Bisnis

Mulai Banyak Bermunculan, Bagaimana Bank Digital Berkembang di Indonesia?

Ilham — Asumsi.co

featured image
unsplash

Sekarang, banyak bermunculan bank digital di Indonesia. Kemunculan bank digital itu, berawal dari beberapa bank yang membentuk anak usaha baru dalam bentuk bank digital. Sebuah studi dari Cornerstone Advisors menemukan bahwa, hanya sekitar seperempat bank di dunia telah memulai strategi transformasi digital sebelum 2019, dan 45% belum meluncurkan strategi ini.

Untuk itu, Ketua Dewan Komisioner ⁣Otoritas Jasa Keuangan⁣⁣ ⁣⁣(OJK) Wimboh Santoso mengapresiasi munculnya bank-bank digital di Indonesia. Apalagi, pasar digital di Indonesia cukup potensial.

“Pertama populasi Indonesia yang besar mencapai 272 juta penduduk, 137 juta penduduk adalah angkatan kerja berdasarkan data BPS 2021. Kedua, 175 juta penduduk telah menjadi pengguna internet 2020. Ketiga, 129 juta penduduk Indonesia menggunakan e-commerce dengan nilai transaksi Rp 266 triliun,” katanya dalam webinar Bank Digital: Kemudahan Bertransaksi di Tengah Pandemi yang dihadiri Asumsi.co.

Apalagi, berdasarkan survei Google, Indonesia diproyeksikan akan menjadi negara ekonomi digital nomor satu di Asia Tenggara pada tahun 2025. Untuk itu, kata dia, kita harus menggunakan strategi pertumbuhan ekonomi digital dengan cepat. 

“Kalau tidak, Indonesia jadi penonton atau pasar. Saya menyambut baik banyaknya startup dari kesehatan, pendidikan, dan keuangan di bidang fintech seperti bank digital. Ini memberi kemudahan kepada entrepreneur dan konsumen dalam segi pelayanan,” tutur Wimboh.

Baca Juga: Demi Atur Keuangan, Perempuan Disarankan Punya 6 Rekening | Asumsi

Untuk itu, ia berharap dengan adanya bank digital ini, literasi digital perlu ditingkatkan, terutama pelaku informal dan UMKM.

“Apalagi, jangkauan konektivitas kita masih masalah. Ditambah, jumlah talenta digital masih belum memadai untuk mendukung di bidang digital. Sehingga, perlu percepatan. OJK terus mendukung satu sistem yang integrasi seperti bisnis digital, infrastruktur digital, financial digital. OJK juga memberikan perhatian kepada masyarakat dan pelaku UMKM secara terus menerus,” kata Wimboh.

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira juga mengapresiasi pertumbuhan bank digital di Indonesia yang cukup pesat. Sebab, penggunaan mobile payment di Indonesia masih rendah, yang mencapai 29,2%.

“Pasarnya juga belum tergarap belum optimal. Meski data sangat menggembirakan dalam transaksi e-commerce,” katanya dihubungi Asumsi.co, Minggu (4/7/2021).

Ia juga menyarankan, enam poin masukan untuk bank digital di Indonesia. Pertama, integrasi ekosistem, yaitu bank digital perlu memperkuat jaringan digitalnya, seperti e-commercefintech tanpa gonta-gonta aplikasi. 

“Karena ujungnya, masyarakat membutuhkan bank digital dalam pelayannnya lebih cepat,” katanya.

Kedua, agile dalam perubahan regulasi  Ini karena bank digital merupakan teritori yang baru, yang tidak punya kantor cabang semuanya berpusat di Jakarta. Ketiga, kata Bhima, adalah melayani pinjaman produktif.  

“Porsi pinjaman untuk usaha produktif masih kecil dibandingkan konsumtif. Padahal pertanian, dan industi skala kecil membutuhkan. Khususnya pinjaman di luar jawa. Jangan sampai ini bank digital jago kandang,” ucap Bhima.

