Gaya hidup tidak sehat seperti malas gerak (mager) hingga rokok memicu peningkatan angka kasus penyakit jantung koroner pada kalangan usia muda di Indonesia.
“Terdapat peningkatan prevalensi serangan jantung pada usia kurang dari 40 tahun sebanyak 2 persen setiap tahunnya dari tahun 2000 sampai 2016,” ujar Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia Radityo Prakoso, dilansir dari Antara.
Penyebab jantung koroner: Peningkatan angka tersebut akibat dari prevalensi obesitas, darah tinggi, kebiasaan merokok, dan kolesterol tinggi yang dialami usia muda. Penyakit jantung koroner terjadi karena ada sumbatan pada pembuluh koroner akibat deposit kolesterol atau inflamasi (peradangan).
Menurut Radityo, gaya hidup tidak sehat menjadi penyebab paling umum dari penyakit jantung koroner di usia muda. Masyarakat diimbau untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat, berhenti merokok, makan makanan berlemak, dan konsumsi alkohol, serta rajin olah raga minimal 30 menit sehari.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Eva Susanti mengatakan, faktor risiko lain adalah konsumsi gula, garam, dan lemak yang tidak terkontrol.
Data kemenkes menunjukkan 28,7% masyarakat Indonesia mengkonsumsi gula, garam, lemak melebihi batas yang dianjurkan. Yaitu, gula sebanyak 50 gram per hari (4 sdm), garam sebanyak 2 gram (sdt), dan lemak sebanyak 67 gram (5 sdm).
Prevalensi perokok naik: Peningkatan prevalensi perokok pada kisaran umur 10-18 tahun. “Terjadi peningkatan hampir 200 persen untuk yang merokok menggunakan rokok elektrik,” ucapnya.
Kecanggihan teknologi dan kehidupan di daerah perkotaan, kata Eva, cenderung memicu kebiasaan malas gerak.
Dampak penyakit jantung: Berdasarkan Global Burden of Desease dan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) 2014-2019, penyakit jantung menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes menunjukan tren peningkatan penyakit jantung, yaitu 0,5% pada 2013 menjadi 1,5% pada 2018.
Bahkan, penyakit jantung ini menjadi beban biaya terbesar. Berdasarkan data BPJS Kesehatan pada 2021, pembiayaan kesehatan terbesar ada pada penyakit jantung sebesar Rp7,7 triliun per tahun.
Baca Juga:
Terlalu Sering Main Medsos Berdampak pada Kesehatan Mental
Kesehatan Mental jadi Alasan Milenial Childfree
Penyebab Kematian Pasien Pertama Transplantasi Jantung Babi Terungkap