Sejarah

Benarkah Garuda Pancasila Terinspirasi dari Simbol Elang Amerika?

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Foto: Kemlu.go.id

Sejak tahun 2016, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila sekaligus hari nasional. Bicara soal Pancasila, Garuda tak bisa dilepaskan sebagai lambang negara Republik Indonesia yang melekat dengannya. Kenapa sih, Garuda Pancasila jadi lambang negara kita?

Rancangan Awal Garuda Pancasila Dikritik

Kepala Bidang Organisasi Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Dr Kusuma Espe menjelaskan, lahirnya Garuda Pancasila berawal dari dilombakannya pembuatan simbol negara pada tahun 1950 oleh Presiden Soekarno. Kala itu, ada beberapa rancangan gambar yang diterima oleh pemerintah, namun hanya 2 desain yang diterima, yaitu yang dibuat oleh Mohammad Yamin dan Sultan Hamid II.

“Rancangan yang terpilih itu pertama yang dibuat oleh Mohammad Yamin dan yang kedua, gambar yang dibuat oleh Sultan Hamid II. Kemudian yang menang adalah gambar rancangan Sultan Hamid II,” kata Kusuma kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon, Selasa (1/6/21).

Baca juga: Hari Lahir Pancasila, Digagas Soekarno, Dilarang Soeharto, Diliburkan Jokowi | Asumsi

Ia menambahkan, kala itu rancangan gambar yang dibuat oleh Sultan Hamid II masih berupa burung yang wujudnya belum seperti Garuda Pancasila seperti yang dikenal saat ini. Sedangkan, alasan tak terpilihnya gambar rancangan Yamin karena terdapat unsur simbol Jepang yang merupakan salah satu negara penjajah Indonesia.

“Gambar Mohammad Yamin masih ada unsur Jepang, seperti adanya lambang Matahari. Sedangkan, lambang burung yang dibuat Sultan Hamid II ini belum dinamakan Garuda. Lambang burungnya itu masih semacam persegi dengan kepala dan kaki serta tangan manusia, sementara badannya berupa burung,” ujar sejarawan dari Pusat Sejarah TNI ini. 

Rancangan ini, lanjut Kusuma, dikritik oleh pendiri sekaligus pemimpin Partai Masyumi, Mohammad Natsir.  Ia mengkritisi bentuknya yang mencampurkan tubuh manusia dengan binatang.

“Mohammad Natsir menyampaikan kritik supaya jangan menyamakan manusia dengan hewan. Kalau mau, dibuatkan saja bentuknya hewan secara utuh. Akhirnya unsur-unsur manusia yang terdapat di dalamnya dihilangkan. Jadilah burung, lalu dicarikan filosofi-filosofinya,” ujarnya.

Filosofi tersebut lalu dihubungkan dengan mitologi Hindu yang identik dengan pewayangan Jawa serta dimaknai dengan makna kekuatan. “Jadi, dicarikan maknanya sampai ketemu makhluk mitologi Hindu di Indonesia, burung yang selama ini menjadi tunggangan Dewa Wishnu dalam melakukan perjalanan. Sebenarnya kalau makna, ada kecenderungan banyak dihubung-hubungkan,” terangnya.

Dikaitkan dengan Elang Jawa

Garuda Pancasila selama ini dikaitkan dengan elang Jawa di kehidupan nyata. Mengutip Indonesia.go.id, elang Jawa, atau yang bahasa ilmiahnya dinamakan Nisaetus Bartelsi, merupakan salah satu spesies elang yang endemik di Indonesia. Habitatnya berada di Pulau Jawa.  

“Keberadaannya yang langka membuatnya dijadikan sebagai maskot satwa langka di Indonesia sejak tahun 1992. Ciri khas Elang Jawa ini adalah jambul di atas kepalanya yang menonjol sekitar 12 cm,” demikian dikutip dari situs tersebut.

Sebagai spesies elang berukuran sedang, lanjut sumber yang sama, elang Jawa memiliki tubuh 56 hingga 70 cm serta memiliki rentang sayap sekitar 110 sampai 130 cm dengan suara yang berbunyi nyaring.

