Isu Terkini

Pemotor Acungkan Jari Tengah ke Pesepeda, Apa Kabar Etika Lalu Lintas?

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Foto: Twitter/@samartemaram

Potret pengendara sepeda motor berpelat kendaraan AA yang mengacungkan jari tengahnya di depan kelompok pesepeda di tengah jalan, ramai mencuri perhatian warganet di jagat Twitter. Foto ini menuai reaksi beragam dari warganet atas perilaku para pesepeda dan si pengendara motor.

Harus Saling Menghormati

Foto viral ini kali pertama diunggah akun @samartemaram yang dilengkapi dengan cuitan, “Berani beraninya ama pejuang antipolusi ibukota.” Terlihat si pengendara sepeda motor mengangkat tangan kiri seraya mengacungkan jari tengahnya dan menoleh ke kelompok pesepeda yang ada di belakangnya. Dari latar perkotaan yang terlihat, peristiwa yang terekam dalam foto terjadi di salah satu wilayah Jakarta yang kerap dilintasi para pesepeda. 

Topik pembicaraan “Plat AA” pun ramai menjadi perbincangan warganet. Reaksi mereka beragam. Ada yang mendukung sikap yang ditunjukkan pengendara sepeda motor karena mewakili mereka yang selama ini kesal dengan kelakuan para pesepeda bersepeda di tengah jalan dan mengganggu lalu lintas pengendara kendaraan bermotor. 

“Itu jalannya lebar padahal. Bisalah bikin barisan rapih di sebelah kiri. Bisa beli sepeda & perlengkapannya yg mahal masa iya nggak bisa rapih. Jual sepedanya, belajar gerak jalan aja di koramil,” balas akun @lukito_jho.

Baca juga: Tiang Listrik Dirobohkan Demi Jalur Sepeda, Jakarta Perlu Tengok 10 Kota Terbaik Buat Pesepeda Ini

Akun @_serpihanroti menilmpali, “Ya jangan mentang-mentang sepedanya mahal terus make jalan seenak udel juga sih. Giliran kesenggol marah2nya udah kayak apaan tau karna sepedanya rusak sm barang yang lebih murah daripada sepedanya, padahal yang enggak mematuhi aturan berkendara juga ya kadang doi juga.”

Ada juga warganet yang fokus dengan sikap pengendara motor yang dianggap ekspresif menunjukkan kekesalannya. “Pengendara plat AA ini termasuk kategori yang beringas di jalan. Liar dan biyayakan. Biasanya malah bikin emosi pengendara lain di deketnya. Tapi kalo sampe mereka yang emosi gara-gara kelakuan pengguna jalan lain, berarti jalanan sedang tidak baik-baik saja,” cuit akun @nksthi.

“Plat AA ngapain ngerusuhnya jauh bet sampe Jakarta,” balas akun @RockyRookie_ menyikapi sikap pengendara sepeda motor kepada kelompok pesepeda.

Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Padjadjaran (UNPAD) Yogi Suprayogi Sugandi menilai dari potret tersebut kedua pihak sama-sama salah. Sebab, mereka seharusnya bisa sama-sama saling menghormati.

Bila memang kelompok pesepeda menghalangi jalan, kata dia semestinya mereka menyadari posisi mereka mengganggu lalu lintas pengendara lain dan segera menepi ke jalur yang dikhususkan buat pesepeda.

“Kalau menurut saya, ini yang perlu disalahkan keduanya ya. Pesepedanya tidak tahu aturan karena bersepeda di tengah jalan kalau posisinya memang demikian, sementara pemotonya seharusnya bisa menegur dengan cara yang lebih elegan,” ujarnya kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon, Jumat (28/5/21).

Etika Pengguna Jalan Mesti Dikedepankan

Memosisikan dirinya yang juga aktif ikut dalam komunitas pesepeda, pria yang akrab disapa Yogi ini pun mengakui selama ini masih banyak pesepeda yang mengabaikan aturan bersepeda dengan aman dan nyaman.

“Padahal di Jakarta kan, sudah ada jalurnya tuh. Di Bandung juga ada. Saya juga pesepeda memang masih ada saja sih yang bersepeda di jalur yang tidak semestinya. Mentang-mentang lengang jalanannya, jadi arogan. Ya, enggak begitu juga lah,” ungkapnya.

Ia menyarankan pesepeda yang tinggal dekat dengan fasilitas olahraga sepeda, sebaiknya cukup bersepeda di sana, tidak perlu sampai ke jalan raya. 

