Vaksin Covid-19

Peneliti Australia Bakal Uji Coba Vaksin Semprot, Lebih Bagus Mana Sama yang Suntik?

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Foto: 9news

Vaksin Covid-19 tanpa suntik bakal segera diuji coba oleh para peneliti dalam waktu dekat ini. Nantinya, vaksin ini akan diberikan lewat metode tembak atau semprot tanpa adanya jarum. Seefektif apa vaksin jenis ini buat melawan Covid-19?

Melibatkan 150 Relawan

Melansir 9news, saat ini vaksin bernama Covalia itu, dilaporkan sedang dalam masa persiapan uji coba tahap 1, oleh para peneliti di Australia bekerja sama dengan perusahaan biotek Negeri Kangguru, Technovalia dan mitra vaksin internasional BioNet.

Riset ini dipimpin oleh University of Sydney serta melibatkan Scientia Clinical Research di Sydney, Telethon Kids Institute di Perth, dan Women’s and Children’s Hospital di Adelaide.

“Uji coba Fase 1 akan melibatkan 150 relawan, dengan melakukan penyaringan dan pendaftaran peserta. Kami memulai uji klinis bersama dengan rekan-rekan kami di Perth dan Adelaide, dan untuk melakukan uji coba vaksin covid-19 tanpa jarum pertama di Australia,” kata Kepala Peneliti University of Sydney, Nicholas Wood.

Baca Juga: Riwayat Pemerintah Atasi Pandemi Covid-19: PSBB sampai PPKM Mikro, Efektifkah? | Asumsi

Covalia merupakan vaksin semprot bertekanan tinggi yang akan digunakan untuk vaksinasi dengan cara ditembak ke kulit menggunakan injector jet. Penyemprotannya dirancang untuk memastikan vaksin masuk ke dalam sel tubuh.

Melalui vaksin ini, para peneliti bakal mengembangkan vaksin berbasis sekuens DNA virus SARS-CoV-2, dan melakukan penyempurnaan bila masih ada sejumlah kekurangan. Hasil uji coba ini diharapkan bisa memperlihatkan efektivitas vaksin Covid-19 dalam bentuk semprot mampu memicu respons imun.

Vaksin Suntik Dinilai Lebih Efektif

Sumber yang sama melaporkan, Nicholas Wood menerangkan tujuan penelitian ini juga akan mendalami keamanan dari 2 dosis vaksin yang bakal diberikan dalam jarak satu bulan.

Para peneliti menyebut, bila uji coba pada 150 orang berhasil, maka uji coba fase 2 yang lebih besar akan dilakukan. 

“Uji coba juga akan melihat apakah dosis vaksin lebih rendah dapat bekerja lebih baik setelah vaksinasi. Studi Covalia menjadi tonggak penting bagi pengembangan vaksin Covid-19 tanpa jarum,” tandasnya.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, saat ini uji klinis vaksin tanpa suntik masih dalam tahap awal. Sehingga, belum bisa dipastikan efektivitasnya membentuk antibodi untuk melawan virus Corona, sebagaimana vaksin suntik.

“Sekarang kan, baru mau masuk uji klinis tahap 1. Kita tunggu selesai saja sampai tahap 3 lalu kita lihat efikasinya seperti apa. Kemudian yang juga ditunggu adalah publikasi ilmiahnya seperti apa. Kita tunggu saja,” jelas Nadia kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon, Kamis (1/7/2021).

Baca Juga: PPKM Darurat Resmi Berlaku 3 Juli di Jawa-Bali | Asumsi

Ia memahami ini merupakan bentuk inovasi dari vaksinasi. Bahkan, belakangan ia juga mendengar adanya rencana para ilmuwan untuk mengembangkan vaksin dalam bentuk pil. Sejauh ini, menurutnya vaksinasi yang paling efektif adalah yang disuntikkan ke tubuh.

“Boleh saja inovasi mau pakai vaksin dengan cara lain tanpa disuntik. Pokoknya yang penting, uji klinisnya yang nanti memastikan kalau ini aman. Malah saya dengar ada juga lagi dikembangkan vaksin itu bentuknya diminum kayak pil. Buat saya sih yang efektif itu vaksin ya, disuntik. Pada prinsipnya, vaksin disuntik karena diberikan ke darah untuk membangun sistem antibodi. Kalau disemprot begini, ragu saya. Yang pasti-pasti saja lah,” tandasnya.

Hal senada juga disampaikan Ahli Gastroenterologi Universitas Indonesia, dr Ari Fahrial S SpPD, yang menilai vaksinasi dalam bentuk semprot kurang mampu membangun antibodi di dalam tubuh sebagaimana vaksin suntik pada umumnya.

“Ya tentu, tidak bisa optimal kalau cuma disemprotkan. Vaksinasi itu ya, sebaiknya disuntik langsung. Ya sudah, sekarang kita tunggu saja hasil risetnya,” pungkas Ari saat dihubungi terpisah.

Share: Peneliti Australia Bakal Uji Coba Vaksin Semprot, Lebih Bagus Mana Sama yang Suntik?