Isu Terkini

Ketika Para Taipan Indonesia Memburu Saham Rumah Sakit

Ilham — Asumsi.co

featured image
Pixabay

Emiten sektor rumah sakit dinilai menjanjikan di tengah pandemi ini. Sejumlah taipan membeli beberapa saham rumah sakit yang melantai di Bursa Efek Indonesia.

Salah satunya Grup PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) yang dimiliki Eddy Kusnadi Sariaatmadja. Mereka mengakuisisi emiten-emiten pengelola rumah sakit.

Kabar terbaru EMTK melalui pengelola Omni Hospitals, PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) berencana mengakuisisi mayoritas atau sebanyak 66% saham pengelola RS Grha Kedoya PT Kedoya Adyaraya Tbk. (RSGK), yang dikendalikan oleh Hungkang Sutedja, anak dari taipan The Ning King, salah satu raja properti di Tanah Air.

Apalagi sebelumnya, RSGK sempat melonjak ketika dibuka pada Rabu (8/9/2021) dari harga IPO pada level Rp1.720 per lembar menjadi Rp2.150 atau melonjak 25 persen. Batas kenaikan tertinggi saham secara harian. Kapitalisasi pasarnya pun mencapai Rp2 triliun.

Sebelumnya, EMTEK juga telah membeli saham PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME), pengelola RS Omni pada 30 Juni 2021. Pembelian saham SAME oleh Emtek sebanyak 124.859.623 saham atau yang mewakili 1,05 persen dari total saham yang dikeluarkan dan disetor perseroan. Harga pembelian per saham Rp 630. Total nilai pembelian saham SAME itu sekitar Rp 78,66 miliar. Selain Emtek, SAME juga dimiliki Grup Lippo milik Keluarga Riady PT Siloam.

Kemudian, Dato’ Sri Tahir juga membeli saham RS Mayapada (SRAJ). Emiten investasi yang didirikan oleh Edwin Soeryadjaya dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) juga memiliki portofolio RS, yakni jaringan RS Primaya Hospital. Primaya Hospital sendiri berada di bawah Awal Bros Group Hospital yang dimiliki oleh pengusaha Arfan Awaloeddin.

Prospek saham rumah sakit ini juga  ditopang oleh dukungan dana dan komitmen pemerintah, demografi penduduk, masih tingginya kasus Covid-19, sampai potensi pertumbuhan ekosistem kesehatan digital, seperti telemedicine yang semakin berkembang.

Baca Juga: Antusiasme Tinggi, Simak Prospek Saham Bank Digital

Adapun saham-saham rumah sakit dan kesehatan yang dinilai akan berkembang adalah sebagai berikut:

  • PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE), Rumah sakit yang dikelola oleh perusahaan diantaranya RS Metro Hospital Cikupa, RS Metro Hospital Cikarang, RS Mitra Husada Sidoarjo, RS Kartini Mojokerto, RS Bunda Sejahtera, RS Santo Yusuf, dan RS Bina Sehat Mandiri.
  • PT. DIAGNOS LABORATORIUM UTAMA TBK (DGNS) Perusahaan bergerak dalam menyediakan pelayanan penunjang kesehatan, seperti laboratorium kesehatan, pusat gambar diagnosa lainnya, laboratorium pemeriksaan darah, gudang farmasi, bank mata, bank darah, bank sperma, bank transplantasi organ dan pelayanan penunjang medik lainnya. Perusahaan merupakan bagian dari BMHS (Bundamedik Healthcare System).
  • PT. Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), rumah sakit yang dikelola Rumah Sakit Hermina.
  • PT. MITRA KELUARGA KARYA SEHAT TBK (MIKA),  mengelola meliputi 16 rumah sakit Mitra Keluarga dan 9 rumah sakit di bawah Kasih Group.
  • PT. Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) bergerak di bidang laboratorium kesehatan dengan melakukan kegiatan usaha seperti mendirikan klinik, laboratorium kesehatan, pengelolaan rumah sakit, pusat penelitian dan pendidikan perawat dan pemeriksaan kesehatan masyarakat.
  • PT. Royal Prima Tbk (PRIM). Perusahaan mengoperasikan 2 (dua) rumah sakit terbesar di Sumatera, yaitu Royal Prima Medan (RPM) dan Rumah Sakit Royal Prima Jambi (RPJ).
  • PT. Kedoya Adyaraya Tbk (RSGK), perusahaan saat ini mengoperasikan 2 (dua) rumah sakit umum yaitu RS Grha Kedoya yang didirikan pada tahun 2009 dan RS Grha MM2100 yang diakuisisi pada tahun 2018.
  • PT. Sarana Meditama Metropolitan Tbk perusahaan mengelola rumah sakit Omni.
  • PT. Siloam International Hospitals Tbk (SILO) bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan. Siloam merupakan anak perusahaan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR).
  • PT. Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) adalah untuk menyediakan layanan medis, salah satunya mengelola Rumah Sakit Mayapada.

