General

Waspada Ancam 9 Provinsi Indonesia, Apa Itu Siklon Tropis Surigae?

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Foto: Instagram @infobmkg

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan untuk sembilan provinsi di Indonesia agar meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman siklon tropis Surigae.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati mengatakan, siklon tropis Surigae saat ini sedang terjadi di perairan Samudra Pasifik sebelah utara Papua Barat. 

Mana Saja 9 Provinsi yang Dimaksud? 

Raditya menerangkan, meski arahnya cenderung bergerak menjauhi wilayah Indonesia. Namun, keberadaan siklon tropis Surigae tetap memberikan dampak tidak langsung bagi sejumlah provinsi di Tanah Air.

Diperkirakan siklon tropis ini akan mengalami kenaikan intensitas dalam 24 jam ke depan dan terus bergerak mengarah ke barat laut dan sembilan provinsi diminta meningkatkan kesiapsiagaan.

“Menurut prediksi BMKG hingga Sabtu (17/4/21) pukul 19.00 WIB, posisi siklon tropis tersebut masih akan berada di perairan Samudra Pasifik dan diperkirakan bergerak menuju sebelah utara Maluku Utara,” ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima Asumsi.co.

Baca juga: Titik Gempa Malang M6,7 Telah Ada Sejak Ratusan Tahun Silam

Posisinya secara geografis, kata dia, berada pada 11,7 LU dan 129,7 BT, atau sekitar 1.040 kilometer sebelah utara timur laut Tahuna.

Ia menambahkan, siklon tropis Surigae diperkirakan akan bergerak dengan kecepatan 10 knot atau 19 kilometer per jam, dengan kekuatan 95 knots atau 185 kilometer per jam dengan tekanan 935 hPa.

“Akibat adanya pergerakan dan fenomena siklon tropis tersebut, BMKG memprediksi dampaknya dapat berupa potensi hujan lebat disertai kilat atau petir, serta angin kencang di sembilan wilayah,” ujarnya.

Kesembilan provinsi yang perlu siaga antara lain Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan Papua Barat.

Kepala Daerah Diminta Ikuti Instruksi BNPB

Terkait adanya perkembangan informasi mengenai siklon tropis Surigae tersebut, kata Raditya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta untuk melakukan kesiapsiagaan sejak dini.

“BNPB melalui Kedeputian Bidang Pencegahan menginstruksikan kepada pemangku kebijakan kabupaten/kota di wilayah masing-masing agar dapat melaksanakan upaya penguatan kesiapsiagaan menghadapi beberapa dampak dari siklon tropis tersebut,” jelasnya.

Kepala daerah, lanjutnya diharapkan dapat melaksanakan amanah yang tertuang pada surat imbauan yang telah disampaikan.

“Mengacu pada Surat Deputi Bidang Pencegahan BNPB nomor B27IBNPB/DIl/PK.03.02/04/2021 tanggal 13 April 2021 tentang Peringatan Dini dan Langkah-Langkah Kesiapsiagaan Menghadapi Potensi Bibit Siklon Tropis 94W yang berkembang menjadi siklon tropis Surigae,” tuturnya.

Ia menambahkan, pemangku kebijakan di daerah juga diminta agar melaksanakan instruksi yang tertuang dalam Surat Edaran (SE) Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Nomor 360/2067/BAK tanggal 16 April 2021 tentang Langkah Antisipatif Terhadap Potensi Bibit Siklon Tropis.

“Beberapa hal yang tercantum dalam SE tersebut meliputi koordinasi dan sinergisitas Forkopimda, peningkatan kewaspadaan terhadap potensi bencana yang dapat ditimbulkan, persiapan sarana dan prasarana, peningkatan kesiapsiagaan dan membangun rencana kontingensi dan pelaksanaan SOP,” ungkapnya.

Selain itu, ia mengatakan hal penting yang juga tertuang dalam edaran, menekankan penanganan darurat berbasis penerapan protokol kesehatan bersama Satgas Penanganan COVID-19.