Dan keempat adalah keamanan data. Bank digital, kata Dia, harus menjaga keamanan data nasabah. Sekarang, seringkali data nasabah yang dibobol. “Sehingga dengan ini, masyarakat makin percaya dengan bank digital,” katanya.

Apa itu Bank Digital

Dikutip dari Forbes, bank digital sebagai bank yang menggabungkan layanan online dan seluler (mobile banking) dalam satu integrasi. Layanan perbankan online berarti nasabah dapat mengakses fitur dan layanan perbankan melalui situs website bank dari layar komputer atau laptop. 

Contohnya, nasabah mengakses fitur perbankan tambahan seperti mengajukan pinjaman dan kartu kredit dari website resmi bank. Sedangkan, layanan mobile banking memungkinkan nasabah menggunakan aplikasi dari bank, untuk mengakses banyak fitur perbankan melalui perangkat seluler seperti, smartphone atau tablet. 

Baca Juga: Jangan Coba-coba Main Saham Pompom, Ini Bahayanya | Asumsi

Biasanya, nasabah menggunakan informasi login yang sama dengan portal perbankan online.Sejumlah layanan yang ditawarkan oleh mobile banking antara lain transfer antar rekening dan antar bank, pembayaran bersifat komersial, pulsa, listrik, kartu kredit, asuransi, internet, dan sebagainya. Selain itu, layanan gaya hidup seperti membeli tiket, belanja, dan lainnya, juga ditawarkan mobile banking

Bank digital memberikan nasabah lebih banyak akses pada layanan keuangan dari perbankan, dibandingkan bank konvensional. Terlebih, pandemi Covid-19 membuat layanan tatap muka berkurang, begitu pula layanan perbankan.

OJK pun mendefinisikan bank digital adalah layanan atau kegiatan perbankan dengan menggunakan sarana elektronik atau digital milik Bank, dan/atau melalui media digital milik calon nasabah dan/atau nasabah Bank, yang dilakukan secara mandiri. Hal ini memungkinkan calon nasabah dan/atau nasabah bank untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi, registrasi, pembukaan rekening, transaksi perbankan, dan penutupan rekening.

Tak hanya itu, nasabah bisa memperoleh informasi lain dan transaksi di luar produk perbankan, antara lain nasihat keuangan (financial advisory), investasi, transaksi sistem perdagangan berbasis elektronik (e-commerce), dan kebutuhan lainnya dari nasabah Bank.

Pengembangan strategi bisnis yang mengarah kepada layanan perbankan digital, memerlukan infrastruktur yang memadai. Di antaranya manajemen risiko, penyesuaian teknologi informasi, business model, business processinternal control, dan sumber daya manusia. Hal itu untuk mendukung kenyamanan, keamanan, serta keandalan layanan perbankan digital dalam penyediaan informasi, komunikasi, registrasi, pembukaan rekening, pemrosesan transaksi, dan penutupan rekening.

Bank yang menyelenggarakan bank digital, secara prinsip, tetap menerapkan seluruh ketentuan yang berlaku. Termasuk ketentuan prinsip kehati-hatian, antara lain Manajemen Risiko, Manajemen Risiko Teknologi Informasi, Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU-PPT), serta kelembagaan.

Melansir dari CNN, Direktur Eksekutif Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK Anung Herlianto menjelaskan, modal awal untuk mendirikan bank digital adalah Rp 10 triliun, berlaku bagi perusahaan yang benar-benar baru berdiri sebagai bank digital. Nantinya, mereka yang hendak mendirikan bank digital, harus melapor terlebih dahulu ke OJK. 

Baca Juga: Asal Main Saham Dosanya Sama Kayak Judi | Asumsi

Lalu, OJK menetapkan modal awal Rp 3 triliun untuk bank konvensional yang di konversi menjadi bank digital. Kemudian, bagi bank yang menjadi bagian dari kelompok usaha bank dan ingin menjadi bank digital. harus memiliki modal awal Rp 1 triliun.

