Isu Terkini

Dituntut Bubar, Menwa Mestinya Tidak Lagi Fokus Pada Kegiatan Fisik

Irfan — Asumsi.co

featured image
ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

Setelah kasus meninggalnya mahasiswa UNS peserta Pendidikan dan Latihan Dasar Resimen Mahasiswa (Diklatsar Menwa), Gilang Endi Saputra (21), muncul desakan pembubaran unit kegiatan mahasiswa (UKM) tersebut.

Desakan itu, salah satunya muncul dari sejumlah mahasiswa UNS yang menggelar aksi menyalakan 100 lilin di area kampus sebagai bentuk solidaritas untuk Gilang.

Pasukan Cadangan

Terkait hal ini, Pengamat dan praktisi pendidikan, Indra Charismiadi menyebut, Resimen Mahasiswa sebetulnya bukan cuma ada di Indonesia. Di luar negeri, kegiatan mahasiswa seperti Menwa juga dikenal dan dimaksudkan sebagai pasukan cadangan.

Apalagi, beberapa negara seperti Singapura memang memadukan kegiatan seperti ini dengan wajib militer.

Namun jika ditanya butuh atau tidak, Indra menilai kebutuhannya yang mesti diubah. Indra mengatakan, sebagai seorang intelektual, mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan Menwa mestinya tak perlu selalu fokus pada peran fisik seperti layaknya tentara sebetulnya.

Kembangkan Teknologi Pertahanan

Mahasiswa yang terlibat dalam Menwa, kata Indra, bisa diarahkan kepada pengembangan teknologi pertahanan, atau bidang ilmu-ilmu lainnya yang berhubungan dengan pembelajaran mereka di kampus.

“Boleh lah fisik tetap ada, tetapi lebih diutamakan ke bagaimana teknologi pertahanan. Terutama mahasiswa lebih menguasai teknologi. Harusnya ke arah sana,” ujar Indra, kepada Asumsi.co, Jumat (29/10/2021).

Dalam kasus UNS, Indra juga menilai perlunya cermat dalam penyelidikan. Sebagai UKM yang dikenal dekat dengan aktivitas seperti militer, pelatihan Menwa tidak boleh lepas dari pantauan profesional. Bukan hanya oleh mereka yang cakap pada pelatihan militer, tetapi juga tenaga medis dan psikolog.

“Yang enggak layak, enggak bisa dipaksain. Itu kan persyaratan masuk militer. Enggak sembarang orang ikut pendidikan militer. Salah satu yang harus kuat kan selama ini ketahanan fisik,” ucap dia.

Perhatian utama

Meskipun Menwa dekat dengan kegiatan militer, mereka bukanlah militer sesungguhnya yang sejak pendidikan sudah siap menyerahkan raga dan nyawa untuk bangsa. Oleh karena itu, terkait kasus kematian akibat pelatihan Menwa di UNS, Indra mempertanyakan, bagaimana persiapan pelatihan itu.

“Sudah ada screening belum? Hanya mereka yang layak yang bisa ikut pelatihan ini. Kalau enggak ada screening udah salah dari awal. Kedua, tenaga medis yang mengkonfirmasi tes lab, tes fisik. Dan ketiga, yang bertanggung jawab apa dari militer atau mahasiswa juga?” kata Indra.

Ia memang tak mengamati secara detail, bagaimana pemanfaatan Menwa selama ini oleh TNI. Namun mestinya, ada manajemen SDM yang matang terkait kebutuhan tentara cadangan kita. Kalau ternyata tidak perlu ada tenaga cadangan, maka relevansi Menwa saat ini justru dipertanyakan.

“Memang butuh punya cadangan berapa? Bisa jadi enggak butuh. Makanya harus lihat secara utuh SDM-nya. Apalagi sekarang perangnya pun siber,” tuturnya.

Korps Mahasiswa Dibekukan

Sementara itu, UNS membekukan sementara Korps Mahasiswa Siaga 905 Jagal Abilawa, seiring investigasi terkait kematian Gilang saat Diksar. Jika terbukti ada pelanggaran, Menwa UNS terancam dibubarkan.

Terlebih, Polda Jawa Tengah mengungkapkan adanya dugaan tindak kekerasan dalam kasus meninggalnya Gilang.

UNS juga tidak akan memberikan toleransi jika nantinya terbukti ada tindak pidana dalam kasus kematian Gilang. UNS menyatakan, akan mengeluarkan mahasiswa yang melakukan tindak pidana tersebut.

Baca Juga:

Keluarga Minta Kematian Mahasiswa UNS Diusut Adil, Pelaku Dihukum Setimpal

Menwa UNS Dibekukan Usai Mahasiswa Tewas Saat Diklat

Kronologi Meninggalnya Gilang Endy Saat Diklat Menwa Versi Pihak Kampus

Share: Dituntut Bubar, Menwa Mestinya Tidak Lagi Fokus Pada Kegiatan Fisik