonesia sudah terkendali. Dia bahkan menyebut situasi pandemi akan membaik dalam lima hari ke depan. 

Menurut Luhut, pemerintah telah melakukan sejumlah upaya. Selain PPKM Darurat, pemerintah juga terus menambah ketersediaan tempat tidur rumah sakit, obat, oksigen, dan vaksinasi. Semua pihaknya juga disebutnya telah terintegrasi untuk mengurangi dampak risiko pandemi ini. 

 “Jadi kalau ada yang berbicara bahwa tidak terkendali keadaannya, ini sangat-sangat terkendali,” kata Luhut dalam keterangan pers rapat terbatas perihal pelaksanaan PPKM Darurat secara virtual, Senin (12/7/2021).

Baca Juga: Ini Langkah Pemerintah Jika Covid-19 di Indonesia Masuk Skenario Terburuk | Asumsi

Ia mempersilakan orang yang menyebut situasi pandemi di Indonesia tak terkendali untuk datang padanya. Ia pun dengan senang hati menjabarkan situasi dan kondisinya. 

“Jadi yang bicara tidak terkendali itu, bisa datang ke saya, nanti saya tunjukkin ke mukanya bahwa kita terkendali,” ujar Luhut. 

Namun pernyataan Luhut ditanggapi sinis oleh publik. Pernyataan soal ‘pandemi terkendali’ dianggap penyangkalan atas kejadian yang terjadi di lapangan. Pasalnya, saat ini saja, kisah-kisah orang yang berjibaku mencari rumah sakit masih sangat mudah kita temui. Ini terjadi di saat laju penularan Covid-19 di Indonesia tak kunjung membaik.

Baca Juga: Fakta Terkini Soal Upaya Pemerintah Tangani Covid-19, Apa Saja? | Asumsi

Bahkan, Indonesia kembali mencetak rekor dengan kasus harian baru mencapai 40.427 kasus sehingga total akumulatif menjadi 2.567.630 kasus per Senin (12/7/2021).

Penambahan ini melampaui catatan harian kasus di Inggris dan India di hari yang sama, masing-masing tercatat di angka 34.471 kasus dan 27.404 kasus. Dengan ini Indonesia menempati peringkat pertama penyumbang kasus harian Covid-19.

Pantauan di lapangan juga menunjukkan kalau akses kepada kebutuhan oksigen sangat langka dan terbatas. Perusahaan penyedia pengisian oksigen besar seperti PT Karya Guna, Pesanggrahan, Jakarta Selatan misalnya, terlihat antrean pembeli hampir sepanjang hari.

Harganya pun kerap melonjak tinggi. Siang hari Rp50 ribu per tabung satu kibik, sorenya bisa melonjak menjadi Rp75 ribu.

Beda Pernyataan Dengan Wapres

Pernyataan Luhut soal pandemi terkendali juga berseberangan dengan pendapat Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Ma’ruf bahkan menyebut tingkat bahaya Covid-19 sudah luar biasa.

“Korbannya sudah banyak. Yang terkena Covid ini sudah sangat banyak. Yang meninggal juga cukup banyak,” kata Ma’ruf dalam pertemuan virtual dengan para ulama agama Islam, Senin (12/7/2021).

Baca Juga: Evaluasi Sepekan PPKM Darurat, Warga DKI Jakarta Masih Bandel | Asumsi

Ma’ruf juga tak menampik kalau di tengah situasi ini banyak masyarakat Indonesia yang kesulitan akses pada rumah sakit. Rumah sakit pun kekurangan bahkan kesulitan mendapat oksigen. Apalagi masyarakat yang di bawah.

“Jadi ini nyata. Jelas nyata,” ucap dia.

Jadi Trending di Twitter

Pernyataan Luhut yang dianggap kontradiktif dengan situasi di lapangan dan berseberangan dengan pernyataan Wapres lantas menjadi perbincangan di publik. Di Twitter, kata “terkendali” bahkan menjadi trending topic. 

Hingga Selasa (13/7/2021), pukul 11.43 WIB, sudah ada 15 ribu lebih cuitan mengenai hal ini. Dokter Berlian Idriansyah Idris misalnya menyindir sinis soal pernyataan Luhut dengan memberi data yang ditampilkan secara portrait. Dengan begitu, kurva yang pada data aslinya menunjukkan lonjakan tinggi terlihat menurun. 

