Sains

Menyambut Gerhana Bulan Spesial, Hanya 195 Tahun Sekali

Tommi Andry — Asumsi.co

featured image
foto: unsplash.com @ktpphotohragpyx

Fenomena astronomi langka, gerhana Bulan total, bakal terjadi pada 26 Mei 2021 atau bertepatan dengan Hari Waisak. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyebutkan, gerhana kali ini akan berbeda lantaran Bulan akan berubah menjadi warna merah, cantik.

Dalam laman resminya, Lapan menyebut gerhana ini sangat spesial karena hanya terjadi setiap 195 tahun sekali. Pada fenomena ini, Bulan akan “mengunjungi” Bumi dengan jarak terdekat sehingga tampak lebih besar atau biasa disebut super moon.

Selain itu, pada gerhana kali ini, Lapan menyebut perubahan warna Bulan menjadi kemerahan saat menyapa Bumi karena adanya pembiasan cahaya Matahari oleh lapisan atmosfer Bumi.

“Gerhana Bulan total pada 26 Mei 2021 dikenal juga dengan Super Blood Moon karena terjadi saat Bulan di perigee (Bulan berada di jarak terdekat dengan Bumi). Gerhana Bulan total terjadi saat posisi Matahari, Bumi, Bulan, sejajar,” tulis Lapan.

Lapan menjelaskan, pada Super Blood Moon kali ini, lebar sudutnya akan lebih besar 13,77% bila dibandingkan dengan ketika berada di titik terjauhnya (apoge). Kecerlangannya juga 15,6% lebih terang dari rata-rata dan 29,1% lebih terang dibandingkan dengan ketika apoge.

Baca juga: Misteri Baru Venus: Perbedaan Waktu Super Lama Hingga Sinyal Misterius | Asumsi

Menurut Lapan, gerhana Bulan total kali ini juga bertepatan dengan detik-detik Waisak, yakni pada 15 Suklapaksa (paroterangWaisaka 2565 era Buddha, yang jatuh pada 26 Mei pukul 18.13.30 WIB dengan jarak 357.461 kilometer dari Bumi.

Kabar baiknya, Super Blood Moon ini dapat dinikmati di hampir seluruh wilayah Indonesia. Fenomena puncak gerhana ini akan dapat diamati langsung, tanpa memerlukan alat bantu optik, pada jam 18.46 WIB, 19.46 WITA, dan jam 20.46 WIT, dengan durasi puncak gerhana selama 14 menit 30 detik.

Detik-detik Waisak

Purnama di bulan Waisak, dalam kalender Buddha, menandai peringatan lahir, dicapainya pencerahan dan wafatnya Sang Buddha.

“Dari perhitungan kalender Buddha, detik-detik purnama Waisak yang ditandai dengan penuhnya piringan Bulan akan terjadi pada pukul 18.13.30 WIB,” kata Sekretaris Jenderal Sangha Agung Indonesia Biku Nyanasila, Thera seperti dikutip dari Kompas.id.

Peringatan detik-detik Tri Suci Waisak ini merupakan perayaan khas Indonesia yang tidak ditemukan pada umat Buddha di negara lain.

Pada 10 menit sebelum detik-detik Waisak itu, umat Buddha diajak untuk hening hingga genta dibunyikan yang menandai puncak purnama. Pada saat itu, umat Buddha umumnya masih menjalani puasa untuk melakukan delapan latihan, antara lain tidak makan setelah tengah hari hingga esok pagi, menghindari aktivitas seksual, tidak menyanyi, menari atau melihat hiburan yang merangsang indera, serta menghindari ucapan salah.

Karena tahun ini masih pandemi, ujar Nyanasila, puncak perayaan Waisak akan dilaksanakan dari Candi Sewu, Klaten, Jawa Tengah. Perayaan itu hanya dihadiri sekitar 100 orang. Perayaan akan disiarkan secara daring untuk diikuti umat Buddha dari rumah.

Terjadinya gerhana bulan yang bersamaan dengan perayaan Waisak itu bukanlah hal yang mengherankan. Perayaan Tri Suci Waisak selalu jatuh saat bulan purnama, sedangkan gerhana Bulan juga selalu terjadi saat purnama. Namun tidak setiap Waisak akan terjadi gerhana Bulan karena bidang orbit Bumi mengelilingi Matahari tidak berhimpit dengan bidang orbit Bulan memutari Bumi.

Baca juga: Misi di Mars, Babak Baru Rivalitas AS-Cina | Asumsi

Rekomendasi BMKG soal pengamatan Gerhana Bulan Total atau Super Blood Moon

Berdasarkan rekomendasi BMKG, gerhana Bulan total ini dapat disaksikan jika kondisi cuaca cerah berawan dan aman disaksikan oleh masyarakat dengan mata telanjang, tanpa harus menggunakan kaca mata khusus gerhana.

Pada puncak gerhananya, di sebagian besar wilayah Indonesia, posisi Bulan dekat dengan horizon di bagian timur sehingga memungkinkan pengamat untuk dapat mengabadikan kejadian gerhana ini dengan latar depan bangunan yang bersejarah atau ikonis. Namun, masyarakat yang berada di pesisir atau pinggir laut (pantai) diimbau untuk mewaspadai terjadinya pasang air laut yang lebih tinggi dari pasang normalnya.

Link live streaming pengamatan Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021


BMKG nantinya akan melakukan pengamatan Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021. Pengamatan dilakukan di lokasi-lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia dengan menggunakan teleskop yang dipadukan dengan detektor dan teknologi informasi. Pengamatan itu juga akan disebarluaskan melalui 
https://www.bmkg.go.id/gbt/.

Selain BMKG, Lapan juga akan menyiarkan live streaming pemantauan gerhana Bulan total atau Super Blood Moon di kanal youTube Lapan RI dan Lapan di beberapa daerah pada Rabu (26/5/2021) mulai pukul 15.45 WIB. Nantinya YouTube 
Lapan RI akan melakukan relai pengamatan dari berbagai balai atau stasiun.

Share: Menyambut Gerhana Bulan Spesial, Hanya 195 Tahun Sekali