Sains

Uji Coba Vaksin HIV Kembali Temui Jalan Buntu

Yopi Makdori — Asumsi.co

featured image
Antara/hivehealthmedia

Peneliti mengumumkan bahwa mereka kembali menemui jalan buntu untuk menghadirkan vaksin HIV. Pasalnya mereka mengatakan, uji coba tahap akhir vaksin HIV yang disebut Mosaico mengalami kegagalan.

Gagal: Uji coba Mosaico dalam skala besar itu merupakan kemitraan publik-swasta termasuk pemerintah Amerika Serikat (AS) dan raksasa farmasi Janssen.

Para peneliti mendaftarkan hampir 3.900 pria yang berhubungan seks dengan pria dan transgender. Melansir NBC News, Kamis (19/1/2023), pertimbangan menguji coba vaksin terhadap kelompok tersebut lantaran mereka dianggap berisiko tinggi tertular HIV.

Kecewa: Para pemimpin penelitian memutuskan untuk menghentikan upaya penelitian vaksin HIV Mosaico setelah tidak melihat bukti bahwa vaksin menurunkan tingkat penularan HIV peserta.

“Ini jelas mengecewakan,” kata kepala Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID), Dr. Anthony Fauci.

Optimis: Namun kegagalan Mosaico bukan menjadi alasan untuk kembali mengupayakan temuan vaksin HIV. Fauci mengatakan, masih ada banyak pendekatan lain guna menemukan vaksin tersebut.

“Saya tidak berpikir orang harus menyerah di bidang vaksin HIV,” kata Fauci.

Fauci sebelumnya mengatakan dia tidak ingin pensiun dari NIAID sampai vaksin HIV terbukti setidaknya 50 persen efektif. Angka itu dianggap cukup baik untuk diluncurkan secara global. Namun sayang, dia pensiun dari jabatannya pada akhir bulan lalu dengan impian yang tidak terpenuhi.

Selain NIAID dan Janssen, yang merupakan divisi dari Johnson & Johnson, uji coba juga dijalankan oleh Komando Penelitian dan Pengembangan Medis Angkatan Darat AS dan Jaringan Uji Coba Vaksin HIV. Jaringan itu berkantor pusat di Pusat Penelitian Fred Hutchinson di Seattle, AS.

Para ahli tidak menduga kegagalan Mosaico itu, setelah sebelumnya uji coba vaksin sejenis yakni Imbokodo mengalami muara yang sama pada Agustus 2021 silam. Uji Coba Imbokodo ditujukan terhadap wanita di Afrika. Dari kedua uji coba tersebut, NIAID menghabiskan sampai 56 juta dolar AS.

Vaksin yang diuji dalam kedua uji coba menggunakan virus flu biasa untuk menghasilkan apa yang dikenal sebagai imunogen mosaik. Hal ini dimaksudkan untuk memicu respons kekebalan yang kuat dan protektif dengan memasukkan materi genetik dari berbagai jenis HIV yang lazim di seluruh dunia. Mosaico memasukkan elemen tambahan yang dimaksudkan untuk memperluas respons imun.

Peserta di Mosaico, yang berusia antara 18 dan 60 tahun, menerima empat suntikan selama 12 bulan, baik vaksin maupun plasebo. Dewan pemantau tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam tingkat penularan HIV antara kedua kelompok penelitian.

“Menjadi jelas bahwa vaksin yang tidak menimbulkan antibodi penawar tidak efektif melawan HIV,” katanya.

Ke depannya ilmuwan mencoba untuk mengandalkan teknologi vaksin mRNA mutakhir, layaknya vaksin untuk mengatasi virus Corona, guna menemukan vaksin HIV.

Fauci menerangkan bahwa masalah besar dalam menemukan vaksin HIV selama ini adalah respons kekebalan alami manusia terhadap infeksi tidak cukup untuk menggagalkan virus HIV berkembang.

“Jadi vaksin sebenarnya harus bekerja lebih baik daripada infeksi alami agar efektif,” katanya.

Baca Juga:

Jokowi Disuntik Booster Kedua Pakai Vaksin Indovac

Prostitusi Online Dikhawatirkan Dorong Kasus HIV/AIDS pada Anak

Ribuan Anak Indonesia Terinfeksi HIV

Share: Uji Coba Vaksin HIV Kembali Temui Jalan Buntu