“Jadi kalau full digital Rp 10 triliun, kalau stand alone bank Rp 3 triliun, dan bank yang sudah masuk dalam kelompok usaha bank Rp 1 triliun. Misalnya PT Bank Central Asia Tbk (BCA) punya PT Bank Royal Indonesia, itu karena sudah ada cangkang modal bisa Rp 1 triliun. Selain itu, bank digital juga harus memiliki minimal satu kantor pusat di Indonesia,” kata Anung dalam Launching Roadmap Pengembangan Perbankan Indonesia (RP2I) 2020-2025.

Kelebihan Transaksi Digital

Bank digital menawarkan berbagai kelebihan ke nasabah. Seperti memudahkan nasabah untuk mengakses layanan tanpa perlu datang langsung ke bank. Dengan demikian, maka bank digital bisa memangkas waktu dan biaya bagi nasabah karena nasabah tidak perlu bepergian ke bank. Nasabah juga dapat mengakses layanan perbankan melalui ponsel dan di mana saja.  

Keamanan dan kenyamanan juga menjadi kunci dalam pelayanan bank digital. Bagi nasabah, seluruh transaksi yang dilakukan secara digital juga lebih aman karena sistem pencatatan yang up to date

Bank-Bank Digital di Indonesia

1. Jenius

Jenius adalah bank digital pertama yang hadir pada tahun 2016, sebagai produk bank digital dari BTPN. Keunggulan Jenius ada pada fitur-fitur seperti Flexy Saver dan Dream Saver (fitur tabungan dengan bunga setara deposito). Total pengguna Jenius mencapai 3,1 juta nasabah pada Februari 2021. Melalui aplikasi Jenius, pengguna bisa melakukan transaksi keuangan melalui ponsel. 

Selain itu, Jenius juga mengeluarkan kartu debit virtual atau e-Card. E-Card ini bisa pengguna pakai untuk bertransaksi online tanpa kartu kredit di seluruh merchant Visa, seperti belanja online atau bayar tagihan musik dan film streaming.

2. Wokee

Wokee merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh Bank Bukopin pada 2018 lalu. Sekarang sudah bisa mengakomodir pengguna untuk top up saldo dompet digital seperti OVO, Gopay dan LinkAja. Dengan menggunakan Wokee, nasabah tidak perlu lagi membawa kartu ATM, karena dengan Wokee nasabah bisa melakukan tarik tunai tanpa menggunakan kartu ATM.  

Selain itu, aplikasi ini juga dilengkapi dengan fitur merchant cardless withdrawal, yaitu tarik tunai Wokee tanpa kartu di merchant kerja sama. Rencananya Wokee akan mempunyai fitur VICA, yaitu video call authentification, yang merupakan layanan branchless banking untuk verifikasi CDD nasabah Wokee.

3. Digibank 

Aplikasi yang dimiliki oleh Bank DBS ini mulai hadir di Indonesia sejak 2018 sebagai bank digital kedua yang diluncurkan di Tanah Air. Forbes sempat memberikan penghargaan kepada Bank DBS sebagai World Best Bank terkait bank digital yang dikembangkannya. Digibank menawarkan sejumlah layanan perbankan termasuk KTA, transfer dan jual beli valas, dan deposito. 

Calon nasabah dapat membuka rekening secara langsung dari aplikasi tanpa hadir di lokasi DBS dengan menggunakan eKTP. Selain itu, digibank juga dilengkapi dengan layanan nasabah berbentuk asisten virtual berteknologi Artificial Intelligence

4. TMRW

TMRW adalah aplikasi yang dirilis oleh Bank UOB pada Agustus 2020 lalu. Selain membuka akun bank digital, pengguna juga bisa membuat kartu kredit TMRW lewat aplikasi. TMRW terdiri dari dua bentuk produk perbankan yakni tabungan dan kartu kredit. Untuk proses pendaftarannya, nasabah dapat memilih tabungan saja atau keduanya. UOB Indonesia yang sebelumnya bernama Bank Buana 100% dimiliki UOB Singapura.

