Pemerintah memberikan tiga paket obat gratis untuk mereka yang menjalani isolasi mandiri. Salah satu paket obat gratis tersebut ada Oseltamivir dan Azitromisin yang sempat disarankan sebagai obat Covid-19.
Oseltamivir sempat viral, karena disebut sebagai obat setan membuat pemakainya pusing dan mual-mual. Dalam sebuah video yang beredar, perempuan tersebut menceritakan pengalaman tidak menyenangkan usai mengonsumsi Oseltamivir saat terkena Covid-19. Bahkan, ia menyebut hampir merenggut nyawa.
Sedangkan Dokter asal Amerika Serikat, Faheem Younus memperingatkan agar pasien Covid-19 tidak menggunakan obat Azithromycin atau Azitromisin karena dapat menyebabkan risiko berbahaya.
Azitromisin tidak mencegah atau menyembuhkan varian COVID apa pun.
Namun, dapat menyebabkan aritmia jantung yang fatal.
Jangan diambil untuk COVID. Ini memiliki lebih banyak risiko daripada manfaathttps://t.co/G6Hd3TMHEE
— Faheem Younus, MD (@FaheemYounus) July 17, 2021
Terkait Oseltamivir, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan video yang beredar tersebut tidak benar, obat tersebut bisa merenggut nyawa dan berbahaya.
“Netizen tersebut berkata seperti itu, karena mengalami keluhan pusing berputar dan mual muntah setelah meminum Oseltamivir. Karena keluhan tersebut, ia langsung berkata bahwa Oseltamivir bisa merenggut nyawa dan berbahaya. Padahal berdasarkan penjelasan dari Food and Drugs Association (FDA), keluhan mual muntah dan pusing berputar adalah efek samping yang paling sering dirasakan oleh pasien yang meminumnya,” katanya saat dihubungi Asumsi.co, Minggu (18/7/2021).
Baca Juga: Benarkah Interaksi Obat Sebabkan Pasien Covid-19 Meninggal? | Asumsi
Menurut Siti, berdasarkan penjelasan FDA keluhan tersebut cenderung ringan serta sering dirasakan dalam dua hari pertama meminum oseltamivir.
“Keluhan tersebut juga bisa diringankan dengan meminum obatnya bersama dengan makanan,” katanya.
Ia menambahkan, secara umum, keluhan mual muntah dan pusing berputar setelah pemberian Oseltamivir termasuk keluhan umum dan cenderung ringan sehingga tidak berbahaya dan tidak merenggut nyawa seperti yang dinarasikan di video tersebut.
“Jika ada pasien covid-19 yangg meminum oseltamivir kemudian meninggal, hampir bisa dipastikan penyebab meninggalnya adalah progresivitas dari infeksi Covid-19, bukan efek samping obat, kecuali ada investigasi khusus yang menyimpulkan penyebab meninggalnya adalah obat,” katanya.
Oseltamivir cukup aman
Siti menambahkan sampai saat ini, Oseltamivir masih digunakan sebagai obat Covid-19. Sedangkan keluhan seperti yang sudah diterangkan merupakan keluhan yang sering terjadi dan tidak berbahaya.
“Itu keluhan yang biasa sehingga tidak berbahaya dan tidak merenggut nyawa. Hingga saat ini, Oseltamivir juga masih dapat diberikan pada pasien Covid-19 bila sesuai dengan ketentuannya,” katanya.
Menurut Pusat Informasi Obat Nasional Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Oseltamivir bisa diberikan untuk orang dewasa dan anak berusia satu tahun lebih dengan gejala flu. Oseltamivir juga dapat diberikan dalam rangka pencegahan, terutama bila diketahui sedang terkena flu.
Baca Juga: BPOM: Ivermectin Bukan Obat Covid-19, Melainkan Obat Cacing | Asumsi
Wakil Ketua PP IAI, Keri Lestari terkait video tersebut berpendapat kemungkinan besar yang dialami perempuan tersebut ada reaksi alergi dan belum tentu disebabkan oleh Oseltamivir.
“Memang ada efek samping, tapi tidak parah. Oseltamivir ini obat antivirus yang cukup aman,’’ katanya dikutip Liputan6.
Oseltamivir dan Azithromycin direvisi dari paket obat isoman
Lima organisasi profesi kedokteran yang terdiri dari dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI merevisi Oseltamivir dan Azithromycin dari paket Isoman.
Menurut Ketua PAPDI, Sally Aman Nasution, yang juga turut serta dalam penyusunan Revisi Protokol Tata Laksana Covid-19 mengatakan kedua obat ini sebenarnya masih dipergunakan, hanya saja dimasukkan sebagai terapi tambahan.
Ia menambahkan Azitromisin merupakan antiobiotik dengan potensi antivirus dan anti inflamasi yang sudah digunakan untuk covid-19, tapi sampai saat ini belum ada cukup bukti efektifitas dan keamanannya
“Penggunaan obat antibiotik, Azithromycin, sesuai tata laksana Covid-19, hanya digunakan apabila ada kecurigaan ko-infeksi dengan mikroorganisme atipikal, yakni pada kasus suspek berat dan kritis. Sedangkan penggunaan obat antivirus, Oseltamivir, kriteria diagnosisnya, hanya digunakan jika ada kecurigaan ko-infeksi dengan influenza. Jadi, keduanya adalah sebagai obat tambahan bila diperlukan,” ujarnya menjelaskan.
Baca Juga: Cerita Dokter Faheem Younus, Edukasi COVID-19 Pakai Bahasa Indonesia Lewat Twitter | Asumsi
Konsultasi ke dokter
Dosen epidemiologi Universitas Indonesia, Tri Yunis Niko apabila mendapatkan paket gratis isoman dari pemerintah menyarankan untuk berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu. Baik konsultasi melalui telepon maupun secara daring untuk mendapatkan obat tambahan dari resep yang tepat dari dokter.
“Dokter akan menyarankan pengobatan dan obat apa yang harus digunakan selama isoman,” katanya saat dihubungi Asumsi.co, Minggu (18/7/2021).
Senada dengan Tri, anggota IDI Dokter Kemas Abdurrohim Mars mengatakan bahwa semua obat punya efek samping, ada indikasi, dan kontra indikasi.
“Dokter akan menyarankan pengobatan dan obat apa yang harus digunakan selama isoman. Banyak mereka yang tidak melakukan itu, lalu kondisi tiba-tiba memburuk, itu yang ditakutkan,” katanya.