Budaya Pop

Muhammadiyah: Daripada Angkat Boneka Jadi Anak, Lebih Baik Asuh Anak Yatim

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Unsplash

Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah angkat bicara soal fenomena boneka arwah yang saat ini tengah menjadi tren di kalangan selebritas, hingga menjadi perbincangan publik.

Berbeda alam: Sebutan boneka arwah muncul karena adanya anggapan publik kalau penamaannya berasal dari boneka tersebut telah dimasukkan arwah dari anak kecil yang telah meninggal. Maka, pemiliknya merawat boneka tersebut seperti halnya mengurus anak manusia.

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dadang Kahmad menegaskan, tidak ada boneka yang bisa dirasuki oleh arwah yang dunianya berbeda dengan manusia.

“Soal arwah menurut ajaran Islam, keyakinan saya, itu sudah disimpan oleh Allah di alam barzah, jadi tidak bisa dipanggil-panggil atau tidak bisa dimintai pertolongan. Mereka sedang istirahat, baik orang baik atau orang buruk,” katanya seperti dikutip dari Antara, Kamis (6/1/2022).

Larang boneka dianggap anak: Dadang menegaskan, di dalam Islam tidak dibenarkan menjadikan boneka layaknya anak angkat, seperti manusia. Sebagai mana wujudnya yang merupakan benda mati, boneka hanya boleh menjadi mainan.

“Mengangkat anak pada boneka juga tidak boleh. Kecuali boneka biasa untuk kesukaan,” ucapnya.

Dirinya mengingatkan, supaya segala perbuatan yang dilakukan umat Islam senantiasa berlandaskan tauhid, serta tidak menyekutukan Allah SWT dengan menyembah benda mati.

Berpotensi syirik: Sekretaris Lembaga Dakwah Khusus (LDK) PP Muhammadiyah Faozan Amar menimpali, di dalam Islam terdapat berbagai hukum mulai dari mubah alias diperbolehkan, hingga syirik.

“Jika boneka disimpan sekadar untuk koleksi dan bermain saja maka hal ini dinilai boleh (mubah). Hanya sekadar hobi untuk kesenangan saja, bukan ada maksud yang lain. Bisa syirik karena memercayai ada ruh dalam boneka yang membawa keberuntungan,” tuturnya.

Oleh sebab itu, alih-alih mengasuh boneka arwah ia mengingatkan lebih bermanfaat dan berpahala jika memilih untuk mengasuh anak yatim piatu dan berbagi rezeki kepada mereka.

“Daripada mengadopsi boneka arwah, lebih baik mengadopsi anak yatim piatu atau menyalurkan dana ke panti asuhan guna membantu anak-anak yang membutuhkan,” tandas Faozan. (zal)


Baca Juga:

Tren Merawat Boneka, Antara Perilaku Eksentrik dan Budaya Supranatural

Produsen Mainan Sulap Sampah Plastik Laut jadi Barbie, Bagaimana Pabrik di Indonesia?

Bedah Plastik di Korsel Meningkat Meski Pandemi, Terobsesi Penampilan Fisik?

Share: Muhammadiyah: Daripada Angkat Boneka Jadi Anak, Lebih Baik Asuh Anak Yatim