Politik

Untuk Apa Pejabat Pasang Wajah Sendiri di Mana-mana?

Ikhwan Hardiman — Asumsi.co

featured image
Foto: Asumsi

Bakat narsis tak hanya dimiliki oleh mereka yang biasa tampil di layar kaca dan jagad dunia maya. Saat menyusuri jalan-jalan di sudut kota hingga desa, wajah pejabat mungkin sering ditemukan di baliho, spanduk, hingga di kardus bantuan sosial atau bansos.

Baru-baru ini, perhatian warganet terpaku pada akun resmi Instagram Dinas Kesehatan Provinsi Banten @dinkes_provbanten yang dipenuhi foto Gubernur Dr. H. Wahidin Halim dan Wagub H. Andika Hazrumy. Mayoritas unggahan terbaru di akun tersebut sebenarnya memuat infografis tentang perkembangan penyebaran kasus Covid-19 di Banten, namun wajah Gubernur Wahidin dan Wagub Andika yang ada di hampir setiap unggahan akan setia menemani warganet.

Kerap Memicu Netizen

Momen yang menggelitik publik itu juga sempat ramai di internet ketika wajah Bupati Kabupaten Klaten, Sri Mulyani, terpampang di botol cairan pembersih tangan. Kekonyolan semakin menjadi karena di balik foto sang bupati sudah tertempel stiker Kementerian Sosial RI saat awal masa pandemi Covid-19 di Indonesia, April tahun lalu.

Sri yang namanya terus digembar-gemborkan akhirnya mengeluarkan klarifikasi plus permintaan maaf. Akan tetapi, ia berkilah bahwa pihaknya hanya mendapat bantuan botol cairan pembersih kosong, sedangkan cairannya diisi sendiri oleh Pemkab Klaten. Ia mengisyaratkan hal tersebut adalah kolaborasi nyata antara pemerintah daerah dengan kementerian.

“Sudah saya klarifikasi. Ada kekeliruan di lapangan, mungkin (stiker) ditempelin semua (ke bansos itu). Dari Kemensos sangat terbatas sekali, tidak banyak. Justru (bantuan) yang banyak itu dari kami,” kata Sri dikutip Kompas.

Hal serupa juga pernah dilakukan oleh Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, yang membuat ucapan belasungkawa atas meninggalnya suami Bunga Citra Lestari, Ashraf Sinclair. Dalam poster yang ia unggah di media sosial, terlihat foto berwarna Hasto berada di depan mendiang Ashraf yang sudah diedit hitam-putih.

“Kami di PDI Perjuangan meyakini, politik menjadi menarik dan mempersatukan jika ditempuh lewat jalan budaya. Hari ini kita kehilangan pelaku jalan budaya. Saya mengucapkan turut berduka yang mendalam,” tulis Hasto dalam foto tersebut.

Bentuk Sosialisasi Tokoh

Menanggapi hal ini, Dosen ilmu politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago berpendapat bahwa munculnya wajah pejabat di berbagai sudut kehidupan masyarakat adalah hal biasa dalam koridor menyampaikan informasi.

Menurutnya, hal tersebut dapat menjadi alat sosialisasi agar tokoh dapat lebih dikenal. Di satu sisi, ia menegaskan bahwa apapun yang dilakukan oleh pejabat tidak bisa lepas dari politik, termasuk dalam pemberian bansos aktivitas sosial lainnya.

Baca juga: Kenapa Tugu di Perkotaan Mencuri Perhatian Publik Akhir-akhir Ini?

“Selalu dalam aktivitas politik yang namanya kepentingan dan agenda publik tidak bisa tercecer. Politik bukan ruang hampa dan pasti ada agenda terselubung meski itu hanyalah bonus dalam politik,” kata Pangi ketika dihubungi Asumsi.

Di sisi lain, ia meminta pejabat tidak hanya sekadar menampilkan wajah di berbagai media tanpa kinerja yang dirasakan masyarakat. Sebab menurutnya, warga sebagai pemilih cenderung mempercayakan sosok pemimpin yang meiliki kontribusi nyata.

“Dengan spanduk itu misalnya, belum tentu akan dipilih masyarakat. Itu hanya rumus awal bagaimana dikenal, karena kalau tidak kenal bagaimana bisa dipilih? Tapi tetap yang penting adalah kinerja dan kedekatan dengan masyarakat,” ujarnya.

Jangan Kelihatan Pamrih

Menurut Pengamat Politik dan Kebijakan Publik Universitas Trisaksi, Trubus Rahardiansyah, pejabat yang bekerja dalam lingkup sosial kemasyarakatan tidak perlu mengumbar-umbar foto wajah sendiri agar dikenal lebih luas.

Ia meminta para politisi mengedepankan empati ketika terjadi musibah di sebuah daerah. Namun, ia memaklumi jika pejabat memajang foto-foto wajahnya di tempat umum untuk kepentingan sosialisasi.

“(Memasang wajah di bansos) itu tidak tepat. Kalau menolong ya menolong saja jangan kelihatan pamrihnya. Tapi jika ada spanduk di jalan, itu tidak apa-apa. Asal jangan di karung atau kardus (bansos),” ujarnya ketika dihubungi Asumsi.

Khusus di masa pandemi Covid-19, Trubus menilai popularitas pejabat akan naik dengan sendirinya seiring dengan kebijakan dan penerapan di lapangan. Mengambil contoh penerapan PPKM Darurat di Jawa-Bali, ia menilai seorang pemimpin akan terlihat kualitasnya melalui beberapa aspek seperti ketersediaan fasilitas kesehatan, obat-obatan, tabung oksigen, hingga makanan bagi warga yang terdampak pandemi.

Share: Untuk Apa Pejabat Pasang Wajah Sendiri di Mana-mana?