Teknologi

Nadiem Gandeng Produsen Lokal Bikin Laptop Merah Putih, Bagaimana Isi Komponennya?

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Foto: Zyrex

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menyampaikan rencana kerja sama dengan PT Zyrexindo Mandiri Buana Tbk (ZYRX), untuk membuat Laptop Merah Putih. Lantas, apakah keunggulan produk laptop ini? Benarkah seluruh komponennya berasal dari dalam negeri? 

Bersaing Harga dengan Laptop Impor

Pengamat gawai dan teknologi dari Komunitas Gadtorade, Lucky Sebastian, mengatakan laptop ZYRX atau yang produknya juga dikenal dengan nama Zyrex ini, merupakan pemain lama produsen gawai lokal.

Ia menuturkan, Zyrex sudah memulai bisnisnya sejak tahun 1996, dan memiliki banyak penggemarnya. Bahkan, produk ini banyak diburu masyarakat sebelum kedatangan berbagai laptop impor.  

“Kualitasnya lumayan bagus memang. Enggak lelet kinerjanya. Dia ini pemain lokal yang sudah lama. Penggemarnya banyak, terutama di saat laptop impor murah belum masuk indonesia. Sekarang laptop murah dari luar negeri ini semakin banyak jadi mungkin terpinggirkan,” jelas Lucky kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon, Jumat (23/7/2021).

Baca Juga: Nadiem Siapkan Rp17,42 T untuk Laptop Merah Putih, Siapa yang Buat dan Apa Tujuannya? | Asumsi

Di masa kejayaannya, lanjut Lucky, Zyrex bersaing ketat dengan Axioo sebagai merek laptop lokal. Bahkan, keduanya pernah membuat produk gawai seperti ponsel dan tablet.

“Memang, dia kompetitornya Axioo. Harganya pun bersaing dan keduanya pernah bikin smartphone dan tablet, tapi akhirnya mereka memilih lebih fokus ke laptop,” tutur Lucky.

Dari segi harga, saat ini laptop Zyrex yang dijual di pasaran mulai dari Rp3 juta. Harganya tentu bersaing dengan produk-produk asing, khususnya laptop buatan Tiongkok.

“Kan, kepinginnya bikin laptop dalam negeri, cuma kalau dilihat dari harga, tentu enggak jauh beda sama laptop buatan Cina. Harganya Zyrex beda tipis ini, karena memang mahal dari segi pembuatan laptopnya karena lokal,” imbuhnya.

Masih Pakai Komponen Impor 

Lucky Sebastian juga mengkritisi rencana pemerintah yang berencana mengembangkan chipset sendiri untuk Laptop Merah Putih. Hal itu dilakukan demi memaksimalkan Tingkatan Kandungan Dalam Negeri (TKDN) produk Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), serta mengurangi ketergantungan laptop impor.

Menurutnya, rencana itu bagus. Namun, dengan rencana anggaran misalnya sekitar Rp17,42 triliun, sudah termasuk di dalamnya, tentu tidak cukup untuk membangun industri laptop yang menekankan pada pembuatan chipset buatan negeri sendiri.

“Kalau bikin laptopnya, kayannya sih enggak berat dan cukup saja uang segitu. Bikin laptop lebih mudah karena selama ini baku dan ada skemanya. Sedangkan kalau bikin chipset sendiri, investasinya mahal dan butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa berjalan. Anggaran Rp17 triliun enggak cukup,” kata Lucky.

Ia mencontohkan, seperti Samsung bisa membangun pabrik dan membangkitkan industri chipset ini, membutuhkan waktu yang tidak cukup setahun sampai dua tahun dengan biaya yang mahal.

“Buat bikin pabrik chipset itu tahunan. Samsung bikin chipset baru bisa benar-benar berjalan setelah 4 sampai 5 tahun digagas. Jadi kayaknya agak sulit, kalau niatnya mau bikin chipset dalam negeri juga,” terangnya.

Baca Juga: Nadiem Ingin Pembelajaran Tatap Muka Disegerakan, Tapi Kesiapannya Masih Dikeluhkan | Asumsi

Sejauh ini, kata dia chipset yang ada di Zyrex dan komponen lain yang ada di dalamnya, memang masih impor. Ada yang dari Tiongkok atau Jepang, bahkan Amerika Serikat.  

“Zyrex ini banyaknya pakai Qualcomm buatan Amerika. Buat game, makanya mereka juga enggak berat dan pakai Intel sama seperti laptop pada umumnya,” ucapnya.

Soal rencana pemerintah yang mau menggunakan laptop Zyrex untuk digunakan pelajar-pelajar di sekolah, Lucky mengaku tak heran. Sebab, selama ini laptop tersebut memang menjadikan sekolah-sekolah sebagai segmen primernya.

“Sekarang memang Zyrex itu enggak direct dijual ke masyarakat kayak di toko elektronik, misalnya. Mereka lebih banyak untuk kerja sama untuk pengadaan dengan sekolah-sekolah seperti STM, SD, SMP, dan SMA sama perkantoran di Pemda. Jadi, komersilnya lebih per project supaya pasarnya lebih segmented dan keuntungannya lebih jelas,” imbuh Lucky.

Share: Nadiem Gandeng Produsen Lokal Bikin Laptop Merah Putih, Bagaimana Isi Komponennya?