Internasional

Capres Prancis Marine Le Pen Berniat Larang Pemakaian Hijab

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
Antara/(Xinhua/Rit Heize)

Calon Presiden Prancis, Marine Le Pen mengungkap akan mengeluarkan aturan larangan mengenakan jilbab. Aturan itu akan dibuat apabila ia terpilih sebagai Presiden Prancis. 

Alat politik: Wali Kota Perpignan Louis Aliot yang merupakan sekutu dan mantan teman hidup Le Pen mengatakan, larangan jilbab adalah salah satu dari beberapa alat politik untuk melawan islamisme. Namun, kata Aliot, penerapannya perlu dilakukan secara bertahap. 

Menurut Aliot, larangan itu harus dimulai untuk mereka yang bekerja di layanan yang dikelola negara, sebelum diperluas sedikit demi sedikit. 

“Akan ada perdebatan di parlemen dan kemudian akan ada pilihan,” ucapnya dalam sebuah wawancara dengan radio France Inter, dilansir dari RTE.ie. 

Sekutu Le Pen lainnya, Wali Kota Mediterania Frejus David Rachline mengungkap kebijakan larangan hijab bukan dibuat untuk menyerang kelompok tertentu. 

“Kami tidak ingin menyerang orang…semua wanita berhijab itu bukan Islamis,” tuturnya. 

Isu islam Prancis: Isu populasi Muslim yang menjadi terbesar di Eropa, menjadi topik hangat di Prancis, karena telah menyaksikan serangkaian serangan ekstremis yang mematikan. 

Pengacara di Prancis mengatakan pelarangan jilbab akan melanggar konstitusi Prancis. Pada Jumat (15/4/2022), Le Pen tampak malu-malu ketika didekati oleh seorang wanita berhijab di depan kamera, yang menyuruhnya untuk ‘meninggalkan Muslim sendirian’. 

“Kami orang Prancis, kami mencintai negara ini,” ucapnya. 

Jejak pendapat: Sebelumnya, Le Pen mengatakan, jilbab tidak dapat dilihat sebagai tanda keyakinan agama seseorang, tetapi merupakan seragam Islam yang harus dilarang dari ruang publik Prancis. 

Beberapa hari jelang pemungutan suara terakhir di Prancis, Le Pen disebut-sebut tidak pernah sedekat ini dengan Istana Elysee. Namun, kenaikannya yang spektakuler dalam jajak pendapat tampaknya mandek setelah putaran pertama, karena Emmanuel Macron meningkatkan kampanyenya. 

Macron unggul tipis: Jajak pendapat utama masih menunjukkan presiden saat ini Macron sebagai pemenang yang mungkin. Namun, digadang-gadang Macron hanya akan menang dengan selisih suara tipis. 

Jajak pendapat Ipsos untuk radio dan surat kabar France Info Le Parisien menunjukkan Macron mencapai 56%, naik 0,5% dari hari sebelumnya dan 3% dari putaran pertama. Jajak pendapat Ifop menunjukkan tren yang sama, meski dengan peringkatnya tidak berubah dari hari sebelumnya di 53,5%. 

Tantangan: Kedua kandidat menghadapi tantangan untuk menjangkau pemilih berhaluan kiri sambil mempertahankan merek dagang politik mereka. Le Pen memiliki tugas yang sangat berat terkait isu Islam dan imigrasi. 

“Orang-orang yang hadir di wilayah kami, yang menghormati hukum kami, yang menghormati nilai-nilai kami, yang terkadang bekerja di Prancis, tidak perlu takut dengan kebijakan yang ingin saya ambil,” ujar Le Pen kepada radio France Bleue. 

Dalam beberapa tahun terakhir, Le Pen telah bergerak untuk melunakkan citranya, mengalihkan fokusnya dari masalah identitas ke daya beli prioritas nomor satu bagi pemilih Prancis. Namun, Le Pen mempertahankan kebijakan sayap kanan. 

Le Pen merupakan kandidat Partai National Rally sayap kanan ekstrem Prancis.

Baca Juga:

Inggris-Prancis Ultimatum Rusia Segera Hentikan Perang di Ukraina 

Prancis Usir Enam Intel Rusia Bertopeng Diplomat 

Emmanuel Macron dan Erdogan Minta Putin Hentikan Invasi Rusia ke Ukraina

Share: Capres Prancis Marine Le Pen Berniat Larang Pemakaian Hijab