General

Bangga Buatan Indonesia, dari Gagasan Hingga Mau Masuk Kurikulum

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
kominfo.go.id

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menginginkan adanya pembangunan karakter Bangga Buatan Indonesia (BBI) di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.

Menurutnya, hal ini penting untuk mencetak generasi yang peduli dengan produk dalam negeri, serta meningkatkan keinginan berwirausaha dan kompetisi di tengah persaingan global.

Gagasan Jokowi

BBI merupakan gerakan nasional yang digagas langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang diluncurkan programnya di awal masa pandemi COVID-19, secara virtual pada 14 Mei 2020 di Istana Merdeka, Jakarta Pusat.

Mengutip laman resmi presidenri.go.id, gerakan ini digagas Jokowi sebagai ajakan kepada masyarakat untuk bangga menggunakan produk-produk Indonesia, sekaligus upaya pemerintah untuk mendorong serta mendukung produksi dalam negeri.

Menurut Jokowi dengan bangga menggunakan produk-produk Indonesia dapat membantu, sekaligus mendukung usaha, perekonomian tanah air agar terus berkembang. meski dihadapkan pada tantangan situasi pandemi.

Jokowi bahkan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 2021 tentang Tim Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) yang diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.

Mengutip Antara, di dalam Keppres yang ditetapkan pada tanggal 8 September 2021 ditekankan pelaksanaan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia memerlukan dukungan berupa pendataan, pelatihan, akses permodalan, perluasan pasar, pelaksanaan kampanye, penganggaran, dan stimulus ekonomi.

Seluruh biaya yang diperlukan di dalam pelaksanaan tugas Tim Gernas BBI akan dibebankan pada APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah serta tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bentuk Kolaborasi

Terkini, di dalam acara peluncuran Kampanye Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) Aroma Maluku: Belanja Cipta Nusantara baru-baru ini, Luhut menilai karakter BBI mesti dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan.

Masukan agar BBI dimasukan ke dalam kurikulum pendidikan pun disampaikannya kepada Mendikbud Ristek Nadiem Makarim yang juga hadir dalam acara virtual tersebut.

“Ada kolaborasi erat antara dunia pendidikan dengan dunia industri melalui Gernas BBI. Kemendikbud Ristek sebagai penggagas acara dengan program Merdeka Belajar, telah menjadi solusi kesenjangan antara lulusan perguruan tinggi dengan industri,” jelasnya.

Luhut juga mengharapkan karya pendidikan vokasi dapat dimanfaatkan oleh industri dalam negeri, termasuk kementerian/lembaga serta pemerintah daerah. Ia mencontohkan, salah satu produknya seperti mesin Computer Numerical Control (CNC) karya siswa/siswi SMK di Surakarta yang saat ini telah berstandar industri dan tersedia di pasaran.

Mantan Menko Polhukam ini turut meminta Kementerian Perhubungan untuk memanfaatkan dan membeli produk CNC buatan dalam negeri ini sebagai dukungan terhadap industri lokal.

“Kalau bukan kita, siapa lagi. Kita semua harus terus membeli produk-produk dalam negeri,” katanya.

Luhut juga mengapresiasi langkah Kemendikbud Ristek yang membeli laptop buatan dalam negeri sebesar lebih dari Rp1,3 triliun untuk program laptop Merah Putih.

Diketahui program ini merupakan hasil kolaborasi dengan produsen laptop dalam negeri, salah satunya PT. Zyrexindo Mandiri Buana Tbk.

“Ini saya kira merupakan langkah yang strategis harus diikuti semua K/L,” ucapnya.

Luhut juga membanggakan hadirnya kemitraan antara pihak Kedaulatan Indonesia dalam Reka Cipta Pendidikan Tinggi (Kedaireka Dikti) dan salah satu perguruan tinggi di Jambi yang bekerjasama dengan pemda setempat.

Kemitraan ini, lanjut dia berhasil mengembangkan program kewirausahaan di SMA Negeri 5 Jambi dengan pemberian skema insentif dana padanan oleh Kemendikbud.

“Ini menjadi model kolaborasi yang baik untuk diaplikasikan di daerah lainnya,” pungkas Ketua Tim Germas BBI ini.

Bakal Masuk Vokasi

Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Suharti memastikan saat ini pihaknya tengah mendiskusikan lebih lanjut soal usulan memasukan BBI ke dalam kurikulum pendidikan yang ada di sekolah hingga perguruan tinggi di Indonesia.

Adapun yang sejauh ini sudah mulai terbayang bentuk implementasinya, lanjut dia adalah dalam bentuk pendidikan vokasi di berbagai perguruan tinggi. Namun ia belum bisa menjelaskan lebih lanjut soal rincian bentuk program pendidikan vokasinya.

“Tentu kami sambut baik dan nanti ada dalam bentuk vokasi. Jelas ini kami dorong semuanya ke sana (mendukung Gernas BBI),” kata Suharti kepada Asumsi.co melalui pesan singkat, Selasa (30/12/2021).

Perlukah Masuk Kurikulum

Pengamat pendidikan nasional Darmaningtyas memahami maksud Luhut yang ingin agar Gernas BBI agar sikap cinta terhadap produk anak bangsa bisa ditanamkan di tingkat pendidikan.

Akan tetapi, menurutnya implementasinya tidak perlu sampai menjadi kurikulum apalagi dalam bentuk mata pelajaran bangga buatan Indonesia. Begitu pula bila dihadirkan dalam bentuk vokasi, menurutnya cukup sebagai pelatihan kompetensi kemahasiswaan di luar mata kuliah.

“Saya kira enggak perlu kalau sampai jadi kurikulum karena nanti akan menambah beban murid dalam pelajaran. Nanti kurikulumnya mau gimana? Kebingungan nanti apa yang mau diajarkan. Di kampus-kampus juga sudah ada mata kuliah tentang bisnis tersendiri,” terangnya saat dihubungi terpisah.

Menurutnya, mengefektifkan BBI sebagai gerakan massal tak perlu sampai ngotot dimasukkan ke dunia pendidikan. Dukungan memakai produk-produk lokal yang dicontohkan langsung para pemimpin bangsalah yang mesti diperbanyak.

“Kalau soal promosi produk dalam negeri, seberulnya tergantung para pemimpin bangsa saja memberikan contoh. Saya rasa Pak Jokowi juga sudah sering memberikan contoh dengan membeli produk-produk lokal. Saya kira itu langkah yang tepat untuk diikuti yang lain agar jadi tren,” katanya. (zal)

Baca Juga:

Share: Bangga Buatan Indonesia, dari Gagasan Hingga Mau Masuk Kurikulum