Baca juga: Hari Lahir Pancasila: Bagaimana Kalender Menciptakan Sebuah Bangsa | Asumsi

“Suaranya hampir mirip dengan spesies elang Brontok. Begitu pula, ketika terbang, Elang Jawa mirip dengan Elang Brontok. Hanya saja warna elang Jawa lebih kecoklatan,” lanjut situs tersebut.

Kusuma menjelaskan, asal Garuda Pancasila dikaitkan dengan burung elang Jawa tak terlepas dari pernyataan tokoh-tokoh nasional kala itu yang mengasosiasikan lambang negara kita dengan salah satu spesies burung kebanggaan Indonesia ini. 

“Selain mitologi, Garuda Pancasila, waktu itu oleh tokoh-tokoh bangsa, Bung Karno dan lainnya, sering menyamakannya dengan elang Jawa. Mereka juga memaknai Garuda Pancasila sebagai perwujudan Indonesia adalah bangsa yang besar dan negara yang kuat,” katanya.

Sementara itu, warna keemasan pada burung Garuda melambangkan keagungan dan kejayaan. Garuda juga memiliki paruh, sayap, ekor, dan cakar yang melambangkan kekuatan dan tenaga pembangunan.

“Soal jumlah bulu Garuda Pancasila yang terdiri 17 helai di sayap, 8 helai di ekornya, 19 helai di bawah perisai dan pangkal ekor, dan 45 helai bulu di leher, tentu dikaitkan dengan kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Ini kan, namanya juga membuat simbol, maka harus dikaitkan dengan sejarah bangsa. Aslinya jumlah bulu-bulunya kan, kalau elang Jawa, tidak sebanyak itu,” imbuhnya.

Terinspirasi Lambang Eropa

Sekilas lambang Garuda Pancasila mirip dengan elang botak yang menjadi lambang Bald Eagle pada Segel Agung Amerika Serikat. Benarkah Garuda Pancasila terinspirasi dari lambang negara adidaya tersebut?

Kusuma mengungkapkan, berdasarkan catatan sejarah, Sultan Hamid II terinspirasi dari lambang-lambang burung yang ada di Eropa saat merancang simbol Garuda Pancasila. Hal ini tak terlepas dari Sultan Hamid II yang lama tinggal dan menempuh pendidikan di Belanda. 

Baca juga: Wisata Bhinneka: Mempelajari Toleransi Antar Umat Beragama di Jakarta Lewat Pariwisata | Asumsi

“Sultan Hamid II ini lama belajar di Belanda. Banyak ide-ide beliau yang tak bisa dilepaskan dari budaya Eropa. Persepsi dirinya terhadap lambang-lambang negara Eropa mengilhaminya membuat Garuda Pancasila. Jadi Garuda Pancasila bukan terinspirasi dari Amerika, justru terpengaruh dari lambang burung di Eropa yang, dalam cataran sejarah, terinspirasi dari lambang burung yang ada di Jerman, Coat of Arms of Germany,” tuturnya.

Usai disepakati Garuda Pancasila sebagai lambang negara, akhirnya tokoh-tokoh bangsa lainnya memberikan masukan ide untuk simbol sila-sila dalam Pancasila yang bakal dicantumkan di Garuda Pancasila.

“Penyumbang ide simbol sila-sila dalam Pancasila itu antara lain bintang emas di sila kesatu, Ketuhanan Yang Maha Esa, sumbangan ide dari Mohammad Natsir, kemudian sila kedua Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, yang disimbolkan dengan rantai emas, sumbangan ide dari Sultan Hamid II, sila ketiga pohon beringin, Persatuan Indonesia, sumbangan ide dari Poerbatjaraka, lalu sila keempat Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan, yang simbolnya kepala banteng, sumbangan ide dari Mohammad Yamin dan sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, padi dan kapas, sumbangan ide dari Ki Hadjar Dewantara,” ujarnya.

Ia menambahkan, untuk semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” berasal dari gagasan Presiden Soekarno. Setelah disepakati oleh para tokoh bangsa, Garuda Pancasila diresmikan sebagai lambang negara oleh Kabinet Hatta pada 11 Februari 1950.

“Sketsa gambar perisai dan garis khatulistiwa yang ada di dalam Garuda Pancasila merupakan usulan Sultan Hamid II,” ucapnya.

Share: Benarkah Garuda Pancasila Terinspirasi dari Simbol Elang Amerika?