Covid-19

Kematian Global Perdana Akibat Varian Omricon Jadi Sinyal Bahaya

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Fusion Medical Animation/Unsplash

Varian baru COVID-19, Omicron sudah memakan korban
pertamanya, yakni seorang pasien di Inggris. Hal ini menjadi kematian global
perdana akibat Omicron.

Kematian pasien COVID-19 yang terpapar varian Omicron ini
disampaikan oleh Perdana Menteri Boris Johnson, Senin (13/12/2022) lalu. Ia pun
mengungkapkan keprihatinannya karena kematian global pertama varian virus ini
terjadi di negaranya.

“Menyedihkan, setidaknya seorang pasien telah
dipastikan meninggal akibat Omicron,” kata Johnson mengutip Reuters.

Perlu Diwaspadai: Dia menyatakan kalau pernyataan bahwa
Omicron merupakan varian virus Corona yang lebih ringan daripada varian Delta,
perlu dikesampingkan. Sebab, satu orang yang meninggal ini menjadi bukti varian
Omricon tak bisa disepelekan.

Kini ia menegaskan ancaman penularan varian Omicron di
tengah masyarakat mesti diwaspadai. Adapun kasus Omicron pertama kali
terdeteksi di Inggris pada 27 November lalu.

Perlu Booster: PM Johnson kini telah memberlakukan
pembatasan yang lebih ketat pasca adanya laporan kematian varian Omicron. Ia
mendesak setiap warganya untuk segera mendapatkan booster vaksin COVID-19.

Menurutnya, booster sudah diperlikan untuk mencegah pelayanan
kesehatan kewalahan karena adanya penularan varian Omicron yang kian pesat di
Negeri Big Ben.

Penularan Cepat: Sementara itu, Menteri Kesehatan Sajid
Javid memastikan, penyebaran varian Omicron kian pesat dan kini dikaporkan
menyumbang sekitar 40 persen kasus COVID-19 di London, Inggris.

Penyebaran Omicron yang diketahui menyebabkan kematian ini
pun memicu kekhawatiran berbagai negara, termasuk di Indonesia meski hingga
kini varian virus tersebut diyakini belum menyebar di negeri ini.

Langkah Antisipasi: Juru Bicara Vaksinasi COVID-19
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Siti Nadia Tarmizi memastikan hingga saat
ini varian Omicron dipastikan belum masuk ke Indonesia.

Namun, langkah antisipasi dan peningkatan kewaspadaan
terhadap penyebaran varian Omicron di tanah air, lanjut dia bakal terus
dilakukan oleh pemerintah.

“Langkahnya dengan dengan memerhatikan informasi yang
katanya bisa muncul dari mutasi lokal, masyarakat taat protokol kesehatan dan
melakukan karantina, serta bagi yang belum melakukan vaksiansi segera
melalukannya,” ujarnya melalui pesan singkat kepada Asumsi.co, Rabu
(15/12/2021).

Sementara itu, soal booster vaksin untuk masyarakat umum
sebagai langkah pencegahan varian virus ini, menurutnya saat ini belum perlu
dilakukan.

Akan tetapi, lanjut Nadia booster saat ini memang sudah
dilakukan khusus untuk tenaga kesehatan, kelompok masyarakat rentan seperti
lansia dan komorbid dan terus dimaksimalkan jangkauannya untuk mereka.

Tak Ada Potensi Ledakan Kasus: Sementara itu, Epidemiolog
Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko mengatakan potensi penyebaran, bahkan
ledakan kasus varian Omicron belum akan terjadi di Indonesia pada momen akhir
tahun ini.

Yunis menjadikan ledakan kasus COVID-19 varian Delta yang
terjadi di Indonesia pada periode Juni sampai Juli tahun ini sebagai acuan.

Menurutnya, kemungkinan jika varian Omicron masuk tanah air
pada akhir tahun atau awal tahun depan maka ledakan kasus bisa terjadi di
periode bulan yang sama.

“Jadi sampai Januari kalau Omicron masuk Indonesia
belum akan berkembang pesat kasusnya. Cuma ada kekhawatiran ledakan kasusnya
bisa terjadi di periode yang sama kayak varian Delta,” terangnya.

Ia menambahkan, masyarakat yang sudah memiliki antibodi dari
penularan varian Delta juga bisa menjadi faktor laju penyebaran Omicron lebih
rendah dan tidak menyebabkan ledakan kasus dalam waktu dekat.

“Tentu kita tidak harapkan varian Omicron masuk
Indonesia. Cuma yang saya garis bawahi, kematian akibat varian Omicron terjadi
pada orang yang imunitasnya lemah, antobodinya menurun, orang tua rentan,
dannanak kecil yang tidak menerima vaksinasi,” imbuhnya.

Baca Juga:

Share: Kematian Global Perdana Akibat Varian Omricon Jadi Sinyal Bahaya