Isu Terkini

Kenapa Tugu di Perkotaan Mencuri Perhatian Publik Akhir-akhir Ini?

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Foto: Twitter @handjobservices

Dalam
waktu berdekatan ini, persoalan tugu ramai diperbincangkan di publik. Beberapa contohnya
seperti rencana pembangunan tugu sepeda di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta
Pusat oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Rencana itu jadi sorotan publik
karena biaya yang dianggarkan untuk pembangunannya mencapai Rp800 juta. Wakil
Gubernur DKI, Ahmad Riza Patria mengatakan, tugu tersebut dibangun sebagai
bentuk apresiasi Pemprov DKI terhadap para pesepeda di ibu kota. 

Terkini,
Tugu Pamulang di Jalan Siliwangi, Tangerang Selatan, juga ramai diperbincangkan.
Tugu itu jadi sorotan publik karena bentuknya yang berbeda jauh dengan desain
pada rancangan awal.

Tugu
Pamulang Dibilang Mirip Toren Air

Tugu ini diketahui hanya berupa tiang-tiang
melingkar, di atasnya yang dipasang kubah berukuran sedang berwarna putih.
Dikutip dari Kompas,
pada rancangan awal, tugu tersebut berbentuk heksagon dengan kubah kecil.
Terdapat pula ornamen yang menghiasi tiang-tiang tugunya.

Di jagad maya, tugu ini viral karena salah
satu warganet yang menyebut bentuknya menyerupai toren air. Perencanaan
hingga anggaran pembangunan proyek tugu ini pun dipertanyakan oleh netizen.

Lewat salah satu unggahan lawasnya, akun
Instagram @seputartangsel memperlihatkan
foto Tugu Pamulang dengan keterangan foto yang mengkritisi urgensi pembangunan
tugu yang berada di sekitar kawasan Universitas Pamulang ini.

“Sampai sekarang, pertanyaan tak
terjawab: ini tugu apa? Siapa yg bikin? Apa urgensi, fungsi dan filosofinya?
Intinya, ini tugu nggak jelas perencanaannya, nggak jelas desain, fungsi hingga
safetynya, tanpa sosialisasi dan pengerjaannya pun asal-asalan. Tapi belum
dapat info, berapa anggaran untuk bikin toren, eh tugu ini.,” demikian
tulis keterangan unggahan yang kini kembali viral di jagad maya.  

Sementara di Twitter, akun @handjobservices mengunggah
gambar yang membandingkan desain awal hingga hasil akhir tugu tersebut yang
terlihat amat berbeda. “Kebanyakan pembangunan di Pamulang emang gaib.
Proyek pemerintah aja bisa disegel sama pemerintah sendiri,” kicau akun
tersebut. 

“Bang gue penasaran ini tower depan
Unpam buat penampungan air apa gimana?” balas salah satu warganet pada
unggahan yang telah dicuit ulang hingga 7.000 kali itu. 

Dibangun
Sejak 2018

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
(PUPR) Provinsi Banten, M. Tranggono mengungkapkan, tugu tersebut dirancang
sejak tahun 2017 dan mulai dibangun pada 2018. Dikutip dari Tribun News,
anggaran yang dikucurkan untuk membuat Tugu Pamulang senilai Rp 300 juta,
termasuk taman dan trotoar di Bundaran Pamulamg.

Dua tahun lalu, ia mengungkapkan sejumlah
pihak mengkritisi tugu tersebutm mulai dari DPRD, hingga Pemerintah Kota
Tangsel. Dinas PUPR menganggarkan sebesar Rp 200 juta untuk merenovasinya pada
2020.

Namun, rencana perbaikan tugu akhirnya
tertunda akibat pandemi COVID-19 yang berdampak terhadap anggaran. “Bukan
hanya Tugu Pamulang yang terkena refocussing, tapi juga
banyak kegiatan lainnya yang mengalami hal yang sama,” kata Tranggono

Menyikapi soal bentuk tugu yang disebut mirip
toren air, Tranggono mengungkapkan bahwa sebenarnya ada filosofi dari bentuk
tugu tersebut, Ia mengatakan, bentuk puncak tugunya, mengikuti kubah Masjid
Banten Lama.

“Iya tugu Banten Lama, menara Banten
lama, kan ciri khasnya Banten. Cuma prinsipnya dibuat minimalis karena kan
biayanya kan juga kalau dibuat besar gitu,” katanya dikutip dari sumber
berita yang sama.

Usai bikin viral, ia memastikan pihaknya
bakal merevitalisasi Tugu
Pamulang. Tranggono memastikan pihaknya akan mengikutsertakan Pemerintah
Kota Tangsel dalam perencanaan desain revitalisasinya.

Kenapa
Tugu Jadi Perhatian Publik?

