Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyesalkan kenyataan bahwa
mereka tidak memiliki akses ke data Covid-19 Korea Utara (Korut). Akan tetapi,
WHO memprediksi krisis kesehatan tersebut akan semakin parah. Tentunya, ini
bertentangan dengan laporan ‘kemajuan’ penanganan Covid-19 di Korut.
Keterbatasan akses data: Korut mengumumkan kasus Covid-19
pertamanya pada Kamis (12/5/2022). Korut pekan lalu menyatakan wabah Covid-19
telah dikendalikan. Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) melaporkan penurunan kasus
Covid-19.
Namun, Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan mempertanyakan
klaim itu.
“Kami berasumsi bahwa situasinya semakin buruk bukan
lebih baik,” ucapnya, dilansir dari CNA.
Ia mengakui WHO hanya bisa mengakses informasi yang sangat
terbatas terkait perkembangan Covid-19 di negara totaliter yang tertutup itu.
“Saat ini kami tidak dalam posisi untuk membuat penilaian
risiko yang memadai dari situasi di lapangan. Menunjukkan bahwa sangat, sangat
sulit untuk memberikan analisis yang tepat kepada dunia ketika kami tidak
memilikinya. akses ke data yang diperlukan,” tutur Ryan.
Klaim pemulihan: Pemimpin WHO untuk Covid-19, Maria Van
Kerkhove mengatakan, Korut telah mendaftarkan sekitar 3,7 juta kasus dugaan
Covid. Meski, akun resmi hanya menyebutkan kasus ‘demam’.
KCNA yang dikelola pemerintah melaporkan Jumat (27/5/2022)
lalu bahwa beban kasus telah turun selama tujuh hari berturut-turut. Kini,
hanya lebih dari 100.000 kasus ‘demam’ baru dalam 24 jam, turun dari 390.000
kasus harian pada awal Mei 2022.
KCNA juga melaporkan satu kematian lagi pada hari Jumat
(27/5/2022) lalu. Jadi, jumlah resmi yang meninggal dunia akibat Covid-19 di
Korut menjadi 69 orang. Korut mengklaim tingkat kematian tetap 0,002%.
“Ada banyak pemulihan yang telah dilaporkan, tetapi ada
informasi terbatas yang kami dapatkan dari negara saat ini,” ujar Van
Kerkhove.
Baca Juga