BMKG juga memantau potensi gelombang air laut setinggi 1,25-2,5 meter terjadi di laut Sulawesi, perairan Kepulauan Sangihe, perairan Kepulauan Sitaro, perairan Bitung-Likupang, hingga Laut Maluku.

“Serta perairan selatan Sulawesi Utara, Laut Halmahera, dan perairan Biak hingga Jayapura,” lanjut Raditya.

Gelombang air laut dengan ketinggian rata-rata 2,5 hingga 4 meter juga berpeluang terjadi di perairan Kepulauan Talaud dan perairan utara Halmahera.

“Gelombang air laut setinggi 4-6 meter berpeluang terjadi di Samudra Pasifik utara Halmahera hingga Papua Barat,” ucapnya.

Para pemangku daerah, kata dia, turut diminta menyebarkan informasi potensi terjadinya cuaca buruk melalui media dan kearifan lokal, pengalokasian APBD, hingga pembinaan dan pengawasan wilayah.

“Kemudian disampaikan melalui pelaporan hasil pelaksanaan penanggulangan bencana dari bupati/wali kota kepada Kementerian Dalam Negeri,” tandasnya.

Apakah Siklon Tropis Itu?

Meteorologis dari Stasiun BMKG Tanjung Pinang, Kepulauan Riau Diana Cahaya Siregar menjelaskan siklon tropis merupakan fenomena meteorologis yang sangat potensial menimbulkan kerusakan pada daerah yang dilaluinya. 

“Siklon tropis dikategorikan sebagai sistem tekanan rendah, dengan skala sinoptik yang tumbuh di atas perairan hangat yang wilayah blok awannya bersifat konvektif dengan kecepatan angin maksimum berkisar 34 knots atau lebih,” kata Diana melalui keterangan tertulis.

Baca juga: Nepal Alami Kebakaran Hutan Terburuk Dalam Satu Dekade Terakhir

Adapun siklon tropis Surigae, penamaannya berasal dari Jepang karena  sudah masuk wilayah pengamatan Japan Meteorological Agency.

Ia menambahkan, masa hidup suatu siklon berkisar 3 hingga 18 hari. Dampak siklon tropis berkisar pada radius antara 2 derajat hingga 4 derajat, dari pusatnya.

”Pola pembentukan badai dapat mencapai radius 12 derajat atau lebih. Secara teoritis wilayah Indonesia memiliki dampak tidak langsung dari pertumbuhan siklon,” ucapnya.

Dampak dari suatu siklon tropis di suatu wilayah, lanjutnya, bergantung pada jenis badai, topografi, jarak dari badai, dan kondisi atmosfer global.

“Energi suatu siklon diperoleh dari lautan hangat 26.5 derajat Celcius atau lebih, sehingga siklon akan melemah memasuki perairan dingin atau daratan,” tuturnya.

Apa Saja Dampak dari Fenomema Siklon Tropis?

Diana mengatakan, dampak dari suatu siklon dapat berupa: angin kencang, hujan deras yang cukup lama sehingga memicu terjadinya banjir, gelombang tinggi, dan gelombang badai (storm surge).

Lebih jauh, ia menjelaskan dampak siklon tropis dipengaruhi posisi dan intensitas siklon dan juga tergantung pada faktor sirkulasi udara di wilayah Indonesia.

“Ketika ada indikasi tumbuh siklon di beberapa wilayah kecenderungan cuacanya akan memburuk dan berdampak pula terhadap gelombang tinggi di laut,” terangnya.

Daerah pertumbuhan siklon tropis paling subur di dunia, kata Diana, antara lain Samudera Hindia dan perairan barat Australia.

“Perairan Indonesia, umumnya memiliki variabilitas rendah dan cenderung konstan sepanjang tahun namun ketika terdapat pertumbuhan siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia maka dapat memicu gelombang tinggi,” pungkasnya.

Share: Waspada Ancam 9 Provinsi Indonesia, Apa Itu Siklon Tropis Surigae?