TMRW menawarkan bebas biaya tarik tunai di semua ATM di Indonesia selama punya saldo minimum Rp 1.000.000 sebelum penarikan. Kemudian bebas biaya transfer dan bayar tagihan via Aplikasi TMRW.  Aplikasi ini juga tanpa biaya bulanan atau biaya saldo minimum. 

5. Bank Jago

Bank Jago, sebelumnya bernama Bank Artos Indonesia yang berbasis di Bandung dan berdiri sejak 1992. Pada tahun 2019, perusahaan di akuisisi oleh Jerry Ng dan Patrick Sugito Walujo melalui Metamorfosis Ekosistem Indonesia dan Wealth Track Technology Limited. 

Bank Jago akan menggandeng Google dan Mambu dalam memperkuat Infrastruktur IT dan Aplikasi. Mambu merupakan penyedia platform perbankan SaaS (Software as a Service),  yang berbasis teknologi inovatif, fleksibel, dan responsif. Sedangkan Google, untuk layanan cloud-service banking hasil kerja sama strategis antara Mambu dengan Google Cloud Platform (GCP). 

Saat ini, aplikasi Jago baru menyediakan beberapa layanan keuangan, seperti transfer, pembayaran tagihan, dan top upe-wallet. Terdapat fitur ‘Pockets‘ atau ‘Kantong’ yang memungkinkan nasabah mengalokasikan uang dengan tujuan berbeda secara sederhana. Fitur Kantong dapat dipersonalisasi, baik nama, warna, dan foto profilnya. 

Kantong memiliki dua kategori, yaitu ‘Savings/Nabung’ dan ‘Spendings/Bayar’. Pengguna bisa menambah Kantong Nabung dengan berbagai metode transfer. Uang yang disimpan di Kantong Nabung tidak dapat ditransfer ke rekening luar, sehingga mengurangi potensi pengeluaran yang tidak perlu. 

Untuk transfer, pengguna harus memindahkan uang ke Kantong Bayar. Jika diubah ke Kantong Bayar, pengguna dapat bertransaksi dan bunga dikenakan menjadi 0,5% p.a. Sementara mengubah menjadi Kantong Nabung akan mengaktifkan bunga 3,5% p.a.

6. MotionBanking (BABP) 

MotionBanking tadinya adalah aplikasi perbankan milik Bank MNC yang kemudian diresmikan menjadi Bank Digital pada Mei 2021 lalu. MotionBanking  rencananya mengaktifkan fungsi e-money, e-wallet, transfer digital, poin loyalitas, dan QRIS. 

Tak hanya itu, MotionBanking juga menyajikan pembayaran billing dan pembelian dalam aplikasi secara nyaman, serta menawarkan pelayanan perbankan digital yang lengkap bagi penggunanya. Di tambah lagi, MotionBanking dapat mengajukan kartu kredit virtual dan fisik secara online dengan persetujuan sangat cepat.  

Motion terdapat beberapa fitur unggulan seperti registrasi rekening simpanan atau kartu kredit hanya menggunakan nomor kartu. Login menggunakan biometrik sehingga tidak repot lagi dengan password yang mudah terlupakan ataupun terlalu mudah ditebak. Terdapat dashboard simpanan untuk memantau saldo, daftar rekening yang dimiliki, dan mutasi rekening. Juga terdapat dashboard kartu kredit untuk memantau info penagihan, transaksi, limit kredit, sisa kredit, dan daftar kartu kredit.

