Teknologi

Buka Entitas Bisnis, Telkom Siap Perang Data Center

Ilham — Asumsi.co

featured image
ANTARA/HO-PT Telkom Indonesia/am

Dalam rangka transformasi menuju digital telco company, Telkom akan membuat entitas bisnis baru yaitu data center. Hal ini berdasarkan penuturan VP Investor Relations Telkom, Andi Setiawan.

“Data center merupakan bagian penting dari ekosistem digital Telkom sebagai digital platform atas berbagai digital services Telkom. Strategi konsolidasi dan value unlocking data center diharapkan dapat menciptakan nilai yang lebih tinggi bagi seluruh stakeholders perusahaan,” katanya dalam keterangan resmi.

Ia menambahkan, bisnis data center memiliki potensi valuasi yang lebih tinggi dibandingkan bisnis telekomunikasi, sehingga akan memberikan nilai yang lebih tinggi bagi Telkom secara keseluruhan apabila dilakukan value unlocking.

Guna membuka valuasi bisnis tersebut secara keseluruhan, manajemen TLKM memandang bisnis tersebut perlu dikonsolidasikan terlebih dahulu. Rencannya TLKM akan segera menghadirkan HyperScale Data Center (HDC) yang menjadi salah satu pusat data berkapasitas terbesar di Indonesia.

Nantinya akan dibangun di wilayah Cikarang dengan lahan seluas 65.000 meter (m) persegi, kapasitas total hingga 10.000 rack, dan daya listrik sekitar 75 MegaWatt. Telkom HDC akan menjadi pusat data yang minim menghasilkan emisi gas karbondioksida, karena mengusung konsep green data center.

Telkom memanfaatkan sejumlah pembangkit listrik tenaga gas dan panel surya sebagai sumber listrik area umum dan kantor Data center adalah fasilitas yang digunakan perusahaan untuk melengkapi aplikasi dan data penting mereka. Secara sederhana, data center dirancang berdasarkan jaringan penyimpanan dan sumber daya komputasi yang memungkinkan transfer aplikasi dan data bersama.

Perang Data Center

Dengan menyusulnya Telkom untuk membuat data center menjadikan persaingan bisnis ini semakin ketat. Sebelumnya, sejumlah emiten Tanah Air sudah masuk bisnis data center. Sebut saja, duo emiten PT DCI Indonesia Tbk (DCII) dan PT Indointernet Tbk (EDGE). Keduanya dikuasai oleh Grup Salim.

PT DCI Indonesia sendiri pertama kali melantai di bursa saham pada Januari lalu dengan harga Rp420 per saham. Sahamnya sempat meloncat ke Rp59.000 per saham, atau meroket 14.000 persen.

DCI Indonesia berdiri pada 18 Juli 2011 sebagai pusat data Tier IV pertama di Asia Tenggara dan memulai kegiatannya secara komersial pada tahun 2013.

Saat ini, DCII juga tengah membangun kawasan data center di Karawang, Jawa Barat. Pembangunan gedung ini telah dimulai sejak kuartal IV 2020. Dengan dilakukannya topping off ini menandai bahwa kegiatan konstruksi memasuki tahap akhir dan diperkirakan selesai pada kuartal IV 2021.

Gedung ini memiliki 10 lantai dengan enam lantai di antaranya ruang data dengan total kapasitas 3.000 rack serta kapasitas total daya listrik 15 MW.

Sedangkan EDGE memiliki Data Center yang terletak di Kuningan Barat dan telah beroperasi sejak Januari 2021. Perusahaan ini didirikan pada 1994 oleh pengusaha teknologi Toto Sugiri ini juga merencanakan pembangunan data center kedua.

Selain Anthoni Salim dan Toto Sugiri, anak usaha Grup Lippo, PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) sedang menjajaki rencana potensi kemitraan melalui anak usahanya, PT Graha Teknologi Nusantara di bisnis data center.

Grup Sinarmas melalui emiten propertinya, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) juga akan membuat bisnis data center di Indonesia.

Sebenarnya, baru tiga emiten yang benar-benar sudah memiliki lini bisnis data center, yakni DCII, EDGE, dan TLKM. Sementara, dua emiten sisanya masih dalam tahap penjajakan.

Menurut riset Mordor Intelligence pada 2020, setidaknya ada lima perusahaan yang menjadi pemain utama di bisnis pusat data di Indonesia, yaitu Telkomsigma, DCII, NTT Communications Corporation, GTN Data Center, dan Omadata Padma Indonesia.

Telkom Diunggulkan

Menurut Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Ian Yosef M. Edward, dalam perang data center ini, Telkom akan menang.

Ini dikarenakan emiten berkode saham TLKM tersebut sudah memiliki TelkomSigma, TelkomDataCenter. Dengan menggabungkan semuanya akan membentuk entitas yang lebih kuat dan saling redundan.

“Sehingga secara cloud sangat baik dan bernilai lebih tinggi secara perusahaan. Apalagi TLKM juga punya kawasan sendiri di Singapura” katanya saat dihubungi Asumsi, Senin (25/10/2021).

Dihubungi terpisah pengamat saham, Fendy Susianto melihat Telkom melirik data center, karena prospeknya luar biasa dan itu akan menjadi core bisnis TLKM.

“Makanya perusahaan itu akan membangun data center untuk melakukan konvergensi dan lain lain. Jadi future bisnis adalah data center, berdasarkan data yang akurat dan analisanya bisa digunakan dengan cepat dan terintegrasi,” katanya dihubungi Asumsi.

Ia melihat prospek data center di Indonesia masih besar, karena saat ini Indonesia masih membeli aplikasi dari luar negeri.

“Apalagi rencananya Google, Alibaba, Amazon akan melakukan investasi di Indonesia. Namun, sebetulnya Indonesia bisa membuat sendiri dengan sumber daya dan teknologi yang sudah ada,” ucapnya.

Baca Juga

Share: Buka Entitas Bisnis, Telkom Siap Perang Data Center