Vaksin Covid-19

Kematian Pelajar di Bone Bukan Karena Vaksinasi

Tesalonica — Asumsi.co

featured image
ANTARA/Abd Kadi

Kematian dua warga di Bone, Sulawesi Selatan yang mana salah satunya adalah pelajar berusia 13 tahun, tidak ada kaitannya dengan vaksinasi COVID-19. Hal ini disampaikan langsung oleh Komite Daerah Penanggulangan dan Pengkajian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (PP KIPI) Sulawesi Selatan.

“Kesimpulan penyebab kematian Almarhum Tuan S dan Almarhumah Pelajar (AW) tidak terkait vaksinasi COVID-19,” kata Komda KIPI Sulsel Martira Maddeppungeng, Kamis (6/1/2022) dikutip dari Antara.

Ditambahkannya, kesimpulan ini diambil melalui kajian dan causality assessment bersama dengan Komite Nasional (Komnas) PP KIPI, BPOM dan Kemkes.

Karena penyakit jantung bawaan: Untuk almarhum pelajar AW, diduga mengalami penyakit jantung bawaan lahir. AW mendapat vaksinasi Sinovac dosis pertama pada 26 Oktober 2021. Kemudian, ia kembali menjalankan vaksinasi dosis kedua pada 23 November 2021 di Puskesmas Patimpeng Bone.

Pada AW tidak ditemukan adanya kontra indikasi melalui skrining. Namun, ia berkunjung ke Poliklinik Puskesmas Salomekko untuk melaporkan adanya keluhan berupa bengkak dan nyeri pada punggung belakang kanan, hingga akhirnya mendapatkan pengobatan usai 16 hari setelah vaksinasi.

Pada 13 Desember 2021 (20 hari setelah vaksin), AW kembali datang ke puskesmas dan melaporkan keluhan yang sama, sehingga dokter segera memberi terapi obat Ibuprofen, dexamethasone, dan vitamin C.

Pada 21 Desember 2021 (28 hari setelah vaksin) sore hari pemeriksaan dokter puskesmas mendapatkan kondisi anak tampak sesak dengan saturasi 55 persen tanpa oksigen.

Dokter menduga anak mengalami efusi pleura. Adapun AW memiliki riwayat pernah mengalami diare saat usia 1 bulan, setelah itu orang tua memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak lebih lambat dibanding anak seusianya.

Anak baru bisa berjalan tanpa bantuan saat usia 3 tahun, dan tampak lebih kecil dan lebih pendek dari anak seusianya.

Kematian lainnya: Sementara untuk almarhum Tuan S, mendapat vaksinasi COVID-19 pertama pada 23 Desember 2021. Secara bersamaan, ia memiliki riwayat hipertensi lama dari pemeriksaan tekanan darah yang didapat.

Dokter menyimpulkan kemungkinan besar pasien tidak rutin meminum obat, serta mengontrol penyakit yang diderita ke dokter karena hasil tensinya cukup tinggi.

Lebih lanjut, almarhum juga sempat menjalani rawat inap empat kali karena sakit. Menurut keterangan, Tuan S melakukan rawat inap dengan gejala pucat (Hb 4 gr/dl), nyeri lambung, serta buang air besar warna hitam.

Namun, mendiang S mengalami gejala pusing, muntah, mimisan, dan tingkat kesadaran menurun, pada 24 Desember 2021 sekitar pukul 18.00 WITA.

“Telah mendapat pertolongan dan dianjurkan rujuk ke RS namun keluarga menolak, dan pada 26 Desember 2021 sekitar pukul 07.00 WITA, bidan melaporkan Tuan S telah meninggal,” ungkap Martita.

Sempat dirujuk ke RS: Diketahui, keduanya telah disarankan untuk dirujuk ke RS agar memiliki tatalaksana yang optimal, tetapi keluarga menolak. Jadi, Tuan S dan AW mendapatkan penanganan di rumah atau puskesmas.

Tidak terkait vaksinasi: Dapat disimpulkan, kematian dua warga Bone tersebut adalah koinsiden, tidak terkait dengan vaksinasi (inkonsisten).

Almarhumah Tuan S memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan komplikasi, sehingga ia mengalami pendarahan di hidung dan mulut. Sementara, almarhumah Pelajar AW diduga mengalami penyakit jantung bawaan lahir. (zal)


Baca Juga:

Pfizer Uji Klinis Penggunaan Vaksin dan Booster Anak Usia Lima Tahun

Polrestabes Semarang Gagalkan Dugaan Praktik Joki Vaksinasi Covid-19

Belum Tentukan Tarif Booster Mandiri, Pemerintah Masih Fokus Vaksinasi Anak

Share: Kematian Pelajar di Bone Bukan Karena Vaksinasi