Kesehatan

Sunday Scaries, Fenomena Kecemasan Jelang Hari Senin

Tesalonica — Asumsi.co

featured image
Pixabay

Siapa yang paling cemas kalau hari Senin tiba? Ya, Senin adalah hari yang paling tidak disukai oleh banyak orang.

Sejumlah orang menganggap Senin sebagai hari yang penuh dengan kesibukan, baik pekerjaan maupun tugas sebagai pelajar. Mengutip Healthline, seseorang yang merasakan fenomena ini kerap menganggap malam sebelum minggu berikutnya merupakan malapetaka.

Mereka akan mengalami kecemasan, sengsara, hingga menyedot kesenangan saat itu. Tidak menutup kemungkinan, seseorang akan merasakan kegugupan dan ketakutan tentang sesuatu yang belum terjadi di minggu berikutnya, yakni Senin hingga Jumat.

Faktor lainnya yang mungkin dapat dirasakan dari fenomena ini ialah masalah perut, kegelisahan, sifat yang terus menerus marah, hingga perasaan tidak nyaman yang samar-samar.

Namun, Sunday Scaries muncul tergantung dari jadwal pekerjaan seseorang. Misalnya, orang tersebut bekerja atau menghadiri kelas mulai Selasa hingga Sabtu maka fenomena ini akan muncul pada Senin malam dan seterusnya.

Adapun survei informal pada 2018 menunjukkan bahwa perasaan ini sangat umum terjadi. Di antara 1.017 orang dewasa yang mengikuti survei tersebut, 80 persen mengatakan mereka mengalami kecemasan di Minggu malam atau kena fenomena Sunday Scaries.

Bukan Diagnosis Resmi

Psikolog Klinis Personal Growth, Stefany Valentia, menjelaskan sunday scaries sebenarnya bukan diagnosis resmi di Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5 (DSM-5).

Namun, menurutnya, secara umum istilah ini menggambarkan fenomena seseorang mengalami peningkatan kecemasan dan kekhawatiran di hari Minggu, karena mengetahui hari Minggu akan segera berakhir dan seseorang perlu kembali bekerja di hari Senin.

Lebih lanjut, Stevany menyebut fenomena ini dapat dialami oleh siapa saja, tetapi umumnya terhadap pelajar atau yang bersekolah dan bekerja.

Faktor Penyebab

Ia membeberkan beberapa faktor yang menyebabkan fenomena ini terjadi. Pertama, overworking saat hari biasa dan kurangnya work life balance saat hari kerja, sehingga weekend digunakan untuk ‘balas dendam’ dengan beristirahat. Namun, di akhir pekan, muncul kembali perasaan tertekan karena harus kembali bekerja.

“Kedua, prokrastinasi yang merupakan kebalikan dari overworking, banyak pekerjaan yang ditunda-tunda sepanjang minggu. Sehingga, di akhir pekan kembali cemas karena tahu harus kembali menghadapi pekerjaan yang sudah ditunda,” ungkap Stevany kepada Asumsi.co, Sabtu (8/1/2022).

Ketiga, seseorang tidak menyukai pekerjaan atau lingkungan pekerjaannya. Lebih lanjut ia mengatakan lingkungan kerja yang membuat tak nyaman dapat memperkuat perasaan cemas di akhir minggu karena harus kembali menghadapi hal yang tidak disukai.

Dari beberapa faktor tersebut, Stevany mengingatkan fenomena ini dapat berdampak bagi kondisi fisik maupun psikis. Menurutnya, hal itu dapat terjadi karena mind-body connection, kesatuan atau keterhubungan antara tubuh fisik dan mental.

“Secara psikis, seseorang dapat merasakan cemas terus menerus, tertekan, sedih, mudah marah, pada tingkat yang lebih parah bisa mengarah ke gangguan seperti depresi,” ungkapnya.

Fenomena ini berpengaruh ke kondisi fisik, seseorang akan mengalami sakit perut, pusing, mual, muntah, lelah terus menerus, sulit tidur setiap akhir pekan. Kejadian seperti ini dapat berbahaya bagi seseorang.

Terbentuk Karena Pola Pikir

Secara terpisah, Psikolog Tika Bisono menilai Sunday Scaries hanya terjadi karena pola pikir yang membentuk perasaan cemas tersebut.

“Semua orang dapat merasakan hal ini, tidak hanya pada hari Minggu, seluruh hari. Bahkan, hari libur juga dapat menjadi kecemasan bagi pekerja yang berkegiatan di hari tersebut,” kata Tika kepada Asumsi.co.

Ia mengatakan hal ini dapat diatasi bila seseorang mulai mengatur jadwal pekerjaan yang stabil dan sesuai kenyamanannya. Lebih lanjut, Tika menilai di masa pandemi ini semua serba daring, jadi tidak perlu lagi menanamkan pola pikir Sunday Scaries.

“Semua serba daring, tidak perlu merasa setiap hari adalah hari terburuk. Segala kegiatan dilakukan hanya di depan laptop atau jarak jauh, tidak perlu susah-susah datang ke kantor dan sebagainya. Maka dari itu, pola pikir Sunday Scaries segera dihilangkan, ubah dengan Amazing Sunday, Monday, dan seterusnya,” ungkapnya.

Selain itu, Stevany juga menyarankan beberapa hal yang dapat membantu menghilangkan fenomena ini. Pertama work life balance,  sepanjang minggu di hari kerja usahakan untuk menyempatkan self-care atau waktu istirahat setiap harinya.

Misalnya di setiap jam makan siang, benar-benar dipakai untuk makan dan istirahat. Kemudian dilanjutkan pada malam sebelum tidur untuk melakukan kegiatan yang relaxing. Jadi waktu self-care, relaksasi dan istirahat tidak menumpuk di akhir pekan.

“Selanjutnya, being mindful saat akhir pekan. Artinya, fokus menikmati waktu istirahat sepenuhnya, tidak perlu sibuk memikirkan pekerjaan di minggu selanjutnya. Karena akan meningkatkan kecemasan, padahal mungkin hal-hal yang dipikirkan belum terjadi dan belum tentu terjadi,” lanjutnya.

Seseorang perlu menerapkan teknik relaksasi. Jika rasa cemasan mulai muncul saat hari Minggu, lakukan teknik-teknik relaksasi sederhana seperti deep breathing, ambil nafas yang dalam lewat hidung dan hembuskan perlahan lewat mulut.

Lebih lanjut, Stevany menambahkan perlu mengucapkan kata-kata yang menenangkan diri seperti “saya aman, saya tenang, yuk nikmati dulu akhir pekan ini”. Lakukan berulang-ulang sampai merasa lebih tenang.

Terakhir, jika kesulitan untuk mengatasi sendiri, jangan ragu untuk menghubungi profesional kesehatan mental seperti psikolog klinis atau psikiater

Baca Juga

Share: Sunday Scaries, Fenomena Kecemasan Jelang Hari Senin