Ditambah lagi, transfer dana dari rekening tidak hanya Realtime Online (RTOL) dan Sistem Kliring Nasional (SKN), namun juga Real Time Gross Settlement (RTGS). Sehingga, dapat melakukan transfer jumlah besar diatas Rp 100.000.000,- dengan lebih cepat. Terdapat notifikasi realtime untuk aktivitas transaksi rekening simpanan, sehingga bila terdapat transfer dari dan ke rekening, nasabah langsung mendapat pemberitahuan. Terdapat fitur bawaan yaitu pembayaran untuk iuran dan tagihan MNC Life, MNC Finance, dan MNC Insurance.

7. Blu

Blu merupakan bank digital milik Bank BCA yang dikembangkan dari pembelian Bank Royal Indonesia. BCA resmi meluncurkan aplikasi blu di Google Play Store bagi pengguna Android pada Jumat (2/7/2021), namun belum tersedia untuk pengguna iOS. Blu memberikan bebas biaya administrasi bagi pengguna yang akan mendaftar dan menggratiskan biaya transfer. Dalam aplikasi ini terdapat tiga menu utama yaitu BluSaving, BluGether, dan BluDeposit. 

BlueSaving dapat digunakan untuk kamu yang memiliki rencana menabung untuk berbagai macam keperluan masa depan dengan 10 rekening tabungan. Lalu BlueGether dapat dijadikan sebagai tabungan dengan fungsi tabungan bendahara bersama dengan pengguna blu by BCA Digital lainnya. BluDeposit juga dapat dipakai untuk kamu yang ingin membuka deposito secara mudah dan ringkas. 

Terdapat fitur transfer yang menawarkan biaya transfer gratis sebanyak 20 kali transaksi selama 2 bulan. Selain itu, ada aplikasi top up untuk Ovo dan Gopay. Ada fitur Tarik Tunai yang bisa kamu lakukan dengan dari aplikasi blu by BCA Digital ke ATM BCA terdekat. Menariknya, BCA tidak akan meminta biaya admin pada setiap transaksi tarik tunai yang dilakukan

6. KEB Hana

Line Corporation dan KEB Hana bersinergi meluncurkan bank digital dengan nama Line Bank pada bulan Juni lalu, melalui aplikasi untuk iOS dan Android. Line sebetulnya telah merambah ke bisnis perbankan di Tanah Air sejak tahun 2018 dengan mengakuisisi 20% saham Bank Hana melalui Line Financial Asia dan sebelumnya telah hadir juga di Thailand dan Taiwan. Saat ini, aplikasi Line Bank bisa diunduh pengguna Android lewat Google Play Store dan iOS. 

Line Bank menawarkan promo berupa cashback senilai Rp 150.000, bagi calon nasabah yang melakukan pembukaan rekening.Promo ini berlaku mulai 10 Juni hingga 31 Agustus 2021. Program ini berlaku bagi nasabah baru PT Bank KEB Hana Indonesia, yang melakukan pembukaan tabungan Line Bank lewat aplikasi Line Bank.

Aplikasi ini juga menawarkan sejumlah layanan, mulai dari tabungan, kartu debit, deposito, dan pembayaran digital. Semua layanan bisa dilakukan secara digital tanpa harus mengunjungi bank. Nasabah juga bisa melakukan tarik tunai dari ATM Hana Bank dengan Kartu Debit Line Bank, atau melakukan penarikan tunai di ATM bank lain. 

Bank Digital yang Masih Proses

1.Bank Neo Commerce (BBYB)

Bank Neo Commerce, sebelumnya bernama Bank Yudha Bakti dengan target pasar pensiunan militer. Alibaba melalui Akulaku, memberikan suntikan dana ke Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB). Saat ini, Akulaku menjadi pemegang saham institusi terbesar mencapai 24,98 persen. 

Dari sisi teknologi, BBYB akan mengadopsi sistem penyimpanan komputasi awan (cloud). Saat ini, belum ada bank yang memakai sistem ini. Kelebihannya, sistem ini ramah dengan teknologi perusahaan e-commerce dan dompet digital. Sekarang sedang dilakukan pengembangan pembayaran kartu debit online, di mana Neo Customers dapat langsung mendaftarkan kartu debit Bank Neo ke berbagai aplikasi e-commerce, atau transportasi untuk melakukan pembayaran digital. 