Sosiolog Universitas Indonesia, Paulus
Wirutomo mengatakan sebagai salah satu ornamen kota, tugu biasanya memiliki
makna tersendiri, seperti simbol suatu kota, memperingati momen atau mengenang
sosok tertentu. 

Demikian pula dua tugu yang kini mencuri
perhatian publik, yakni tugu sepeda yang katanya dibangun sebagai apresiasi
untuk para pesepeda dan Tugu Pamulang yang menjadi representasi salah satu ikon
kota Banten.

“Keberadaan tugu, merupakan hal yang
biasa sebenarnya karena masuk sebagai salah satu wujud peradaban kota. Suatu
kota, kalau tidak ada sama sekali patung atau tugu, orang biasanya juga akan
menilai, kota ini tidak manusiawi karena tidak ada barang seninya sama
sekali,” ujar Paulus kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon.

Namun, menurutnya momen pandemi COVID-19 yang
masih berlangsung hingga kini, dinilainya memicu sensitifitas masyarakat
meningkat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial.

Paulus mengatakan, pembangunan tugu seperti
yang tengah dilakukan Pemprov DKI dianggap menyinggung masyarakat yang kini
sedang hidup dalam kesulitan akibat dampak panjang pandemi. Menurut publik,
pembangunan tugu sepeda tidak mendesak dilakukan saat ini. Uangnya, kata dia,
lebih baik dipakai untuk urusan bantuan sosial yang bisa menopang kehidupan
masyarakat saat ini.

“Menurut saya, masyarakat umum merasa
ini tidak tepat untuk membangun tugu semacam itu. Dukungan masyarakat itu
penting. Orang sekarang lagi hidup susah karena Corona, mau bangun tugu. Hal
ini tentunya menyinggung sensitifitas masyarakat,” ucapnya.

Begitu pula dengan Tugu Pamulang. Ia menyebut
publik sama sekali tidak melihat makna berarti dalam bangunan tersebut.
Keberadaannya, dinilai hanya membuang-buang uang. 

Tak heran, bila Tugu Pamulang yang sebenarnya
sudah lama eksis, kini kembali viral karena tensi
masyarakat yang naik melihat isu-isu yang berkaitan dengan pemborosan anggaran
di tengah masa sulit akibat pandemi.

“Monumen atau tugu suatu simbol-simbol
dengan keindahan, supaya kota terlihat artistik itu biasa, tetapi persoalannya
pandemi ini kan, bikin orang jadi lebih mudah tersinggung karena hidup rasanya
makin sulit. Dicolek isu sensistif sedikit mereka mudah tersulut. Banyak
masalah-masalah yang belum terselesaikan karena wabah yang diharapkan publik
jadi prioritas pemerintah saat ini tentunya,” tuturnya.

Bangun Tugu Lebih Dikritisi Masyarakat

Paulus mengatakan, tugu sudah menjadi bagian
penting dari kehidupan sosial masyarakat. Ia mencontohkan, seperti Monumen
Nasonal (Monas) yang disambut baik oleh masyarakat saat awal pembangunannya
sebagai tugu dengan biaya pembangunan berbiaya fantastis kini membuatnya
menjadi wajah wisata Jakarta.

“Monas dibangun Soekarno pada saat-saat
yang nilai tepat. Waktu itu, Monas dibangun karena ingin menunjukkan Indonesia
sebagai bangsa yang baru merdeka, mampu membangun monumen besar. Itu secara
internasional, memang memiliki makna yang hebat,” terangnya.

Pakar kebijakan publik Universitas Indonesia
(UI), Lisman Manurung menilai wajar jika tugu menjadi sorotan publik hingga
menuai kontroversi. Menurutnya, tak seperti bangunan perkotaan lain yang
memiliki azas guna dan manfaat, membangun tugu sebagai hiasan kota bakal lebih
dikritisi oleh masyarakat.

“Masyarakat bisa saja berpikir
macam-macam. Kalau jembatan misalnya ya jelas digunakan untuk menyeberang.
Kalau tugu ini kan, tujuannya artistik. Masing-masing orang tentu berbeda
melihatnya,” kata Lisman saat dihubungi terpisah. 

Menurutnya, fenomena tugu yang bikin viral di dunia maya ini
hanyalah dinamika masyarakat perkotaan, terutama yang tinggal di sekitar kota
tempat eksisnya tugu tersebut dalam menyampaikan pendapatnya.

“Normal-normal saja dalam kehidupan perkotaan yang
masyarakatnya menyikapi berbeda-beda terhadap banyak hal. Kalau tugu sepeda
yang lagi mau dibangun Pemprov DKI, mungkin diinisiasi sebagai kenang-kenangan
dari Pak Gubernur Anies Baswedan sebelum meninggalkan jabatannya,”
ujarnya.

Share: Kenapa Tugu di Perkotaan Mencuri Perhatian Publik Akhir-akhir Ini?