Keuangan

PLN Mengaku Butuh Modal Sampai US$500 Miliar untuk Dekarbonisasi

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Ilustrasi: Unsplash/ Marek Piwnicki

PT PLN (Persero) mengaku membutuhkan suntikan modal asing untuk memenuhi target karbon netral di Indonesia pada tahun 2060. Nilai investasi yang dibutuhkan mencapai US$500 miliar atau sekitar Rp7.190 triliun.

Bentuk pendanaan: Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PLN Sinthya Roesly mengakui perusahaan pelat merah ini memerlukan investasi dalam bentuk instrumen pinjaman lunak. Dengan demikian, ia mengharapkan pelaksanaan proyek dekarbonisasi bisa berlangsung dengan cepat. 

Ia menyebutkan PLN juga membutuhkan bantuan teknis lainnya untuk menetapkan standar proyek yang sesuai dan memenuhi syarat pembiayaan hijau. PLN membuka opsi dari berbagai bentuk instrumen pendanaan untuk menangkap peluang pendanaan hijau dalam proyek kelistrikan. 

“Pertama melalui obligasi hijau atau green bonds yang hasilnya, secara eksklusif bakal diterapkan untuk membiayai kembali proyek dengan manfaat lingkungan yang jelas,” kata Sinthya seperti dikutip dari Antara.

Pendanaan lain: Sinthya menuturkan pendanaan melalui social bonds juga akan dimanfaatkan PLN untuk menjalankan proyek-proyek strategis yang disebutnya, berdampak secara langsung kepada masyarakat. Bentuk pendanaan lainnya, lanjutnya adalah sustainability bonds yang penerapannya bisa secara eksklusif diterapkan untuk membiayai kembali kombinasi proyek hijau dan sosial. 

Dia memastikan komitmen PLN untuk memanfaatkan pendanaan yang diperoleh nantinya semaksimal mungkin dengan sistem pengawasan berkelanjutan. “Juga melakukan pelaporan dana yang diserap secara berkala. Pendanaan hijau ini bukan yang pertama bagi PLN. Pada 23 Desember 2020, perseroan telah berhasil menerbitkan green loan senilai US$500 juta,” terangnya.

Penggunaan dana: PLN akan menggunakan pendanaan untuk menyelesaikan dua proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan lima proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP).

Jaminan pendanaan: PLN menjamin kepercayaan dalam penerbitan green loan aman karena proses transaksinya diawasi oleh Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) Bank Dunia.

“Pendanaan hijau ini 95 persen dijamin oleh MIGA Bank Dunia dan berlangsung selama lima tahun. Bank Dunia mendukung PLN melalui program yang berjudul Non-Honouring of Financial Obligation oleh Badan Usaha Milik Negara (NHFO-BUMN),” jelasnya.

Reformasi PLN: Managing Director of Southeast Asia Clean Energy Facility (SEACEF) Mason Wallick menilai kondisi kelebihan suplai dari pembangkit fosil saat ini cukup membebani PLN dalam mengembangkan pembangkit energi baru terbarukan. 

Proyeksi pertumbuhan permintaan listrik diprediksi tidak akan mampu mengejar kelebihan suplai dalam jangka waktu 10 tahun. Reformasi dan modernisasi tarif PLN akan membuka jalan bagi alokasi risiko untuk terobosan pembiayaan campuran dan pendanaan sektor swasta.

Director of the Environment Directorate of the Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Rodolfo Lacy memproyeksikan arah energi dan perubahan iklim akan ditentukan oleh perkembangan negara berkembang.

“Di luar China, berbagai negara berkembang dinilai berkontribusi terhadap seperlima investasi energi pada 2020, atau sekitar 150 miliar dolar AS. Kabar baiknya tidak ada kekurangan pada modal dan teknologi global. Global Financial System sekarang sangat mencari untuk menambah portofolionya dengan proyek ramah lingkungan,” terangnya.

Komitnen pengurangan emisi: Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Usaha Badan Usaha Milik Negara, Riset, dan Inovasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Montty Girianna memastikan upaya pemerintah meningkatkan akses pembiayaan global untuk proyek energi baru terbarukan. Misalnya, pemerintah meresmikan tahap kedua Indonesia Sustainable Finance Roadmap yang akan menjadi kunci dalam menciptakan ekosistem pembiayaan berorientasi lingkungan.

“Kami membutuhkan US$6,3 miliar per tahun untuk pengembangan energi baru terbarukan sampai dengan 2025. Dari nilai tersebut, sampai saat ini hanya 24 persen yang terealisasi,” ucapnya.

Dukungan lain: Asian Development Bank (ADB) atau Bank Pembangunan Asia baru-baru ini menandatangani Nota Kesepahaman dengan PT PLN dalam rangka mendukung upaya pencapaian target energi bersih di Indonesia.

ADB juga telah mengumumkan peningkatan ambisinya bagi pembiayaan iklim kumulatif selama 2019 sampai 2030 menjadi US$100 miliar. 

Menteri BUMN Erick Thohir memastikan Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi hingga 29 persen pada 2030 dan bertekad untuk mencapai emisi nol bersih atau net zero emission pada 2060 bahkan lebih cepat.


Baca Juga:

Share: PLN Mengaku Butuh Modal Sampai US$500 Miliar untuk Dekarbonisasi