Keuangan

Kenapa Milenial dan Generasi Z Boros dan Sulit Menabung?

Tesalonica — Asumsi.co

featured image
ANTARA/Shutterstock

Milenial dan generasi Z di Indonesia masih belum mumpuni
dalam mengatur keuangan dengan maksimal. Influencer sekaligus investment
storyteller Felicia Putri Tjiasaka dan pelaku gaya hidup minimalis Olga Agata
mengatakan hal itu terjadi karena manajemen keuangan yang payah seperti gaya
hidup boros, sulit menabung, serta tidak terlalu mempedulikan investasi.

“Ada beberapa faktor yang membuat kaum milenial dan gen
Z ini boros dan sulit menabung, seperti akses internet yang memperbolehkan kita
melihat dunia yang lebih luas dan juga e-commerce yang mendemokratisasi
pembelian barang antar kota, provinsi dan bahkan negara. Dengan dua kemudahan
ini, milenial dan gen Z cenderung lebih banyak mau dan kemudian boros,”
ucap Felicia, dikutip dari Antara.

Faktor Sosial: Menurut Felicia, generasi muda kerap menemui
tren seperti FOMO (Fear of Missing Out), YOLO (You Only Live Once) yang marak
di media sosial, serta tantangan menjadi generasi sandwich berpotensi menjadi
faktor mereka sulit mengatur keuangannya.

Padahal, generasi muda cenderung melek dan teredukasi dengan
ilmu investasi saat ini, tetapi mereka sulit mengatur pola pikir dan psikologis
soal tren FOMO dan YOLO.

“Mungkin karena faktor usia yang masih muda dan belum
melewati banyak krisis ekonomi. Oleh karena itu, Gen Z dan milenial perlu
belajar menahan diri terhadap godaan sesaat, memperbaiki mindset investasi dengan
menghargai proses dan juga belajar untuk konsisten,” kata Felicia.

Hidup Secukupnya: Felicia mengingatkan generasi muda untuk
berhati-hati sebelum mengalami krisis ekonomi. Ia menyarankan setiap orang
perlu hidup secukupnya saja jangan berlebihan.

“Salah satu cara untuk memastikan keuangan yang sehat
serta masa depan finansial aman adalah dengan hidup secukupnya, membuat
anggaran harian, bulanan, dan tentunya memiliki tabungan plus dana
darurat,” ungkapnya.

Mindful Living: Di sisi lain, Olga menyampaikan pernyataan
itu sebagai mindful living. Ia menilai gaya hidup minimalis bukan serta merta
tentang memakai baju warna monokrom dan memiliki sedikit barang.

“Lebih dari itu, perlu kesadaran untuk mengenal
kebutuhan diri sendiri, melepas keterikatan yang tidak diperlukan dan ‘hadir’
dalam setiap pengambilan keputusan. Dengan begitu, setiap pengeluaran menjadi
lebih bijaksana dan setiap pemasukan senantiasa memberikan rasa cukup. Dengan
rasa cukup, kita jadi tidak mudah merasa iri dengan kehidupan orang lain yang
kita lihat dari media sosial,” ucapnya.

Kelola Keuangan: Apalagi, menurut Finance & Business
Planning Director, Bank Sampoerna Henky Saputra menilai krisis ekonomi yang
terjadi secara mendadak di era pandemi COVID-19 ini dapat menjadi acuan betapa
pentingnya hidup terencana, memiliki tabungan, dan hidup hemat.

“Pola pikir ini diharapkan dapat meminimalisir risiko
finansial mereka akibat situasi ekonomi yang dapat memburuk kapan saja dan
secara mendadak pada masa mendatang,” katanya.

Selain itu, Manajer Hubungan Masyarakat Qoala, Ricky
Alexander Samosir memberikan beberapa tips saat mengatur keuangan. Pertama,
perbaiki kondisi finansial seperti perencanaan keuangan, persiapannya apa saja,
dan mempelajari piramida keuangan untuk menentukan prioritas.

Misalnya, tingkat piramida uang tersebut meliputi dana
darurat hingga investasi. Kedua, prioritas kebutuhan seperti mencatat dan
menghitung pengeluaran dengan detai setiap bulan.

Ketiga, lakukan metode 50:30:20 untuk membantu mengelola
keuangan, yakni dengan membagi pendapatan bersih dalam tiga bagian. Kebutuhan
sehari-hari dan tagihan mendapat alokasi 50 persen dari pendapatan, 30 persen
bisa digunakan untuk hal-hal di luar kebutuhan wajib, dan 20 persen untuk
tabungan dan investasi, misalnya dana darurat, asuransi, dan dana pensiun.

Keempat, coba untuk membuat asuransi. Bukan soal kesehatan
saja, tetapi asuransi jiwa, kendaraan, rumah, dan lainnya yang sesuai
kebutuhan.

Baca Juga

Share: Kenapa Milenial dan Generasi Z Boros dan Sulit Menabung?