Kesehatan

Hari Alzheimer Sedunia, Kenali Gejala dan Cara Mencegahnya

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Pixabay

Tanggal 21 September diperingati sebagai Hari Alzheimer Sedunia. Penetapan hari ini dianggap penting untuk meningkatkan kepedulian dan melawan stigma tentang masalah demensia. Hingga saat ini, belum ada obat untuk menyembuhkan penyakit ini.

Kepedulian Terhadap Penderita

Melansir Alzint.org, Hari Alzheimer Sedunia digagas sebagai bentuk kampanye internasional untuk meningkatkan kesadaran, sekaligus menunjukkan kepedulian terhadap para penderita demensia.

“Ini merupakan kesempatan untuk masyarakat dan organisasi saling terlihat menyampaikan solusi agar dapat mengatasi persoalan ini dan membantu orang dengan demensia hidup dengan baik,” demikian pernyataan Alzheimer Disease International melalui situs resminya.

Momen perayaan Bulan Alzheimer’s Sedunia 2021 mengusung tema “Kenali Alzheimer: Pentingnya Deteksi Dini”. Fokus utama kampanyenya peduli terhadap tanda-tanda demensia, serta mendorong setiap orang untuk mencari informasi, saran dan dukungan terhadap penderitanya.

Peringatan tahun ini juga akan peduli terhadap serta pentingnya diagnosis gejala demensia secara cepat agar tidak semakin parah dialami penderitanya menjadi Alzheimer.

Meski saling berkaitan, demensia dan alzheimer merupakan dua hal yang berbeda.

Perbedaan Demensia dan Alzheimer

Demensia merupakan istilah yang lebih luas untuk kondisi dengan gejala yang berkaitan dengan kehilangan memori seperti jadi pelupa dan kebingungan.

Sementara itu, Alzheimer adalah penyebab alias penyakit yang paling umum menjadi penyebab dari demensia. Bukan cuma Alzheimer, penyebab seseorang bisa menderita demensia juga dipicu oleh penyakit Parkinson, cedera otak traumatis, dan lainnya.

Baca Juga: Tak Bisa Lewat Perabaan, Ini Cara Deteksi Kanker Prostat

Penderita demensia yang menderita penyakit ini akan menyebabkan zat kimia dan struktur otak mereka mengalami perubahan. Bahkan, ketika penyakit alzheimer semakin parah bisa memicu demensia akut bisa  menyebabkan kematian sel-sel otak penderitanya.

Penyakit Alzheimer, pertama kali dikemukakan oleh ahli saraf Jerman, yaitu Alois Alzheimer. Ia menyebutkan ini merupakan penyakit fisik yang mempengaruhi otak karena protein plak dan serat yang berbelit berkembang dalam struktur otak hingga menyebabkan kematian sel-sel otak.

Penderita penyakit ini akan mengalami kekurangan beberapa bahan kimia yang berperan penting bagi sel-sel otak mereka. Alzheimer merupakan penyakit progresif yang bis menggerogoti fungsi otak.

Berdasarkan kajian Asosiasi Alzheimer, penyakit Alzheimer merupakan penyebab terbesar kasus demensia, bahkan capaiannya sebesar 60 hingga 80 persen kasus. Dominan penderitanya didiagnosis mengidap penyakit ini setelah usia 65 tahun.

Akan tetapi, ada juga yang didiagnosis lebih cepat dari usia tersebut. Siapa saja bisa terkena penyakit Alzheimer. Pada kategori usia di bawah 65 tahun, penderitanya disebut mengidap penyakit Alzheimer onset dini.

Terapi Sebagai Pengobatan

Melansir Healthline, Alzheimer dan demensia saat ini masih terus diteliti para ahli. Pasalnya, belum diketahui penyebab tunggal munculnya penyakit ini. Sejauh ini, orang yang mengidap penyakit Alzheimer dan demensia banyak disebabkan faktor usia di atas 65 tahun hingga genetik.

Sejauh ini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan penderita Alzheimer. Hanya terapi dan perawatan intensif yang bisa membantu kondisi mereka jadi lebih baik.

Terapi ini, diyakini para ahli bisa memperlambat perkembangan penyakit dan dapat meningkatkan kualitas hidup penderitanya.

Baca Juga: Mengenal RCC, Kanker yang Intai Perokok dan Penderita Darah Tinggi

Pada penderita Alzheimer awal hingga sedang, dokter akan menggunakan sejumlah obat-obatan seperti donepezil (Aricept) atau rivastigmine (Exelon). Obat-obatan ini dianggap mampu membantu mempertahankan kadar asetilkolin yang tinggi di otak.

Obat-obatan yang digunakan untuk terapi penderita Alzheimer mengandung zar neurotransmitter yang dapat membantu membantu memori otak pengidap penyakit ini lebih terjaga.

Sementara itu, bagi penderita Alzheimer sedang hingga berat, dokter akan meresepkan donepezil (Aricept) atau memantine (Namenda) sebagai obat terapinya. Memantine yang terkandung di dalamnya mampu membantu memblokir efek kelebihan glutamat.

Glutamat merupakan bahan kimia otak yang dilepaskan dalam jumlah yang lebih tinggi pada penyakit Alzheimer. Bila dibiarkan, bisa merusak sel-sel otak.

Kenali Gejalanya

Penting bagi setiap orang untuk mengenali gejala Alzheimer sebelum semakin parah menjadi demensia.  Gejala penderita Alzheimer yang mudah dikenali adalah kehilangan ingatan yang memengaruhi aktivitas sehari-hari.

Contoh dari kehilangan ingatan ini antara lain kesulitan menepati janji, tertanggu dalam memecahkan masalah, sering mengalami kebingungan, l tak ingat waktu dan tempat, kebersihan pribadi menurun, perubahan suasana hati dan kepribadian, hingga menarik diri dari teman, keluarga dan komunitas.

Gangguan indera penglihatan juga bisa menjadi gejala awal Alzheimer seperti kesulitan membedakan jarak. Pengecekan ke dokter melalui tes mental, fisik, neurologis, dan pencitraan bisa dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan otak untuk mengenali ada atau tidaknya gejala Alzheimer.

Tes awal yang dilakukan dokter adalah melakukan pengecekan status mental untuk menilai memori jangka pendek dan panjang serta orientasi terhadap tempat dan waktu.

Dokter kemudian melakukan pemeriksaan neurologis dengan memeriksa refleks, tonus otot, dan yang diucapkan oleh kita.

Selanjutnya, dilakukan tes pencitraan otak  lewat MRI dapat membantu mengetahui tanda kunci, seperti peradangan, pendarahan, dan masalah struktural.

Cegah dengan Gaya Hidup Sehat

Pemindaian tomografi komputer (CT scan) dengan mengambil gambar sinar-X juga biasa dilakukan dokter untuk mendeteksi kemungkinan adanya tanda abnormal di otak.

Selain itu, tes darah umumnya dilakukan dokter untuk memeriksa kondisi genetik kita yang mungkin berpotensi memicu gejala Alzheimer yang lebih tinggi.

Pencegahan terhadap penyakit ini bisa dilakukan dengan menjaga gaya hidup sehat, salah satunya tidak merokok karena bisa menyebabkan terjadinya penurunan kognitif.

“Biasakan gaya hidup sehat untuk pencegahan penurunan kognitif seperti berhenti merokok, berolahraga teratur dan ikut pelatihan kognitif,” demikian disampaikan laporan Healthline

Share: Hari Alzheimer Sedunia, Kenali Gejala dan Cara Mencegahnya