Covid-19

Respon Cepat Dunia Atasi Sebaran Varian Omicron

Admin — Asumsi.co

featured image
Reuters

Varian coronavirus Omicron menyebar ke seluruh dunia, dengan kasus baru ditemukan di Belanda, Denmark dan Australia. Beberapa negara termasuk Indonesia mulai memberlakukan pembatasan perjalanan untuk mengantisipasi masuknya varian Omicron ke negaranya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan belum jelas apakah Omicron, yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, lebih menular daripada varian lain. Belum jelas juga apakah varian ini menyebabkan penyakit yang lebih parah.

“Data awal menunjukkan bahwa ada peningkatan tingkat rawat inap di Afrika Selatan, tetapi ini mungkin karena meningkatnya jumlah orang yang terinfeksi, bukan akibat infeksi spesifik,” kata WHO, dikutip dari Reuters.

Menurut WHO, memahami tingkat keparahan Omicron “akan memakan waktu berhari-hari hingga beberapa minggu”. WHO mengatakan sedang bekerja dengan para ahli teknis untuk memahami potensi dampak varian pada tindakan pencegahan yang ada terhadap COVID-19, termasuk terhadap efektivitas vaksin.

Inggris mengatakan akan mengadakan pertemuan mendesak para menteri kesehatan G7 pada hari Senin (29/11/2021) untuk membahas perkembangannya. Negara-negara dunia berusaha merespon cepat kasus ini sebagai antisipasi importasi kasus varian baru COVID-19 B.1.1.529 atau Omicron.

Kasus di Belanda

Otoritas kesehatan Belanda mengatakan 13 kasus varian Omicron ditemukan di antara orang-orang dalam dua penerbangan yang tiba di Amsterdam dari Afrika Selatan pada hari Jumat (26/11/2021). Pihak berwenang telah menguji semua lebih dari 600 penumpang dalam penerbangan dan menemukan 61 kasus virus corona, kemudian mengujinya untuk varian Omicron.

“Ini mungkin puncak gunung es,” kata Menteri Kesehatan Hugo de Jonge kepada wartawan.

Polisi militer Belanda mengatakan mereka menangkap pasangan suami istri yang meninggalkan hotel tempat mereka dikarantina setelah dinyatakan positif COVID-19, dan berusaha melarikan diri dari negara itu.

Omicron, yang pekan lalu dijuluki sebagai “variant of concern” atau masuk kategori kewaspadaan tertinggi oleh WHO karena berpotensi lebih menular daripada varian sebelumnya, kini telah terdeteksi di Australia, Belgia, Botswana, Inggris, Denmark, Jerman, Hong Kong, Israel, Italia, Belanda, Prancis, Kanada, dan Afrika Selatan.

Banyak negara telah memberlakukan larangan atau pembatasan perjalanan di Afrika Selatan untuk mencoba membendung penyebarannya. Dr Angelique Coetzee, ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan yang merupakan salah satu orang pertama yang mencurigai jenis virus corona berbeda, mengatakan pada hari Minggu bahwa gejala Omicron sejauh ini ringan dan dapat dirawat di rumah.

Tidak seperti Delta, kata Coetzee, sejauh ini pasien belum melaporkan kehilangan penciuman atau rasa dan tidak ada penurunan besar dalam kadar oksigen pada orang yang terpapar COVID-19 varian baru itu.

Langkah AS

Pejabat tinggi penyakit menular AS, Dr. Anthony Fauci mengatakan kepada Presiden Joe Biden pada hari Minggu (28/11/201) bahwa akan memakan waktu sekitar dua minggu untuk memiliki informasi yang lebih pasti tentang penularan dan karakteristik lain dari Omicron.

Fauci percaya vaksin yang ada “cenderung memberikan tingkat perlindungan terhadap kasus COVID yang parah”, termasuk varian Omicron. Biden akan memberikan pembaruan pada varian baru dan tanggapan AS pada hari Senin (29/11/2021), kata Gedung Putih.

Di Inggris, pemerintah telah mengumumkan langkah-langkah termasuk aturan pengujian yang lebih ketat untuk orang-orang yang tiba di negara itu dan mewajibkan pemakaian masker di beberapa tempat.

Lebih banyak negara mengumumkan pembatasan perjalanan baru di negara-negara Afrika selatan pada hari Minggu (28/11/2021), termasuk Indonesia dan Arab Saudi.

Kecaman Afsel

Setelah negaranya masuk “daftar hitam” untuk masuk ke beberapa negara, Afrika Selatan mengecam kebijakan tersebut dan menilainya sebagai tindakan yang tidak adil. Hal tersebut berpotensi membahayakan ekonomi Afsel.

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan pada hari Minggu bahwa pemerintahnya sedang mempertimbangkan untuk mewajibkan suntikan vaksin COVID-19 bagi orang-orang di tempat dan kegiatan tertentu, dan dia mengecam negara-negara Barat yang kaya atas apa yang disebutnya aksi spontan larangan bepergian.

“Larangan bepergian tidak diinformasikan oleh sains, juga tidak akan efektif dalam mencegah penyebaran varian ini. Satu-satunya hal yang akan dihasilkan adalah semakin merusak ekonomi negara-negara yang terkena dampak dan melemahkan kemampuan mereka untuk merespons pandemi.”

Omicron telah muncul ketika banyak negara di Eropa sudah berjuang melawan lonjakan infeksi COVID-19, dengan beberapa memberlakukan kembali pembatasan aktivitas sosial untuk mencoba menghentikan penyebaran.

Varian baru ini juga menyoroti perbedaan besar dalam tingkat vaksinasi di seluruh dunia. Bahkan ketika banyak negara maju memberikan booster dosis ketiga, kurang dari 7 persen orang di negara miskin telah menerima suntikan COVID-19 pertama mereka, menurut kelompok medis dan hak asasi manusia. (Zal)

Baca Juga:

Share: Respon Cepat Dunia Atasi Sebaran Varian Omicron