Selain itu, sedang dikembangkan pembayaran berbasis kode QR, yang akan memudahkan Neo Customers melakukan pembayaran cashless di toko offline demi mengurangi kontak fisik ketika menggunakan mesin EDC atau uang tunai. 

2. BBHI

BBHI sebelumnya adalah Allo Bank yang berdiri sejak 1993. Sebelumnya, nama perusahaan adalah Bank Arta Griya, kemudian berubah kembali menjadi Bank Harda Griya hingga tahun 1996. Bank Harda menargetkan nasabah muda untuk bertransaksi secara digital, termasuk penyaluran kredit. Platform digital tersebut menyediakan semua kebutuhan nasabah karena konsepnya one stop shopping, transaction, dan service

3. Bank Agro

Bank BRI Agroniaga atau yang biasa disebut BRI Agro didirikan oleh DAPENBUN (Dana Pensiun Perkebunan Nusantara) pada 27 September 1989. Memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan Republik Indonesia pada 11 Desember 1989, dan beroperasi komersial pada 8 Februari 1990. 

Pada 2011, perusahaan ini diakuisisi oleh Bank Rakyat Indonesia dan puncaknya pada tahun 2012, perusahaan berganti nama menjadi BRI Agroniaga. BRI mencaplok saham Bank Agro mencapai 87%. Rencananya, Bank Agro akan menjadi bank digital pada tahun ini. 

Hal ini diungkapkan oleh Sekretaris Perusahaan BRI Agro, Hirawan Nur Kustono, bahwa akan segera konversi menjadi bank digital dengan nama baru. 

“Kami akan fokus menyalurkan kredit lewat platform digital yang akan menyasar para pelaku ekonomi. Saat ini tengah dilakukan konsolidasi dan persiapan sisi sumber daya manusia (SDM) maupun bidang lainnya menuju bank digital,” ucap Hirawan dikutip Kontan, (1/7/2021)

4. QNB indonesia

PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW) punya rencana untuk mendirikan bank digital di Indonesia. Menurut Direktur QNB Indonesia Windiartono Tabingin, QNB sedang melakukan pengembangan QNB Indonesia mobile banking yang baru, registrasi mandiri, dan penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) yang memungkinkan nasabah bertransaksi dengan QR code di merchant manapun.

5. Standard Chartered Bank

​Standard Chartered Bank Indonesia dan Bukalapak akan meluncurkan aplikasi mobile layanan perbankan digital baru, dan akan segera dipublikasikan ke khalayak luas. Standard Chartered berkolaborasi dengan Bukalapak sebagai platform yang memungkinkan untuk menjangkau pasar massal di seluruh Indonesia. 

Bank ini akan menggunakan teknologi nexus, sebagai solusi Banking-as-a-Service (BaaS) dari Standard Chartered. Nexus by Standard Chartered, mengaplikasikan pendekatan pertahanan berlapis untuk mengamankan layanan ini dari beragam ancaman dan serangan siber canggih. Selain itu, mereka dapat menargetkan bagian mana pun dalam ekosistem teknologi, mulai dari peniruan identitas nasabah hingga penyusupan perangkat seluler, atau infrastruktur sisi server.

6. Bank Aladin

Bank Aladin sebelumnya bernama Bank Net Syariah yang mengubah namanya secara resmi pada 3 Juni 2021. Sebagai bagian dari rencananya bertransformasi menjadi bank digital, Bank Aladin dikabarkan telah menjajaki akuisisi dengan pemilik Shopee, dan SEA Group, pada April lalu. Rencananya, Bank Aladin juga akan bekerja sama dengan Alfamart untuk mendapatkan konsumen retail.

Share: Mulai Banyak Bermunculan, Bagaimana Bank Digital Berkembang di Indonesia?