Isu Terkini

Kampanye Menjaga Lingkungan Tidak Cukup dengan Berjualan Sedotan SJW

Hafizh Mulia — Asumsi.co

featured image

KFC Indonesia kembali melakukan kampanye yang menyegarkan. Setelah beberapa waktu lalu memperkenalkan kampanye kontroversial “beberes sendiri”, kali ini, KFC Indonesia hadir mempromosikan penggunaan sedotan besi tahan karat yang lebih dikenal dengan istilah Sedotan SJW. Berikut kampanye yang disebarkan oleh KFC Indonesia melalui media sosialnya.

Mari peduli lingkungan dengan membeli sedotan SJW dari KFC! Dapetin satu set sedotan lengkap dengan alat pembersihnya! #kfcstainlessstraw #goodlicious #kfcindonesia pic.twitter.com/yOgE0Tu4lp— KFC Jagonya Ayam! (@KFCINDONESIA) July 11, 2019

Di dalam kampanye tersebut, KFC mengatakan bahwa mereka menjual satu set sedotan besi tahan karat lengkap dengan alat pembersih. Keikutsertaan KFC mendorong masyarakat menggunakan sedotan besi tahan karat menjadi gebrakan baru yang diharapkan dapat semakin mengurangi penggunaan sedotan plastik oleh masyarakat Indonesia.

Kapitalisasi Kampanye Lingkungan

Permasalahan lingkungan memang menjadi momok yang terus didiskusikan di abad ke-21. Penggunaan plastik yang semakin berlebihan mengakibatkan bertumpuknya sampah plastik di lautan. Hal ini pun semakin mengkhawatirkan ketika banyak hewan-hewan laut mati akibat menelan sampah plastik yang salah satunya merupakan sedotan plastik. Aktivis lingkungan pun mulai bergerak untuk mengkampanyekan pengurangan penggunaan sedotan plastik dengan menawarkan solusi alternatif sedotan besi anti karat.

2018 menjadi tahun pertama sedotan besi anti karat ini mulai dikampanyekan. Berbagai organisasi non-pemerintah di Amerika Serikat, mulai dari yang berskala kecil hingga besar, menyuarakan peralihan dari sedotan plastik ke sedotan besi anti karat. Salah satu yang begitu gencar menyuarakan penghentian penggunaan sedotan plastik ini adalah Plastic Pollution Coalition (Koalisi Polusi Plastik) melalui kampanye The Last Plastic Straw.

Tidak hanya di Amerika Serikat, kampanye ini turut digencarkan di Indonesia. Hal ini menyusul berbagai kejadian matinya hewan laut akibat menelan sampah plastik. Kejadian matinya Paus di Wakatobi akibat menelan sampah plastik menjadi salah satu pemicu maraknya kampanye ini di Indonesia.

Gerakan-gerakan akar rumput ini secara perlahan mulai diadopsi oleh restoran-restoran makanan cepat saji. Kebijakan ini diadopsi karena memang mereka mengemban tanggung jawab yang besar untuk mengurangi penggunaan sedotan plastik konsumennya. Dengan tidak lagi menawarkan sedotan plastik, restoran-restoran ini dirasa dapat berkontribusi besar mengurangi polusi plastik di lautan.

Tidak hanya menghentikan penggunaan sedotan plastik, KFC Indonesia melangkah selangkah lebih jauh dengan turut menawarkan sedotan besi anti karat. Hal ini jelas merupakan sebuah kampanye yang positif. Sebab, sedotan ini tidak hanya dapat digunakan ketika makan KFC, tetapi juga dapat dipakai di berbagai kesempatan lainnya.

Namun, apa benar KFC Indonesia tidak sekadar ikut-ikutan tren?

Permasalahan yang seringkali hadir dari pengadopsian kampanye lingkungan oleh pelaku kapitalisme adalah rentannya nilai-nilai lingkungan tersebut terkapitalisasi dan justru kehilangan esensi. Meski tujuannya menjaga lingkungan, mekanisme kapitalisme seringkali membuat iming-iming menjaga lingkungan justru menjadi cara menaikkan harga dan membuat sebuah produk menjadi lebih mahal. Demi kepentingan lingkungan, katanya.

Belum lagi skeptisisme masyarakat yang beranggapan bahwa sebuah kampanye lingkungan dilakukan oleh perusahaan besar hanya demi meningkatkan empati konsumen terhadap barang dagangannya. Kampanye-kampanye inklusif yang terkapitalisasi seringkali dikritik karena terkesan memaksa dan justru tidak mempromosikan nilai-nilai inklusivitas tersebut. Salah satu contohnya adalah ketika kampanye inklusif terhadap kelompok LGBT oleh sebuah produk dinilai “tidak cukup representatif.”

Dengan demikian, untuk restoran-restoran cepat saji di Indonesia yang mulai melangkah lebih jauh dalam kampanye menjaga lingkungan, ada baiknya untuk segera melangkah lebih cepat, seperti berhenti menggunakan tutup plastik untuk minuman, atau berhenti menggunakan tas plastik untuk pesanan bawa pulang. Karena tanpa kebijakan yang komprehensif dan dedikatif, kampanye lingkungan oleh restoran-restoran cepat saji tersebut hanya akan sekadar menjadi promosi dagangan berbalut kepedulian lingkungan.

Share: Kampanye Menjaga Lingkungan Tidak Cukup dengan Berjualan Sedotan SJW