Bisnis

Lima Perusahaan Unicorn Indonesia Akan IPO di Wall Street, Seperti Apa Prospeknya?

Ilham — Asumsi.co

featured image
Unsplash/Patrick Weissenberger


Lima perusahaan unicorn asal Indonesia diketahui akan melakukan IPO (Initial Public Offering) di bursa saham AS atau Wall Street. IPO atau penawaran saham perdana bertujuan mendapat tambahan dana segar. Selain itu, nilai dan citra perusahaan dianggap akan meningkat ketika melakukan IPO seiring dengan kenaikan harga sahamnya.

Adapun Lima Perusahaan unicorn Indonesia itu adalah:

1.       Traveloka

Perusahaan yang mulai usahanya sejak tahun 2012 ini menyediakan layanan tiket pesawat, kereta api dan hotel. Pertama kali didirikan oleh tiga orang, yaitu Ferry Unardi, Derianto Kusuma, dan Albert Zhang. Ketiganya ingin membangun aplikasi online yang memudahkan wisatawan lokal melakukan perjalanan ke berbagai penjuru negeri.

Pada tahun 2017, Traveloka resmi menjadi unicorn setelah memiliki nilai valuasi sebesar 2 miliar dollar AS atau Rp 28 triliun. Kini, pada tahun 2021, Traveloka membidik IPO di Wall Street. Diperkirakan dana segar hasil IPO di Wall Street bisa mencapai 500 sampai 750 juta dollar AS.

Baca juga: GoTo Jajaki Bursa Saham, Diyakini Menarik Minat Investor Muda | Asumsi

Dilansir Kontan, Ferry Unardi, Chief Executive Officer (CEO) Traveloka mengatakan, alasan melakukan IPO di Wall Street adalah agar sejajar dengan perusahaan teknologi dunia dan bisa bersaing di level global. 

“Tujuannya agar bersaing lebih kompetitif lagi di level global dan memungkinkan kami membawa sumber daya ke Indonesia dan Asia Tenggara, lebih dari yang dapat diantisipasi,” kata Reza, (16/2/2021).

Meski demikian, kata Reza, tidak menutup kemungkinan IPO di Bursa Efek Indonesia juga dilakukan.

2.       Bukalapak

Bukalapak didirikan oleh Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Muhamad Fajrin Rasyid pada tahun 2010. Pada awalnya, Achmad Zaky dkk, ingin membantu para UKM dengan mengumpulkan jualan mereka di toko daring yang dibuatnya.

Pada tahun 2018, Bukalapak resmi menjadi unicorn kedua menyusul Traveloka dengan valuasi mencapai 1 miliar dollar AS atau setara Rp 14,2 triliun.  “Ya, kami sekarang sudah menjadi Unicorn,” ujar CEO Bukalapak, Achmad Zaky, Rabu (10/1/2018), dilansir Kompas.

Tahun ini, 2021, Bukalapak berencana melakukan IPO di Amerika Serikat lewat Special Purpose Acquisition Company (SPAC). Hal ini diungkapkan oleh CEO Bukalapak, Rachmat Kaimuddin.

SPAC merupakan perusahaan pendanaan besar yang melakukan akuisisi terhadap perusahaan yang ingin IPO di luar negeri dengan melewati berbagai perizinan. Atas alasan itu, Bukalapak mencoba menggunakan SPAC agar cepat melantai di bursa Amerika.​

“Kami sudah memikirkannya di Bukalapak. Pertama, perusahaan adalah unicorn yang telah eksis selama satu dekade. Dengan demikian, memiliki akses ke pasar modal adalah sesuatu yang baik dan penting bagi kami,” katanya dilansir dari Inews.

Sampai sekarang belum jelas waktu IPO akan dilakukan.

3.       GoTo

Gojek dan Tokopedia telah mengumumkan merger dan mengubah namanya menjadi GoTo.  Akibat merger, valuasi GoTo diperkirakan mencapai nilai sekitar 17 sampai 18 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 247-261 triliun (kurs Rp 14.500 per dollar AS).

Baca juga: Prospek Investasi di GoTo, Seperti Apa Pertimbangannya? | Asumsi

Mereka berencana mencatatkan saham perdana setelah merger. Bursa saham AS masuk dalam rencana IPO GoTo. Pandu Sjahrir, Presiden Komisaris SEA Group Indonesia yang menaungi Shopee, menjabat Komisaris BEI sekaligus board member Gojek menyebut bahwa GoTo akan listing dulu di Indonesia semester kedua tahun ini. Setelahnya, mereka berencana ke Wall Street.

Senada dengan Pandu, Manajemen Tokopedia angkat bicara peluang GoTo untuk go public

“Kami paham banyak yang tertarik dengan kabar IPO ini. Kami sedang mencoba melihat-lihat lihat untuk listing di lebih dari satu lokasi,” ujar Vice President of Corporate Communications Tokopedia, Nuraini Razak, dilansir dari Kontan (18/5/2021).

4.      J&T Express

Perusahaan ekspedisi pengiriman barang ini dibangun 20 Agustus 2015. Founder J&T, Jet Lee, membangun bisnis ini dengan cepat karena sebelumnya telah membangun jaringan Oppo Indonesia selama tiga tahun. Perusahaan ekspedisi ini secara cepat mengimbangi perusahaan sejenis. Bahkan, menjadi unicorn di Indonesia.

