Internasional

Seluk Beluk COP26, Perannya dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dunia

Tesalonica — Asumsi.co

featured image
ANTARA/HO-Biro Pers Setpres

COP26 ramai menjadi topik diskusi di seluruh dunia karena dihadiri oleh seluruh kepala negara. Namun, banyak orang belum mengetahui apa COP26 dan pentingnya dalam dampak mengatasi perubahan iklim di berbagai negara. 

Konferensi Perubahan Iklim PBB

Dikutip dari United Nations, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sempat menyelenggarakan acara besar di Rio de Janeiro, Brasil, yakni Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi (Earth Summit) pada 1992 saat United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) diadopsi.

Para pihak mengacu pada 197 negara yang menyetujui UNFCCC tentang perubahan iklim pada saat itu. Negara-negara sepakat untuk menstabilkan tingkat emisi gas rumah kaca di atmosfer dalam mencegah gangguan bahaya dari aktivitas manusia di sistem iklim.

Lahirnya COP

PBB sejak 1994 berhasil mempertemukan hampir setiap negara untuk KTT iklim global atau “COPs” setiap tahunnya. COP merupakan kepanjangan dari Conference of the Parties.

COP untuk pertama kali menyelenggarakan pertemuannya di Berlin, Jerman pada Maret 1995.  Tahun ini seharusnya adalah KTT tahunan ke-27. Namun, pandemi COVID-19 memaksa edisi COP tertinggal satu tahun dan dinamakan COP26.

COP26 diadakan di Glasgow, Skotlandia, Inggris Raya pada 1 hingga 12 November 2021. Lebih dari 130 kepala negara, puluhan ribu negosiator, perwakilan pemerintah, bisnis, dan warga negara terlibat di COP26 selama 12 hari.

Perjanjian Paris

Perjanjian UNFCCC telah dinegosiasikan selama COP ini untuk menetapkan batas yang mengikat secara hukum emisi gas rumah kaca di setiap negara. Oleh karena itu, tujuan COP26 untuk menyelesaikan atau mengevaluasi Perjanjian Paris atau Persetujuan Iklim Paris yang diadopsi pada 2015.

Setiap negara sepakat untuk bekerja sama membatasi pemanasan global hingga di bawah 2 derajat atau idealnya menargetkan 1,5 derajat dan meningkatkan pendanaan aksi iklim. Paris menetapkan tujuan ini untuk membatasi pemanasan jauh di bawah 2 derajat, sehingga COP26 ialah kesempatan terakhir untuk mewujudkannya.

Tetap Meningkat

Meski setiap negara telah merencanakan komitmen-komitmen baru menjelang COP26, tetapi saat ini kondisi suhu global masih tetap meningkat setidaknya 2,7 derajat. Kenaikan suhu tersebut menimbulkan banyak dampak, yakni 62 persen area hangus terbakar karena kebakaran hutan di belahan bumi utara selama musim panas, hilangnya habitat sepertiga dari mamalia di dunia, dan kekeringan selama 4 hingga 10 bulan.

Target 1,5 Derajat

Negara-negara berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, mendorong kenaikan produksi energi terbarukan, mempertahankan suhu global idealnya maksimal 1,5 derajat, dan komitmen menyumbangkan miliaran dolar sebagai upaya dampak perubahan iklim yang dihadapi negara-negara miskin.

Target tersebut akan dievaluasi setiap 5 tahun dan akan kembali dengan rencana baru yang mencerminkan target mereka saat itu.

Langkah Awal

Dikutip dari Euronews, COP26 diharapkan menjadi langkah awal untuk melahirkan hasil yang lebih baik bagi dampak perubahan iklim. Rincian yang diharapkan adalah negara-negara maju dapat mendanai penanggulangan perubahan iklim, kompensasi atas dampak yang akan menimpa mereka, dan uang dalam membantu menerapkan ekonomi yang lebih ramah lingkungan.

Selain itu, COP26 dapat menemukan cara yang maksimal dalam menerapkan sistem carbon market dan carbon trading. Upaya sistem ini cara agar negara penghasil karbon membayar emisi yang dikeluarkannya serta negara yang menerapkan ekonomi hijau untuk menjual carbon trading.

Pertemuan ini juga menargetkan nol emisi pada 2050 dan mengurangi karbon secara progresif pada 2030.

Baca Juga:

Pembangunan Tak Bermanfaat Ketika Bumi Tak Layak Huni

Solusi Jokowi di COP26 Glasgow Dianggap Tak Sesuai Fakta Lapangan

Kajian PBB: Suhu Global Meningkat, Bumi di Jalur Bencana

Share: Seluk Beluk COP26, Perannya dalam Mengatasi Perubahan Iklim Dunia