Covid-19

Muncul Covid-19 Varian Lambda, Apa Saja yang Perlu Diketahui?

Ikhwan Hardiman — Asumsi.co

featured image
Unsplash

Keringat belum kering, saat warga penjuru dunia kewalahan menangani Covid-19 varian Delta. Virus itu memiliki kemampuan menyebar lebih tinggi, dibandingkan versi sebelumnya. Lalu akhir-akhir ini, muncul lagi varian baru yang disebut Lambda. 

Para ahli sepakat, meminta masyarakat tidak panik tapi tetap mencari informasi sebanyak mungkin, tentang varian yang pertama kali diidentifikasi di Peru ini. Dalam laporan National Public Radio, varian Lambda sudah terdeteksi di beberapa negara bagian Amerika Serikat. 

Houston Methodist Hospital sudah mengonfirmasi kasus pertama di sana. Sementara pakar kesehatan di Medical University of South Carolina, mengumumkan varian itu, ternyata sudah ada di dalam sebuah sampel virus yang diambil pada April lalu.  

Sejauh ini, individu yang dilaporkan tertular varian Lambda belum mencapai 700 orang dari total 34 juta kasus Covid-19 di Amerika Serikat. Dalam empat pekan terakhir, hanya 1% dari jumlah kasus baru positif Covid-19 yang teridentifikasi sebagai varian Lambda. Namun, pemerintah setempat menyatakan angka terlapor dalam kasus varian Lambda tidak merefleksikan kondisi sebenarnya di lapangan. 

Baca Juga: Susah Cari RS Hingga Dipaksa WFO Jadi Keluhan Terbanyak Selama PPKM Darurat | Asumsi

Otoritas kesehatan negeri Paman Sam juga belum mengkategorikan varian Lambda, sebagai hal yang darurat seperti yang terjadi pada varian Delta. Sebab, saat ini sebanyak 83 persen penularan virus corona di Amerika Serikat merupakan varian Delta. Sehingga, pemerintah setempat sedang fokus menangani itu terlebih dahulu. 

Asal Mula Varian Lambda

Varian ini pertama ditemukan di Peru pada Agustus 2020 lalu, berdasarkan laporan World Health Organization (WHO). Kasus varian ini sudah dilaporkan terdeteksi di 28 negara, dengan asumsi masih ada wilayah-wilayah lain yang belum menginformasikan kasus tersebut. 

Profesor dari Johns Hopkins Hospital, Dr. Stuart Ray, menyebutkan, varian Lambda merupakan kerabat dekat dari varian Alpha. Sehingga, terdapat kemungkinan bahwa keduanya merupakan tipe awal dari virus corona. 

Lambda kini sudah menjadi momok bagi beberapa negara di Amerika Latin seperti Argentina, Cile, dan Ekuador. WHO menyatakan, varian itu memiliki kemampuan menetralkan antibodi tubuh manusia. Namun, studi tentang pengobatan varian Lambda masih terus dilakukan untuk mencari cara yang paling efektif. Sehingga, belum bisa disimpulkan apakah ini lebih berbahaya dibandingkan varian Delta. 

“(Varian) Delta masih mendominasi saat ini. Kami masih harus fokus meneliti varian Delta yang sangat infeksius. Karena ada beberapa bukti yang menyebut varian ini bisa lebih parah menularkan, kami masih memeriksanya,” kata Ray. 

‘C.37’ sebagai Nama Resmi Varian Lambda

Laman DW melaporkan, WHO sudah memasukkan varian Lambda ke dalam Variant of Interest (VoI), menyusul penyebaran yang meningkat di beberapa negara. Nama C.37 dipilih WHO pada 17 Juni lalu, dan sudah terdeteksi di 29 negara dengan tujuh di antaranya berada di Amerika Latin.

Baca Juga: Studi: Lebih Dari Satu Juta Anak Kehilangan Orang Tua Selama Pandemi, Dampak Serius Mengintai | Asumsi

Virologis dari WHO, Jairo Mendez-Rico, mengatakan, varian ini tidak lebih agresif dibandingkan varian sebelumnya. Meskipun, terdapat kemungkinan Lambda memiliki tingkat infeksi lebih tinggi. Tapi hal itu belum bisa dipastikan sebelum penelitian selesai dijalani. 

“Sejauh ini, kami tidak ada tanda varian Lambda lebih agresif. Tapi ada kemungkinan bahwa tingkat infeksinya lebih tinggi. Kami belum punya banyak data untuk dibandingkan dengan varian Gamma dan Delta,” ujar Jairo Mendez-Rico.

Varian Lambda belum Diakui CDC

WHO menggunakan alfabet Yunani untuk mengklasifikasikan varian virus corona. Hal ini dilakukan untuk memudahkan tim medis dalam membedakan tipe-tipe Covid-19. Sejauh ini, WHO sudah mengakui varian Alpha, Beta, Gamma, dan Delta.

Varian Lambda baru ditetapkan bulan lalu sebagai Variant of Interest (VoI) yang sedang diteliti. Sehingga, belum ditetapkan sebagai varian resmi seperti empat “saudara”-nya itu. 

Namun, sikap berbeda diambil oleh Centers for Disease Controland Prevention (CDC) Amerika Serikat. Mereka belum menyatakan Lambda sebagai salah satu Variant of Interest. Hal ini dikritik oleh Dr. Stuart Ray, karena memasukkan varian virus ke dalam klasifikasi khusus dapat mempermudah penelitian dan penanganan. 

Baca Juga: Viral Ajakan Tak Baca dan Sebar Berita Covid-19, Propaganda Keliru yang Membahayakan Publik | Asumsi

“Kita harus lebih awas dengan varian baru ini dengan menelitinya. Para epidemiolog sudah menjadikan ini sebagai fokus kerja dan bersiap jika suatu saat menjadi epidemi. Saya sepakat, Lambda termasuk ke dalam variant of interest, dan kami masih memeriksanya apakah ini akan menjadi varian resmi,” ucap Dr. Stuart Ray. 

Ray meminta, masyarakat tetap melakukan vaksinasi untuk mencegah penyebaran virus corona varian apapun. Menurutnya, saat ini penanganan paling efektif merupakan pemberian vaksin kepada siapapun. 

Vaksin Merk Apapun Efektif Menangkal Covid-19

Meski belum ada studi tentang efikasi vaksin terhadap varian Lambda, berbagai penelitian sudah membuktikan bahwa semua merk vaksin saat ini, efektif menangkal mayoritas varian virus corona yang tersebar di Amerika Serikat, termasuk varian Delta. 

“Vaksinasi ibarat seragam untuk melindungi masyarakat,” ujar Ray. 

Para ahli sepakat, merekomendasikan penggunaan vaksin untuk mencegah penularan virus dan mengurangi gejala, jika seseorang terpapar. Mayoritas kasus positif Covid-19 saat ini, merupakan individu yang belum mendapatkan vaksin. 

Studi membuktikan bahwa vaksin membuat virus lebih sulit berkembang, dan menetralkan antibodi di dalam tubuh manusia. Vaksin juga dapat merangsang sel T, yang berperan penting merespons penyakit.

Share: Muncul Covid-19 Varian Lambda, Apa Saja yang Perlu Diketahui?