Prospek Menjanjikan

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira menilai prospek bisnis kesehatan seperti rumah sakit dan telemedicine menjanjikan, setelah  e-commerce dan jasa pelayanan mengantarkan makanan.

“Ini salah satu sektor yang perkembangannya besar. Apalagi masyarakat mulai banyak perhatian terhadap kesehatan selama masa pandemi. Pengeluaran masyarakat juga sebagian tersita belanja obat-obatan, oksigen, masker,” katanya saat dihubungi Asumsi.co, Minggu (12/9/2021).

Apalagi, lanjut Bhima, dengan adanya healthech yang mengintegrasikan layanan kesehatan dari hulu ke hilir. Mulai dari fasilitas rumah sakitnya, melakukan konsultasi jarak jauh dengan dokter, bahkan pembelian obat door to door.

Baca Juga: FOMO Saham Bukalapak, dari Protes ke Aplikasi Hingga Lelang Saham

“Banyak para konglomerat sebelumnya mempunyai jaringan rumah sakit yang cukup kuat bahkan menjangkau sampai Indonesia bagian timur. Ini kalau dihubungkan dengan aplikasi kesehatan bisa menjangkau lebih luas lagi, tidak hanya secara rutin ke rumah sakit tapi perawatan di rumah. Misalnya homecare, pembelian lewat pesan antar, logistic kurir jadi berkembang dari hulu ke hilir,” katanya.

Menurut lulusan dari Universitas Bradford ini, jaringan rumah sakit kaya akan data, sementara mereka (taipan) kesulitan melakukan data analytic, seperti membaca tren obat yang sedang naik apa, layanan kesehatan yang inovatif apa.

“Sepertinya, mereka sengaja mengakuisisi perusahaan healtech tujuannya untuk melakukan analisis terkait dengan data, sehingga lebih user experience bagi pasien, bagi keluarganya sesuai kebutuhan spesifik. Kedua ada yang mengincar valuasi sebelum perusahaan healtech ini melantai di bursa. Jadi yang dikejar ini, jadi dikejar karena valuasi perusahaan healtehc ini cukup potensial dan setelah menyuntik dalam pendanaan seri A, B, atau seri C maka next mereka mendoron untuk IPO disitulah ada keuntungan dari capital Gain,” katanya.

Masih Akan Menguat

Analis saham dari Infovesta, Cheril Tanuwijaya  mengatakan, prospek saham sektor rumah sakit diprediksi masih akan menguat hingga jumlah kasus baru Covid-19 mulai menurun atau telah mencapai puncaknya.

“Tentunya kondisi ini masih perlu disesuaikan dengan kondisi mendatang, apakah pada saat jumlah kasus baru menurun, pemerintah dan masyarakat berhasil menjaga agar tidak terjadi peningkatan lagi atau tidak,” ujarnya Asumsi.co, Minggu (12/9/2021).

Ia menambahkan bisnis rumah sakit memiliki peluang besar di masa depan. Penyebab utamanya, karena didukung oleh pertumbuhan penduduk di Indonesia sehingga permintaan fasilitas kesehatan juga meningkat. Adanya pandemi juga meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan terlebih lagi virus Covid-19 cepat bermutasi.

Sedangkan Fendy Susianto dari Finvesol Consulting menyampaikan adanya tren positif yang menciptakan sinergi yang baik antara sistem kesehatan online dan offline, pengguna telemedicine dapat lebih dirujuk ke rumah sakit atau klinik, karena banyak diagnosis masih membutuhkan perawatan. Apalagi berdasarkan data Frost & Sullivan pendapatan kesehatan digital di Tanah Air diharapkan meningkat dari US$85 juta pada 2017 menjadi US$973 juta pada 2022 dengan tingkat CAGR lebih dari 60%.

“Saham emiten rumah sakit hampir seluruhnya masuk kategori defensif. Dan saat ekonomi melemah karena pandemi Covid-19 seperti saat ini, saham defensif menjadi pilihan tepat untuk berinvestasi,” katanya.

Meski demikian, kinerja emiten rumah sakit tidak terlalu mengejutkan di tengah kondisi saat ini karena memang dari sisi kondisi industri yang memicu peningkatan kinerja tersebut.

“Di tengah kondisi pandemi seperti saat ini, tidak hanya masalah Covid-19, adanya penderita penyakit lainnya pun di mana harus mendapatkan pelayanan RS akan memicu permintaan sehingga akan menambah sumber pendapatan dari RS,” katanya.

Share: Ketika Para Taipan Indonesia Memburu Saham Rumah Sakit