Pada 15 April 2021, firma riset CBInsight menyebutkan di situsnya bahwa J&T Express memiliki valuasi mencapai 7,8 miliar dollar AS atau setara Rp 113,5 Triliun.

Dilansir Kontan, J&T Express akan menggelar penawaran umum IPO di Wall Street, bursa saham Amerika Serikat (AS) dengan menargetkan dana segar mencapai lebih dari 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 14,4 triliun.

5.       Tiket.com

Tiket.com didirikan oleh empat orang, yaitu Wenas Agusetiawan, Dimas Surya Yaputra, Natali Ardianto, dan Mikhael Gaery Undarsa pada bulan Agustus 2011. Mulanya Wenas membeli domain Tiket.com dan mengajak koleganya untuk berbisnis pemesanan tiket. Tak disangka, Tiket.com terkenal bahkan menjadi salah satu unicorn di Indonesia.

Menurut laporan Bloomberg, valuasi Tiket.com kini telah melampaui 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 14,4 triliun (kurs Rp 14.500).

Chief Executive Officer (CEO) Tiket.com George Hendrata mengatakan bahwa perusahaannya akan menjajaki penawaran umum perdana tradisional dan berpotensi menggabungkannya dengan salah satu aplikasi super Asia Tenggara.

“Jika Tiket.com memutuskan untuk go public, pasti akan dilakukan tahun ini,” kata George Hendrata dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis ini (27/5/2021).

Tiket.com bisa mengumpulkan sekitar 200 juta dollar AS atau Rp 2,9 triliun jika melakukan IPO di tahun ini dan akan mempertimbangkan listing lewat mekanisme SPAC (Special Purpose Acquisition Company) di Wall Street.

Citra Perusahaan

Dengan lima perusahaan unicorn asal Indonesia akan melantai di Wall Street, Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia – ITB (PIKERTI – ITB) Ian Yosef menilai, perusahaan-perusahaan itu akan memiliki imej yang lebih baik.

“Dengan sendirinya saham-saham mereka akan meningkat tajam dan seharusnya minat masyarakat tinggi, karena sudah dinilai oleh internasional, dan bisa masuk ke internasional juga atau menjadi pemain internasional,” katanya saat dihubungi Asumsi.co, Minggu (30/5/2021).

Dihubungi terpisah, pengamat pasar modal, Parto Kawito menilai, dengan IPO perusahaan-perusahaan unicorn melantai di luar negeri membuat dampak positif pasar saham di Indonesia.

“Ini dikarenakan investor asing, sebelum membeli sahamnya, akan mencari tahu prospek perusahaan yang menyangkut pasar Indonesia. Diharapkan investor asing jadi tertarik investasi juga di Indonesia. Selain itu, jadi ajang promosi perusahaan Indonesia di luar negeri,” katanya. 

Baca juga: Merger Gojek-Tokopedia, Menakar Dampaknya Bagi Konsumen | Asumsi

Ia menambahkan, masyarakat Indonesia masih mempunyai minat besar terhadap prospek industri IT yang dinilainya cerah dan valuasi yang relatif murah dibanding perusahaan sejenis di luar negeri.

“Lagi pula bobot Industri IT yang baru ini termasuk besar dalam perhitungan IHSG sehingga wajib punya sahamnya supaya tidak tertinggal apabila terjadi kenaikan indeks,” katanya.

Bhima Yudhistira Adhinegara, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) berpendapat banyak startup berniat IPO di Wall Street karena tingkat kapitalisasi pasar yang jauh lebih besar dibandingkan Jakarta. Total kapitalisasi pasar New York Stock Exchange sebesar 26,9 triliun dollar AS. 

“Sementara kapitalisasi Bursa Efek Indonesia tercatat 479,1 miliar dollar AS atau hanya setara 0,18% dari NYSE. Volume transaksi saham di NYSE mencapai 1,1 miliar transaksi per harinya, dibanding BEI hanya 1 juta frekuensi transaksi. Nilai kapitalisasi dan volume transaksi berpengaruh terhadap prospek pendanaan publik sebuah perusahaan,” katanya saat dihubungi Asumsi.co.

Pengaruh IPO di Indonesia, kata dia, akan bergantung berapa banyak pelepasan sahamnya. Kalau pelepasan saham, misalnya, hanya 5%, tapi di Wall Street 50% dari total saham, dampaknya dinilai tidak terlalu besar di Indonesia.

“Memang animonya tinggi, tapi perlu dicatat bagi investor retail bahwa saham startup itu cenderung mahal dengan kondisi laporan keuangan belum menghasilkan profit. Jadi, bagi investor yang mengincar dividen jangka pendek, sebaiknya pertimbangkan kembali, kecuali trading ya, yang ingin capital gain dan spekulasi tinggi, silahkan saja,” ujarnya menjelaskan.

Menurutnya, prospek yang paling ditunggu di antara kelima perusahaan unicorn di atas adalah Goto dan J&T. “Karena kedua perusahaan ini secara valuasi besar dan prospeknya menjanjikan,” katanya.

Share: Lima Perusahaan Unicorn Indonesia Akan IPO di Wall Street, Seperti Apa Prospeknya?