“Ini datanya saya tunjukkan ke muka anda, kurva sudah melandai,” cuit dr. Idris seolah menirukan ucapan Luhut.

Baca Juga: Mengapa Vaksin Individu Tidak Disebar di Apotek? | Asumsi

Ekonom dan politikus Rizal Ramli juga menyatakan hal serupa. Secara langsung ia menyebut kalau fakta soal covid dimanipulasi. “Pantas saja ambyar,” cuitnya. 

Epidemiolog UI Pandu Riono dalam cuitannya juga menyebut kalau pandemi di Indonesia sangat jauh dikatakan sudah terkendali. Bahkan sejak kasus pertama Covid-19 diumumkan tahun lalu, belum pernah sekali pun Indonesia mengendalikan pandemi. 

“Pandemi di Indonesia belum pernah terkendali dan tidak mungkin terkendali dalam waktu dekat, karena ditangani secara amburadul,” ucap dia. 

Tingkatkan Testing 

Epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman menyebut pemerintah seharusnya terus meningkatkan pengetesan sesuai dengan skala penduduk dan eskalasi pandemi. Kalau dilakukan secara berkesinambungan maka mungkin saja Indonesia bisa mengendalikan Covid-19. Jika tidak, tentu situasi pandemi belum terkendali. 

“Yang disebut pandemi terkendali itu setelah tes positivity rate-nya paling tinggi lima persen. Kalau di atas itu ya namanya tidak terkendali. Apa lagi di atas 10 persen namanya sangat tidak terkendali,” kata Dicky kepada Asumsi.co

Berdasarkan data yang disajikan Dicky, kasus Covid-19 di Indonesia memang memburuk dibanding negara lain. Dari data tes per kasus terkonfirmasi 8 Juli 2021 yang dilansir dari Our World in Data, menunjukkan kalau satu kasus Covid-19 di Indonesia bisa ditemukan dengan hanya melakukan 5 atau 6 kali tes. Sementara di Australia, melakukan penjaringan dengan 1000 tes untuk mendapat satu kasus. Adapun India yang sempat terjadi krisis juga, ditemukan satu kasus dalam 13,7 tes per 8 Juli 2021.

“Ini menunjukkan memang banyak kasusnya,” kata dia. 

Pernyataan Luhut sebetulnya dinilai wajar karena dia bukan pakar kesehatan. Namun yang salah adalah berita yang Luhut dapat. Oleh karena itu pendapat berseberangan adalah penyeimbang dari informasi yang disampaikan oleh pemerintah. 

Dicky sebagai ilmuwan juga sudah beberapa kali mengingatkan kalau pandemi Covid-19 di Indonesia cukup sulit dientaskan. Juli 2020 saat pemerintah menyebut pandemi akan melandai pada akhir tahun 2020 atau awal 2021, Dicky sudah menyebut kalau hal ini sulit tercapai.

Baca Juga: Panduan Isolasi Mandiri | Asumsi

Pada Januari 2021, Dicky bahkan telah memperkirakan kalau enam bulan ke depan akan ada potensi krisis. 

“Ini tugas ilmuwan. Yang harus jadi patokan (pandemi terkendali), selain tes positivity rate di bawah 5 persen adalah angka kesakitan hariannya itu satu dari satu juta (penduduk), atau angka kematiannya satu persenan dari total jumlah kasus. Itu baru yang disebut terkendali,” ucap dia. 

Kondisi kritis ini disebabkan oleh banyak sektor. Oleh karena itu perlu ada manajemen yang kuat untuk keluar dari situasi buruk ini. 

“Kalau bicara manajemen jujur saya akui, ini pertama kalinya (wabah) tidak dipimpin oleh sektor kesehatan. Ada peran sektor kesehatan tapi enggak utama. Apakah berpengaruh? Ya berpengaruh. Kalau sistem kesehatan tidak diperkuat, kita akan rawan menghadapi ancaman pandemi berikutnya,” ucap dia.

Share: Luhut Bilang Pandemi Terkendali, Beda Suara dengan Wapres Hingga Disangkal Pakar