Emmanuel Macron kembali terpilih untuk kedua kalinya sebagai Presiden Prancis. Kemenangan Macron ini mencetak sejarah bagi Prancis.
Sejarah: Dikutip dari NDTV, Senin (25/4/2022), Macron kembali menjadi pemimpin Prancis pertama yang memenangkan pemilihan ulang selama 20 tahun belakangan.
Dalam pidato kemenangan di Champ de Mars di pusat kota Paris di kaki Menara Eiffel, Macron bersumpah akan menanggapi kemarahan para pemilih yang mendukung saingan sayap kanannya. Macron juga menjanjikan metode baru untuk memimpin Prancis.
“Jawaban harus ditemukan atas kemarahan dan ketidaksepakatan yang menyebabkan banyak rekan senegara kita memilih sayap kanan ekstrim. Ini akan menjadi tanggung jawab saya dan orang-orang di sekitar saya,” katanya kepada ribuan pendukung yang bersorak.
Menghentikan Kanan: Macron mengaku sadar bahwa kemenangan yang ia peroleh terwujud bukan karena masyarakat Prancis murni mendukung ide-idenya.
“Saya tahu bahwa sejumlah orang Prancis telah memilih saya hari ini, bukan untuk mendukung ide-ide saya tetapi untuk menghentikan ide-ide sayap kanan,” ujar Macron di hadapan para pendukungnya dikutip The Guardian.
Perolehan suara: Macron memperoleh suara sebanyak 58,6 persen atau setara dengan 18.779.809 juta suara. Sementara sang penantang, Marine Le Pen mendulang 41,4 persen atau setara dengan 13.297.728 suara. Jumlah pemilih lebih rendah dari lima tahun lalu, dengan abstain diperkirakan mencapai rekor 28%.
“Saya bukan kandidat dari satu kubu lagi, tetapi presiden kita semuan,” imbuh Macron.
Disambut eropa: Kemenangan Macron disambut dengan cepat oleh para pemimpin Uni Eropa. Presiden Dewan Eropa Charles Michel, Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen hingga Kanselir Jerman, Olaf Scholz.
“Bravo Emmanuel. Dalam periode yang bergejolak ini, kita membutuhkan Eropa yang solid dan Prancis yang berkomitmen penuh pada Uni Eropa yang lebih berdaulat dan lebih strategis,” ujar Michel di Twitter.
Kiprah Le Pen: Marine Le Pen merupakan kandidat Partai National Rally sayap kanan ekstrem Prancis. Meski kalah, Le Pen berhasil memberikan skor terbesar yang pernah ada di sayap kanan dalam pemilihan presiden Prancis.
Selama berkampanye Le Pen mengumbar sejumlah janji seperti krisis biaya hidup, larangan jilbab Muslim di tempat-tempat umum, hingga janji untuk memprioritaskan penduduk asli alias orang Prancis atas orang lain untuk pekerjaan, perumahan, tunjangan dan perawatan kesehatan.
Dalam pidatonya, Le Pen mengatakan menerima hasil tersebut. Kendati demikian, ia mengatakan tak akan berhenti dari politik. Perempuan berusia 53 tahun itu di hadapan para pendukungnya di Paris mengatakan dia “tidak akan pernah meninggalkan” Prancis dan sudah bersiap untuk pemilihan legislatif Juni.
“Hasilnya merupakan kemenangan yang brilian. Malam ini, kami meluncurkan pertempuran besar untuk pemilihan legislatif,” kata Le Pen.
Baca Juga:
Taliban Larang Budidaya Opium di Afghanistan