Isu Terkini

PeduliLindungi Jadi Syarat Mobilitas, Tapi Vaksinasi Masih Bermasalah

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Foto: ANTARA/Zabur Karuru

Aplikasi PeduliLindungi saat ini menjadi syarat wajib bagi setiap orang untuk memasuki fasilitas umum, ruang publik, dan tempat-tempat komersial. Hal ini untuk memastikan mereka yang berkeliaran di luar rumah dalam keadaan sehat, serta terdeteksi telah melakukan vaksinasi.

Penerapan PeduliLindungi dinilai menjadi kurang maksimal, saat masih banyak masyarakat yang belum melakukan vaksinasi. Persoalannya bukan karena masih banyak yang menolak divaksinasi, melainkan karena hal teknis yang ada di dalam prosesnya.

Jaga Momentum

Epidemiolog dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia, Masdalina Pane, mengungkapkan, saat ini minat masyarakat untuk divaksin Covid-19 tinggi, bila dibandingkan saat awal dilakukannya vaksinasi di sejumlah tempat terbatas.

Bahkan kini, peredaran hoaks soal vaksin baik di dunia maya maupun rumor dari mulut ke mulut, semakin berkurang. Sehingga, membuat kepercayaan masyarakat terus mengalami peningkatan terhadap vaksinasi.

Menurutnya, hal ini terjadi karena ada pengaruh dari penerapan PeduliLindungi yang menjadi persyaratan mobilitas masyararakat di luar ruangan. Apalagi, masyarakat sudah terintegrasi lokasinya dengan aplikasi tersebut.

“Saat ini, minat masyarakat terhadap vaksinasi bisa dibilang tinggi. Ini dibuktikan banyaknya kerumunan masyarakat menyerbu sentra-sentra vaksinasi dan selalu habis. Begitu juga di puskesmas,” jelas Masdalina kepada Asumsi.co melalui pesan singkat, Kamis (16/9/2021).

Baca Juga: PeduliLindungi Banyak Masalah, Cuma Sekadar Latah dari Trace Together Singapura | Asumsi

Menurutnya, antusiasme masyarakat terhadap vaksinasi ini harus terus dipertahankan demi mencapai target 2,5 juta penduduk per hari, dan secara keseluruhan sebanyak 208 juta penduduk.

“Tentu hal ini harus dipertahankan, dijaga. Jadi, 70 persen itu bukan minat masyarakat terhadap vaksinasi, tapi target kita untuk mencapai herd immunity. Nah momentum ini (antusiasme masyarakat terhadap vaksinasi) harus dijaga supaya tercapai target itu,” tuturnya.

Stok Vaksin Terbatas

Sementara itu, soal kendala yang membuat masyarakat belum menerima vaksin, kata Masdalina Pane, disebabkan karena ketersedian stok vaksin yang terbatas. Sehingga, kondisi tersebut belum siap dengan animo masyarakat.

“Ketersediaan vaksin terbatas menjadi kendalanya. Bukan prosedurnya, kalo dulu sebetulnya (prosedur) yang jadi sorotan kendala. Bagaimana bisa terjadi vaksinasi yang berjalan baik kalau stoknya terbatas,” terangnya.

Kendala keterbatasan stok vaksin di lapangan ini pun, diakui Juru Bicara Vaksinasi Covid-19, Siti Nadia Tarmizi. Selain itu, kata dia, terjadinya kerumunan yang mengabaikan prokes pun menjadi masalah tersendiri.

“Kendala vaksinasi massal adalah kerumunan dan antrian yang sering tidak prokes. Sehingga, (perlu) kuota yang jelas serta pendaftaran di awal, untuk memastikan jumlah sasaran yang datang dan (karena banyak peserta vaksinasi massal yang belum daftar sebelumnya) ketersediaan vaksin jadi tidak sesuai,” ucapnya saat dihubungi Asumsi.co melalui sambungan telepon.

Ia memastikan, masalah ini akan dicarikan solusinya secara serius oleh Kemenkes. Adapun fokus vaksinasi yang dilakukan pemerintah saat ini, lanjut dia, adalah menyesuaikan dengan kedatangan jumlah vaksin yang diterima dari produsen di luar negeri.

“Kita tahu saat ini, jumlah vaksin yang sudah kita terima sekitar 45%  dari kebutuhan. Sisanya, akan dikirimkan secara bertahap sampai dengan bulan Desember 2021,” kata pejabat Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI ini.

Gagal Capai Target Vaksinasi

Siti Nadia Tarmizi mengatakan, sejauh ini Indonesia bisa dibilang cukup beruntung sebagai negara dengan sasaran vaksinasi yang besar, namun bisa menjalankan vaksinasi dengan baik secara bertahap.

“Kita juga bukan negara produsen vaksin, tetapi bisa mengamankan kebutuhan vaksin untuk semua sasaran di tahun 2021,” ucapnya.

Ia juga angkat bicara soal pandangan publik kalau semua target vaksinasi harian masih gagal dicapai di Indonesia. Misalnya, pada Juli 2021 Kemenkes menargetkan 1 juta dosis per hari. Namun secara rata-rata, target ini baru tercapai di akhir bulan Agustus.

Baca Juga: WNI dan WNA Pemegang Kartu Vaksin Luar Negeri Bisa Daftar di PeduliLindungi | Asumsi

Sedangkan, target Agustus adalah melakukan vaksinasi 2 juta orang per harinya. Adapun pada bulan ini ditargetkan 2,5 juta vaksinasi per harinya. Namun, rata-rata vaksinasi harian masih di bawah 1,5 juta dosis sampai hari ini.

Nadia mengungkapkan, alasan gagalnya memenuhi target vaksinasi karena kendala ketersediaan stok vaksin yang ada saat ini. Oleh sebab itu, ke depan dirinya mengharapkan target yang disusun tak lagi banyak yang melenceng.

“Target harian penyuntikan vaksin tergatung juga dengan ketersediaan vaksin. Salah satu kendala dalam distribusi adalah kecepatan distribusi dari provinsi, kabupaten atau kota, dan ke fasyankes serta sentra vaksinasi,” tuturnya.

Target September 2,3 Juta Dosis Per Hari

Nadia juga mengungkapkan, penyebab belum terkejarnya target harian di bulan Juli hingga Agustus karena alasan pemerintah yang masih fokus dalam penurunan kasus Covid-19, akibat munculnya varian Delta.

“Kita tahu selama Juli sampai Agustus, pemerintah masih fokus untuk menurunkan kasus dan angka penularan yang sangat tinggi. Sehingga nakes juga sebagian besar terbagi beban kerjanya antara memberikan pelayanan, melakukan testing dan tracing, meski tetap menyediakan layanan vaksinasi,” terangnya.

Meski demikian, ia menegaskan Kemenkes tetap optimisitis vaksinasi di Indonesia akan terus berjalan dengan baik, dan bisa mengejar target yang sudah terlewat di bula-bulan sebelumnya.

Bahkan, ia mengatakan pada bulan ini Kemenkes juga telah menyiapkan target baru untuk melakukan vaksinasi harian hingga sebanyak 2,3 juta dosis per harinya.

“Di September ini, kami akan mencoba untuk mengejar target sebanyak 2 juta sampai 2,3 juta dosis per harinya,” imbuh Nadia.

Share: PeduliLindungi Jadi Syarat Mobilitas, Tapi Vaksinasi Masih Bermasalah