Kata siapa guru virtual bentuknya cuma robot atau kecerdasan buatan? Ira Mirawati membuktikan dirinya adalah manusia yang mampu menjadi pengajar di dunia maya bagi ratusan ribu pengikutnya di media sosial.
Konten edukasinya yang kocak dan seru telah membuatnya viral. Ia sampai dijuluki “Dosen TikTok Indonesia” oleh warganet. Tak hanya soal pendidikan dan literasi digital, Ira juga kerap mengunggah konten dengan nuansa isu terkini, seperti peringatan Hari Bumi yang jatuh pada 22 April. Seperti apa sosoknya?
Main TikTok Dorongan Mahasiswa
Ira merupakan akademisi yang kini menjabat sebagai Ketua Program Studi Manajemen Komunikasi di Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Bandung. Sebelum aktif membagikan konten-konten edukatif di TikTok, ia mengaku sudah lama menjadi edukator, khususnya di bidang pendidikan dan kehidupan remaja.
“Sejak dulu, saya memang sudah concern dengan permasalahan-permasalahan remaja. Terus biasanya, dulu saya sering banget terlibat penyuluhan remaja ke sekolah-sekolah dan berbagai kampus,” ujar perempuan kelahiran Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat ini.
Reply to @aniaaaaerrr Selamat #haribumi ❤️ #untukmubumiku#pesonahutan#skripsihutan#restoreourearth
Saat pandemi COVID-19 melanda, kegiatan edukasi tatap muka yang biasa dilakukannya terpaksa berhenti. Namun, Ira mengaku gelisah karena tak bisa berhenti, meski sejenak, untuk mengedukasi anak muda.
“Pas pandemi, enggak bisa tuh penyuluhan keliling lagi. Saya akhirnya ngobrol sama mahasiswa. Mereka bilang, “Pakai medsos dong, Bu.” Saya bilang, selama ini sudah di Instagram. Terus kata mereka, supaya konten edukasi saya lebih kencang, posting-nya di TikTok. Mahasiswa saya bilang, anak muda kumpulnya di TikTok,” kata Ira kepada Asumsi.co, melalui sambungan telepon, Kamis (22/4/21).
Ia mengaku awalnya tidak mengerti cara bermain TikTok karena tampilannya yang berbeda dengan Instagram. Dorongan dari mahasiswanyalah yang akhirnya membuat Ira tertarik menjajal platform jejaring sosial asal Tiongkok ini.
“Awalnya, saya tahu TikTok itu cuma dari tayangan di televisi. Akhirnya, karena memang kepingin banget bisa reach remaja, akhirnya aku belajar sendiri main TikTok. Konten awalnya menyampaikan seputar masalah kehidupan remaja. Semakin ke sini, akhirnya saya banyak menjawab pertanyaan soal permasalahan anak muda,” ungkapnya.
Belum genap satu tahun, akun TikTok @buiramira saat ini telah menjangkau 574.000 pengikut, dengan hanya mengikuti 26 akun saja. Informasi laman muka profilnya, menunjukkan seluruh video yang diunggah Ira di TikTok memperoleh total 8,6 juta tanda suka.
Rata-rata pemirsa yang melihat tayangan videonya, diketahui sebanyak 45 ribu hingga 1 juta akun. Giatnya Ira mengedukasi warganet telah membawanya pada nominasi Best of Learning and Education di TikTok Awards Indonesia 2020.
Lebih Bertanggung Jawab
Tak hanya di TikTok, Ira juga mencuri perhatian warganet di Instagram. Terkini, jumlah pengikut akun @iramirawa mencapai 48.000 akun dengan mengikuti 743 akun. Hingga saat ini, total unggahannya di Instagram berjumlah 372 konten, dengan rata-rata jumlah suka yang diperoleh per unggahannya sebanyak 1.000 sampai 8.000 likes.
Sementara jumlah penonton IG TV-nya, rata-rata sebanyak 10.000 sampai 20.000 pemirsa dengan viewer terbanyak untuk unggahan “Menyusun Latar Belakang Skripsi Kualitatif” yang ditonton 47 ribu kali.
Baca juga: Belajar dari Kasus Dokter Kevin: Perlukah Aturan Bermedsos Bagi Tenaga Kesehatan? | Asumsi
Popularitasnya di jagad virtual pun membuatnya dijuluki “Dosen TikTok Indonesia” hingga “Dosen Online Nasional”. Ira tahu itu dan merasa tidak menyangka, konten-kontennya disambut baik oleh warganet Indonesia. Terlebih di usianya saat ini, ia merasa terlalu tua untuk bermedsos ria.
