General

Kesehatan Mental jadi Alasan Milenial Childfree

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
Family riding bikes in city park. Young couple with child cycling outdoors. Vector illustration for urban activity, healthy lifestyle, vacation concept

Psikolog klinis dewasa Nirmala Ika Kusumaningrum mengungkap beberapa alasan yang mendasari generasi milenial memutuskan memiliki satu atau dua anak, bahkan childfree.

Alasan: Selain ekonomi dan tanggung jawab berat sebagai orang tua, pengalaman tumbuh kembang, luka pengasuhan masa lalu, dan persoalan kesehatan mental merupakan alasan dari generasi milenial yang tidak ingin memiliki banyak anak.

Sebagai orang tua, generasi milenial yang memutuskan untuk tidak memiliki momongan lantaran tidak ingin anak-anaknya kelak merasakan luka yang pernah dialaminya ketika kecil. Menurut Nirmala, pasangan masa kini berusaha untuk menyiapkan mental terlebih dulu sebelum memutuskan untuk memiliki anak.

“Ada pertimbangan-pertimbangan itu, jadi mereka memilih untuk menyiapkan mental dulu baru punya anak, atau dengan satu atau dua anak pasti akan ter-manage baik secara finansial ataupun emosional,” ucap Nirmala, dilansir dari Antara.

Generasi milenial sudah memiliki kesadaran bahwa anak tidak hanya membutuhkan sandang, pangan dan papan, tetapi juga perlu kedekatan emosional dan kasih sayang. Generasi milenial juga mulai menyadari pentingnya memberikan waktu untuk diri sendiri setelah bekerja dan mengurus masalah rumah tangga.

Jumlah anak yang sedikit pada akhirnya dapat membuat orangtua lebih fokus dalam memberikan pengasuhan, pendidikan, dan kasih sayang yang terbaik.

Nirmala menganggap, memiliki satu anak atau tidak sama sekali (childfree) bukanlah sebuah tren baru di kalangan generasi milenial.

“Ini sebuah pilihan. Misalnya, saya ngelihat kakak saya anaknya banyak, terus ngelihat teman saya anaknya satu dan happy. Akhirnya memutuskan untuk punya anak satu aja. Itu bukan ketularan tapi proses dari kita berpikir,” ujar Nirmala.

Kesepakatan: Suami dan istri harus memiliki kesepakatan saat memutuskan untuk memiliki anak. Komentar dari orang-orang yang berada di lingkungan sekitar baiknya tidak mempengaruhi sebuah keputusan. Dalam memutuskan jumlah anak, suami dan istri wajib mempertimbangkan sisi finansial, emosional hingga pola asuh ke depan, karena akan mempengaruhi tumbuh kembang anak hingga dewasa.

Keputusan untuk tidak memiliki anak juga perlu dibicarakan secara terbuka antara suami dan istri, bukan karena mengikuti pilihan orang lain.

“Yang hati-hati adalah bahwa kita ikut-ikutan karena tren, orang punya anak banyak kita juga, orang anaknya satu kita juga, padahal sebenarnya kita enggak sepakat suami-istri. Harus jelas kenapa kita memilih childfree, kalau karena tren ya salah. Makanya aku bilang ini adalah sebuah pilihan. Kita memilih childfree dengan berbagai pertimbangan yang disepakati kedua belah pihak,” ucapnya.

Keuntungan generasi milenial: Menurut Nirmala, saat ini pasangan generasi milenial diuntungkan dengan banyaknya akses untuk menggali informasi tentang masalah keluarga, anak, dan kesehatan mental. Informasi itu dapat membantu pasangan untuk menentukan mana yang terbaik dan cocok untuk dijalani oleh keluarga kecilnya.

“Dulu enggak ada pilihan, habis nikah harus punya anak. Sekarang kita punya opsi untuk membatasi jumlah anak, menunda kehamilan dan enggak punya anak sama sekali, yang penting alasan itu disepakati kedua belah pihak,” tutur Nirmala.

Baca Juga:

Saran Psikolog untuk Cegah Kelelahan dan Stress Saat WFH

Psikolog: Jangan Libatkan Anak dalam Perselingkuhan

Mengenal Toxic Positivity, Perasaan Harus Bahagia yang Berefek Buruk ke Psikologis

Share: Kesehatan Mental jadi Alasan Milenial Childfree