Isu Terkini

Negara Diminta Tanggung Nasib Anak Yatim Piatu Akibat Tragedi Kanjuruhan

Manda Firmansyah — Asumsi.co

featured image
Suporter Arema FC memasuki lapangan setelah tim yang didukungnya kalah dari Persebaya dalam pertandingan sepak bola BRI Liga 1 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/pras)

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta pemerintah bertanggung jawab atas nasib anak-anak yang menjadi yatim piatu akibat orang tuanya meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan.

Anak korban: Anak-anak yang orangtuanya meninggal saat tragedi Kanjuruhan perlu dukungan negara.

“Anak-anak yang orangtuanya meninggal saat tragedi ini butuh dukungan negara, karena mereka mendadak jadi yatim atau bahkan yatim piatu, tulang punggung keluarganya ikut menjadi korban tewas dalam peristiwa ini,” ujar Komisioner KPAI Retno Listyarti dalam keterangan tertulis, Senin (3/10/2022).

KPAI mendorong negara (pemerintah pusat dan daerah terkait) bertanggung jawab terhadap jatuhnya korban jiwa dan luka-luka dalam tragedi Kanjuruhan, Malang.

“Tak sekedar santunan, namun rehabilitasi psikis bagi para korban, terutama anak-anak yang saat ini masih dirawat di rumah sakit,” ucapnya.

Gas air mata: Ia menganggap insiden di Kanjuruhan sebagai tragedi kemanusiaan. Gas mata memang sangat berbahaya. Apalagi, bagi anak-anak, karena gas air mata menyebabkan mata perih, kulit terbakar, hidung berair, batuk, rasa tercekik, sesak nafas, tenggorokan keluar lendir, hingga muntah.

“Itulah mengapa penggunaan gas Air mata tersebut dilarang oleh FIFA. FIFA dalam Stadium Safety and Security Regulation Pasal 19 menegaskan bahwa penggunaan gas air mata dan senjata api dilarang untuk mengamankan massa dalam stadion,” tutur Retno.

Pertandingan di malam hari: Ia menyoroti penolakan rekomendasi dari panitia kepada LIB (Liga Indonesia Baru) terkait pertandingan digelar sore hari untuk meminimalisir risiko. LIB menolak permintaan tersebut dan tetap menyelenggarakan pertandingan pada malam hari.

Ia menilai, sangat berisikonya membawa anak-anak dalam kerumunan massa sangat berisiko. Apalagi, di malam hari. “Karena ada kerentanan bagi anak-anak saat berada dalam kerumunan, karena kita tak bisa memprediksi apa yang akan terjadi dalam kerumunan tersebut. Namun, masyarakat mungkin membutuhkan hiburan setelah pandemi sudah berlangsung 2 tahun,” ucapnya.

Tawaran masuk polisi: Sebelumnya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo bertakziah ke rumah salah satu korban meninggal tragedi Kanjuruhan, Minggu (2/10/2022). Ia menyampaikan secara langsung rasa duka cita yang mendalam dan menawarkan anak korban masuk polisi.

Baca Juga:

Uni Eropa-FIFA Komentari Tragedi Kanjuruhan

Pemerintah Bentuk Tim Pencari Fakta Usut Tragedi Kanjuruhan

Bjorka Sebar Data Pribadi Menpora Buntut Tragedi Kanjuruhan

Share: Negara Diminta Tanggung Nasib Anak Yatim Piatu Akibat Tragedi Kanjuruhan