Hiburan

Musisi Jazz Kawakan Idang Rasjidi Meninggal Dunia

Irfan — Asumsi.co

featured image
babel.antaranews.com/Aprionis

Idang Rasjidi telah pergi. Musisi jazz kawakan asal Indonesia meninggal dunia pada Sabtu (4/12/2021). Kabar kepergiannya tersebar lewat Instagram putranya, Shadu Rasjidi, yang diunggah pada 5 Desember 2021 pagi.

Penyakit: Idang, meninggal dunia memang jelang pergantian hari. Kurang dari 30 menit sebelum Sabtu menjadi Minggu. Idang wafat di usia 63 tahun setelah mengidap sejumlah penyakit komplikasi akibat diabetes dan sempat menjalai amputasi pada 2 Desember 2021.

Kepergian Idang tentu menyiratkan duka bagi kita. Terutama mereka yang gemar musik-musik racikan Idang.

Legenda: Pria kelahiran Pangkalpinang, Bangka Belitung pada 26 April 1958 itu memang bisa disebut sebagai salah satu legenda di kancah Jazz nasional. Ia piawai di alat musik piano dan keyboard.

Namun, Idang tidak memulai karir bermusiknya dengan alat musik itu. Ia justru memulainya sebagai pembetot bass di sebuah acara anak di TVRI oleh asuhan legenda musik lainnya, Abadi Soesman. Lewat perkenalan ini pula namanya berkibar. Karena setelah itu ia gabung di Abadi Soesman Band. Di band ini, Idang mulai mengampu keyboard.

Kolaborasi: Idang dikeliling oleh banyak pemuka jazz yang membentuk skill-nya. Seiring sepak terjangnya di kancah jazz tanah air, ia juga mulai berinteraksi dengan sejumlah musisi kawakan lain seperti Ireng dan Kiboud Maulana. Bertiga mereka tergabung dalam kelompok Ireng Maulana Associate.

Ia juga turut membangun band The Galactic bersama Maryono (saxophone), Benny Mustapha (drum), Oele Pattiselanno (gitar), Benny Likumahuwa (trombone), Dullah Suweileh (perkusi) dan Jeffrey Tahalele (bass).

Pengalamannya di pentas juga mempertemukan dia dengan sejumlah musisi jazz seangkatan. Seperti Indra Lesmana di proyek musik Idang Rasjidi Reformation atau terlibat dalam sejumlah penggarapan lagu musisi seperti Candra Darusman, Jopie Item, Tito Sumarsono, Tika Bisono dan lain-lain.

Ia juga melanglang buana dengan grup The Djakarta All Stars dan trio fusion Trigonica. Kelompik ini membawanya pentas sampai ke negeri Belanda untuk tampil di North Sea Jazz Festival atau sebuah konser tunggal di Malaysia.

Album: Total setidaknya lima album dicetak berkat kepiawaian jari jemarinya di atas tuts. Mulai dari “Heaven and Earth” (1996), “Jazzy Christmas” (2004), “Live at for Sessons” (2005), “Sound of Hope” (2008), dan “Sound of Truth” yang dirilis setahun kemudian.

Dengan deretan karnyanya yang penting ini, Idang meninggalkan banyak warisan musikal. Dengan begitu, boleh jadi Idang pergi. Tetapi karyanya abadi.

Baca Juga

Share: Musisi Jazz Kawakan Idang Rasjidi Meninggal Dunia