Covid-19

Agar Tak Seperti India, Kerumunan Pasar Jelang Lebaran Harus Dibatasi

Irfan — Asumsi.co

featured image
Twitter

Berjubelnya Pasar Tanah Abang jelang Lebaran tahun ini menjadi sorotan banyak pihak. Soalnya, kerumunan penuh sesak di wilayah tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan klaster baru. Pakar pun memberi masukan agar segera dilakukan pengetatan.

Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyebut, jika Indonesia tak segera melakukan pengetatan, maka apa yang terjadi di India bisa saja terjadi juga di Indonesia. Dia juga mengingatkan kalau pandemi Covid-19 diawali dari klaster pasar di Wuhan China. 

Sementara di Indonesia, dia yakin kerumunan jelang lebaran tak hanya terjadi di Tanah Abang, tetapi juga pusat perbelanjaan lainnya. Oleh karena itu, pengawasan terhadap pengunjung pasar perlu menjadi perhatian khusus.

Baca juga: Mengenal Triple Mutant, Penyebab Melonjaknya Kasus Covid-19 di India | Asumsi

Dalam wawancara dengan CNN, Dicky menjelaskan pengunjung pasar tak hanya diukur dengan pembatasan 50 persen. Menurutnya, pembatasan pengunjung harus disesuaikan ukuran ruangan. Secara epidemiologis, batasnya yakni 4 meter persegi untuk satu orang pengunjung.

“Jadi kalau 1.000 meter persegi ya berarti untuk 250 orang pengunjung. Karena sebenarnya mau buka tutup, dibatasi jam operasional, kuncinya bukan itu. Kuncinya pembatasan kapasitas dan memastikan tempat itu memiliki ventilasi dan sirkulasi yang baik,” kata Dicky, Senin (3/5/2021).

Menurutnya, upaya relaksasi pemerintah tak tepat diterapkan di kondisi sekarang, seiring dengan tingkat kepatuhan protokol masyarakat yang merosot.

Baca juga: Kasus Covid-19 di Perkantoran Jakarta Meningkat, WFH Kembali Diserukan | Asumsi

Dicky juga mendorong pemerintah untuk aktif memfasilitasi belanja secara daring. Ia meminta pemerintah membuat sistem perbelanjaan daring terpusat. Selain itu, Dicky juga menyarankan agar Pemprov DKI dapat meniru salah satu kebijakan yang pernah dilakukan Jepang, yakni membatasi pengunjung pasar dari kalangan perempuan.

“Ini pernah diterapkan di Jepang. Jadi karena secara riset wanita itu lebih lama kalau belanja, Jadi pengunjung laki-laki saja yang boleh masuk sehingga pengunjung tidak lama di satu lokasi,” katanya.

Sementara itu, kepada Asumsi, pengamat kebijakan publik, Yogi Suprayogi mengatakan, mestinya yang ditekankan oleh pemerintah jelang Hari Raya Idul Fitri bukan hanya pada kebijakan mudik, tapi juga tradisi lebaran lain termasuk berbelanja. “Makanya disebut kebijakan khusus pembatasan sosial pada Hari Raya,” kata Yogi.

Baca juga: Dari Jasa Mafia Sampai Bebas Berenang, Kebijakan Karantina Covid-19 Banyak Celahnya? | Asumsi

Untuk itu, aparat penegak hukum harus ditambah, pemilik gedung harus menerapkan protokol kesehatan, dan pemerintah pusat harus tegas pada aturan yang telah ditetapkan. Yogi pun mengingatkan bahwa apa yang terjadi di India hari ini juga disebabkan oleh keteledoran dalam menerapkan protokol kesehatan.

“Ingat bahwa India menjadi seperti saat ini karena event hari Raya 12 tahunan yang mandi di sungai. Jangan sampai ini terjadi di Indonesia dengan tren penurunan seperti saat ini,” ujar dia.

Share: Agar Tak Seperti India, Kerumunan Pasar Jelang Lebaran Harus Dibatasi