“Kalau sepedanya road bike kan memang di jalan umum tapi seharusnya bisa di sekitar komplek atau jalanan yang memang umumnya buat dilintasi peseda. Kalau yang dekat velodrome, bisa di sana bersepedanya. Di Jakarta kan, sudah ada tuh yang namanya velodrome yang dipakai Asian Games kemarin,” tuturnya. 

Sedangkan, untuk para pengendara kendaraan bermotor yang merasa terganggu dengan para pesepeda, bila ingin memviralkan perilaku yang mengganggu tetap harus menegurnya dengan mengedepankan etika sebagai pengguna jalan.

“Saya juga sebagai pengendara sepeda motor, emosi kalau misalnya ada pesepeda yang menghalangi jalan. Cuma etikanya harus dijaga jangan sampai menyampaikan perkataan atau sikap yang kasar. Videokan saja kasih keterangan di medsos, mereka ganggu jalan pasti juga viral direspons netizen,” imbuhnya.

Ia menambahkan bila kita menunjukkan sikap emosi yang memancing keributan di jalan raya, justru malah bisa memicu konflik yang menambah masalah. 

“Menurut saya bagus sebagai sikap kritik terhadap perilaku pesepeda yang mengganggu di jalan yang mengundang reaksi netizen. Kita tahu netizen itu kuat untuk hadir sebagai sanksi sosial, tali etika pengendaranya juga tetap santun,” terangnya. 

Gencarkan Edukasi Bersepeda

Di sisi lain, Yogi menyarankan pemerintah untuk membuat kebijakan yang gencar mensosialisasikan aktivitas bersepeda yang baik. Pasalnya, selama ini dirinya mengaku belum melihat upaya pemerintah pusat, provinsi, atau kota yang menaruh perhatian pada sosialisasi dan edukasi buat para pesepeda.

Selama ini yang diketahuinya, para pejabat pusat atau daerah banyak yang memperlihatkan aktivitas mereka sedang bersepeda namun tidak disertai ajakan atau edukasi bersepeda dengan baik.

“Harusnya concern ke situ, bukan hanya menyediakan jalan buat pesepeda saja. Misalnya di Belanda, ada aturan bersepeda harus lihat kanan kiri dan ada rambu-rambu buat bersepeda. Sekarang di negara kita kan, tidak ada rambu-rambu buat pesepeda,” kata dia.

Oleh sebab itu, menurutnya di beberapa jalur kota besar harus dibuatkan rambu-rambu lalu lintas khusus pesepeda, seperti di kawasan Sudirman atau Kuningan yang biasanya ramai dilintasi pesepeda di ibu kota.

Baca juga: Bisakah Bersepeda dan Berjalan Kaki jadi The New Normal?

“Harus disediakan rambu-rambunya. Kalau jalannya doang orang juga tahu itu buat dilintasi sepeda. Cuma edukasi dan sosialisai buat pesepeda ini belum ada. Justru belakangan malah lagi digencarkan sama komunitas pesepeda,” tandasnya.

Apa Kata Komunitas Pesepeda?

Pegiat olahraga sepeda dari komunitas Bike to Work, Poetoed Sudaryanto menyebut tidak semua pesepeda mengabaikan aturan lalu lintas, seperti bersepeda di tengah jalan.

Ia mengatakan selama ini komunitasnya selalu mengedukasi para pesepeda agar saat bersepeda di jalan raya, selalu mengedepankan keamanan buat diri sendiri dan orang lain.

“Hal yang harus menjadi perhatian kita semua adalah kita tidak sendiri di jalan raya. Ada pengguna jalan lainnya. Kami selalu mengajak kawan-kawan pesepeda, apapun jenis sepedanya maka perlu dipastikan ketika bersepeda jangan sampai membuat kita celaka dan bikin orang lain celaka gara-gara kita bersepeda,” ujarnya saat dihubungi terpisah.

Dirinya menekankan pentingnya disiplin berlalu lintas. Komunitasnya juga selalu mengingatkan, pesepeda harus menjadi contoh sebagai pengguna jalan yang senantiasa tertib dan tidak mengambil hak pengguna jalan lainnya.

“Kami selalu mengedukasi supaya pesepeda selalu mengutamakan adab dan sopan santun di jalan raya. Kenali diri kita, kita dan lingkungan kita. Mari kita buat jalan raya menjadi aman tertib dan menyenangkan buat kita semua,” tandasnya.

Share: Pemotor Acungkan Jari Tengah ke Pesepeda, Apa Kabar Etika Lalu Lintas?