“Enggak menyangka saya bisa seviral ini. Saya ini, kan, sudah ibu-ibu banget. Mendekati usia 40 tahun. Ada yang mau nonton saja, alhamdulillah. Mau mendengarkan saya ngomong saja, alhamdulillah. Konten saya awalnya kan, topiknya berat-berat tentang skripsi dan dunia pekuliahan. Kayak mereka mau dengar saja, sudah senang,” terangnya.
Lewat berbagi konten edukasi di media sosial, seperti TikTok, membuat dirinya menyadari anggapan kalau milenial merupakan generasi yang apatis adalah hal yang keliru.
“Saya jadi tersadar karena selama ini remaja kita dianggap apatis. Sebenarnya, mereka senang banget belajar kalau kita menyampaikan info baru, mereka suka. Alhamdulillah mereka mau belajar, sehingga konten edukasi saya diterima oleh mereka. Kemudian mereka juga follow saya, sungguh itu diluar ekspektasi saya,” ungkapnya.
Berbagai julukan yang disandangnya ini, diakui Ira, menjadikannya lebih bertanggung jawab sebagai seorang tenaga pendidik yang disorot publik.
“Saya juga tahu dijuluki Pembimbing Skripsi Nasional. Terbebani, enggak, justru aku merasa jadi lebih bertanggung jawab. Kayak misalnya di konten aku bilang pembimbing harus fast response. Kalau aku malah yang enggak fast response ke mahasiswa, jadi merasa bersalah,” urainya.
Ira juga mengaku, mendapatkan dukungan dari seluruh rekan dosen dan pimpinannya di kampus untuk terus menyebarkan konten-konten positif bagi anak muda. “Senang juga dapat dukungan dari teman-teman dan pimpinan di kampus. Aku jadi menjalaninya dengan bahagia,” ucapnya.
Baca juga: Ribut-ribut soal Awasi Podcast-TikTok Hingga Tayangan Atta-Aurel, KPI Akhirnya Buka Suara | Asumsi
Lebih jauh, dirinya mengakui ketenarannya di TikTok merubah hidupnya ke arah yang lebih positif. “Intinya, sekarang jadi lebih bertanggung jawab untuk lebih berintegritas dengan yang saya sampaikan di TikTok,” imbuhnya.
Manfaatkan Kemampuan Edukasi di Hari Bumi
Pada Hari Bumi 22 April, Ira diketahui membuat berbagai konten edukasi yang berkaitan dengan kepeduliannya terhadap bumi. Misalnya unggahannya di TikTok #Taugasih Kalian Bisa Bikin Konten Cinta Hutan yang disaksikan 32.000 kali dan mendapat 2.319 tandas suka, serta konten Skripsi Bertema Kelestarian Hutan yang ditonton 32.500 kali dan disukai 2.185 akun.
Selain itu, ia juga mengadakan kuis give away di Instagram dan TikTok sebagai peringatan Hari Bumi. Konten ini dibuatnya untuk menyasar anak muda agar lebih peduli pada lingkungan sekitar.
“Tujuanku sebenarnya simpel banget. Remaja perlu menyadari bahwa mereka bisa melakukan tindakan kecil yang berdampak besar, jika hal yang sama juga dilakukan ribuan remaja anak muda lainnya,” kata Ira.
Ia mencontohkan tindakan kecil itu seperti mengurangi penggunaan kertas secara signifikan, apalagi di masa pandemi ini membuat orang lebih banyak berinteraksi dengan dunia digital.
Baca juga: KPI Usul Bakal Awasi Podcast, Ini Tanggapan Influencer | Asumsi
“Misalnya paperless, kurangi penggunaan kertas atau remaja bisa mengurangi pakai motor kalau mau pergi yang jaraknya cuma 200 meter. Nah, hal yang sama kalau dilakukan ribuan remaja kebayang enggak emisi yang berkurang?” ucapnya.
Menurutnya, cinta lingkungan tak melulu tinggal di dekat hutan atau terjun menjadi pegiat lingkungan. Ia sudah mencontohkannya dengan memanfaatkan kemampuannya mengedukasi, mampu mengajak anak muda supaya lebih peduli terhadap lingkungan.
“Apapun status kita saat ini, tentu bisa melakukan hal kecil yang kalau dilakukan ramai-ramai, bisa berdampak luar biasa banget buat Bumi,” pungkasnya.