Politik

Pesimis Reinkarnasi Partai Buruh Murni Wakili Kaum Pekerja

Irfan — Asumsi.co

featured image
Antara Foto

Partai Buruh dihidupkan lagi dan memiliki target ikut Pemilu 2024. Lewat kongres pada 4-5 Oktober, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal terpilih menjadi ketua umum. 

Partai Buruh bisa menjadi wadah aspirasi kelas pekerja yang sangat besar jumlahnya di Indonesia. Namun, ada kekhawatiran hanya mengakomodir kepentingan elite buruh semata. 

Riwayat Kelam

Keberadaan Partai Buruh bukan hal baru di Indonesia. Terlebih, buruh memegang peran yang signifikan dalam perang kemerdekaan.Namun, dalam kontestasi politik, kelompok buruh yang dinaungi sebuah partai tidak pernah mencapai posisi yang memuaskan. 

Partai Buruh Nasional yang dibentuk pada 1998 misalnya, hanya mampu meraup 111.629 suara pada Pemilu 1999. Mereka tidak bisa menembus ambang batas parlemen, sehingga tidak memperoleh kursi DPR. 

BACA JUGA: Said Iqbal Terpilih Jadi Presiden Partai Buruh

Partai Buruh Nasional yang diketuai Mochtar Pakpahan dan Sekretaris Jenderal Sonny Pudjisasono lalu mengubah nama Partai Buruh Sosial Demokrat. 

Mereka ikut kontestasi Pemilu 2004.Namun lagi-lagi hasilnya keok dengan meraup suara hanya 636.397 suara atau 0.56 persen. 

Sementara di 2009, PBSD yang ganti nama lagi jadi Partai Buruh hanya memperoleh 265.2203 suara. 

Problem 

Pakar Politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional, Wasisto Raharjo Jati menilai selama ini partai buruh cenderung elitis.Kerap kali tidak menjamah kepentingan semua lapisan pekerja, tetapi hanya untuk keuntungan pimpinan kelompok buruh. Oleh karena itu, dia tidak yakin Partai Buruh mendapat banyak suara jika ikut Pemilu 2024. 

“Saya pikir mau jadi gerakan atau partai kepentingan yang ada lebih condong mengakomodir elite buruh,” kata Wasisto kepada Asumsi.co, Selasa (5/10). 

Wasisto juga mengatakan bahwa karakter buruh di Indonesia cenderung beragam. Tidak bisa dipukul rata antara karakter buruh yang satu dengan yang lain, sehingga sulit digabung dalam wadah yang sama. 

Bahkan tak sedikit dari kelas pekerja yang cenderung pragmatis. Lebih banyak berkonsentrasi pada kenaikan upah dan perbaikan sistem kerja di tempat kerja masing-masing. 

BACA JUGA: Partai Buruh Bakal Dihidupkan Lagi, Target Ikut Pemilu 2024

Hal lain yang menjadi hambatan adalah partai politik sudah memiliki organ khusus untuk menjaring suara kelas pekerja. 

“Parpol juga punya sayap organisasi buruh. Nah, positioning dari partai buruh ini bagaimana? Apakah mereka jelemaan dari serikat pekerja di pabrik untuk mengajukan advokasinya ke dunia politik praktis atau sekadar dibentuk atas nama buruh tapi tidak menghadapi buruh keseluruhan?” ujar dia. 

Wasisto mengamini militansi serikat buruh sangat tinggi terutama kalangan pekerja pabrik. Terlihat dari aksi yang dilakukan saat May Day setiap tahun.Menurutnya, itu modal yang penting. 

Akan tetapi, Namun, dalam politik tidak melulu soal militansi dan solidaritas jika ingin mendapat suara besar dalam kontestasi politik nasional. 

“Kalau hanya fokus kepada buruh saja hasil suaranya akan kecil. Kalau mereka bisa merangkul ART, freelancer, pekerja kreatif, saya pikir partai buruh bisa jadi kuda hitam. Karena mereka merangkul pekerja informal ini,” ucap dia.

Share: Pesimis Reinkarnasi Partai Buruh Murni Wakili Kaum Pekerja