Vaksin Covid-19

Jadi Kebutuhan Banyak Orang, Sikap Pilih-pilih Vaksin Dinilai Berbahaya

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Unsplash

Banyaknya jenis vaksin Covid-19 yang masuk ke Indonesia, membuat segelintir masyarakat merasa bisa memilih berdasarkan merek tertentu. Hal ini kemudian membuat mereka menunda untuk menerima vaksinasi. Tujuan adanya beragam merek dan platform vaksin Covid-19 ini, padahal bukan untuk itu, lho!

Vaksin Kebutuhan Hidup

Dalam dua bulan terakhir, pemerintah menambah dua jenis vaksin Covid-19 yang masuk ke Indonesia, yaitu vaksin Moderna di Juli 2021, dan vaksin Pfizer di Agustus 2021.

Kehadiran dua vaksin itu cukup membuat keriuhan di tengah masyarakat. Sebab, tingkat efikasinya yang lebih tinggi dibanding tiga vaksin sebelumnya yaitu Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm.

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat Erizon Safari mengatakan, tujuan awal dihadirkannya lebih banyak vaksin di Indonesia adalah, demi menjaga ketersediaan stoknya, serta menjangkau lebih banyak kalangan.

Baca Juga: Terindikasi Kebal Vaksin, WHO Antisipasi Penyebaran Global Varian Mu | Asumsi

Adapun kalangan yang paling menjadi perhatian, kata dia adalah, kelompok masyarakat rentan karena memiliki komorbid berat, ibu hamil, maupun anak-anak.

“Sikap menunda vaksin demi mendapatkan jenis suntikan tertentu adalah tidak menguntungkan atau lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya,” jelas Erizon seperti dikutip dari Antara.

Ia mengingatkan, vaksinasi saat ini sudah seperti kebutuhan hidup. Sebab, berbagai kebijakan telah mengatur perlunya sertifikat vaksin.  “Tanpa sertifikat vaksin, bisa dibilang enggak bisa pergi kemana- mana,” ucapnya.

Erizon menyayangkan, sikap memilih-milih vaksin karena menghambat capaian target herd immunity atau kekebalan kelompok yang saat ini menjadi fokus pemerintah.

Menurutnya, banyak orang menunda vaksinasi karena menghindari Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), hingga alasan ingin mendapatkan vaksin dengan efikasi yang paling tinggi.

Kementerian Kesehatan, kata dia, justru berulang kali mengingatkan apapun jenis vaksin yang diterima masyarakat baik itu Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, Pfizer, maupun Moderna terbukti membantu tubuh untuk melawan Covid-19 bila terpapar.

Pilih-pilih Vaksin Berbahaya

Vaksinolog Dirga Rambe mengatakan, dengan melakan vaksinasi, tanpa pilih-pilih pakai merek yang mana, sangat membantu melindungi tubuh dari gejala berat saat Covid-19 menyerang.

“Ini akan sangat terbantu kesembuhannya, jika sebelumnya telah menerima vaksin. Mana sih vaksin yang paling bagus? Ada Sinovac, Sinopharm, AstraZeneca, Pfizer, dan Moderna. Ternyata semua vaksin tadi masih efektif dalam menurunkan risiko kena Covid-19 bergejala berat termasuk kematian akibat Covid-19,” tuturnya.

Baca Juga: Booster Jadi Rebutan, Kemenkes Klaim Seluruh Vaksin di RI Sesuai Peruntukan | Asumsi

Oleh sebab itu, ia mengingatkan supaya masyarakat tak perlu pilih-pilih vaksin, karena vaksin paling baik adalah vaksin yang tersedia saat ini.

Menurutnya, memilih-milih vaksin juga berpotensi mencelakakan dirinya sendiri karena belum memiliki proteksi dari dalam tubuh jika terpapar Covid-19.

“Lebih parahnya lagi, masyarakat yang belum menerima vaksin itu bisa menyebarkan virus Corona ke anggota keluarganya yang lainnya,” ucapnya.

Hal ini, lanjut dia, tentu berbahaya jika penyebaran itu terjadi di tengah lingkungan yang juga tidak terproteksi oleh vaksin.

Selain itu, ia menyebut masyarakat yang memilih vaksin juga membuat pemberian vaksin kepada kelompok prioritas menjadi terganggu.

“Kelompok prioritas yang dimaksud seperti para tenaga kesehatan, ibu hamil, anak-anak, penderita autoimun, hingga pemilik komorbid berat,” ungkapnya.

Memilih-milih jenis vaksin itu tentu membuat capaian pemberian vaksin tidak dapat optimal.

“Serta tidak bisa memenuhi tujuan utamanya, yaitu memberikan perlindungan yang layak bagi semua masyarakat secara adil,” imbuhnya.

Tak Perlu Takut KIPI

Erizon menegaskan, saat ini untuk para tenaga medis vaksin Moderna menjadi pilihan sebagai vaccine booster. Sementara untuk masyarakat umum seperti ibu hamil, anak-anak, dan pemilik komorbid berat, disarankan menerima vaksin Pfizer.

“Kami ada protokol khusus dalam pemberian vaksin, tentunya kami juga harus memerhatikan mereka yang masuk kelompok prioritas. Mereka yang dengan masalah medis seperti komorbid berat atau autoimun, hingga para ibu hamil dan anak- anak yang saat ini sudah boleh menerima vaksin,” jelasnya.

Jika vaksin yang dikhususkan itu diberikan kepada kelompok yang pilih-pilih vaksin, tentu penerima prioritas yang seharusnya bisa mendapatkan kekebalan tubuh dari Covid-19, menjadi terhambat.

“Ini juga karena jumlah vaksin untuk mereka berkurang, sehingga kelompok prioritas malah harus menunggu lagi kedatangan vaksin berikutnya,” ucapnya.

Ia juga angkat bicara soal kelompok masyarakat yang memilih-milih vaksin agar tidak mendapatkan KIPI. Keputusan tersebut sangat disayangkan ,karena sebenarnya KIPI dapat ditangani dan dari banyaknya pemberian suntikan vaksin Covid-19.

Baca Juga: Penyebab Orang Pernah Terinfeksi Covid-19 Berisiko Alami Pembekuan Darah Setelah Divaksin | Asumsi

Menurutnya, masyarakat yang mengalami KIPI jumlahnya lebih sedikit daripada yang tidak mengalami KIPI. Ia mencontohkan, seperti pada saat vaksin AstraZeneca masuk dan didistribusikan di Indonesia.

“Pada awalnya, banyak masyarakat yang menghindari untuk menerima vaksin tersebut karena banyaknya perbincangan di media sosial yang menyebut KIPI yang cukup berat,” terangnya.

Namun saat ini, lanjut dia, ketika sudah banyak yang menerima vaksin AstraZeneca dan mendapatkan manfaat yang baik, mereka berbagi testimoni positifnya.

Oleh sebab itu, jika alasan KIPI menjadi dasar orang masih memilah-milih vaksin, maka alasan tersebut rasanya menjadi kurang kuat. Apalagi jika dibandingkan dengan manfaat yang bisa diterima oleh seseorang penerima vaksin.

Dengan demikian, sikap memilih-milih jenis vaksin tidak tepat, sekaligus sikap yang tak bijak dilakukan di tengah situasi saat ini.

“Lihat saja dari sisi kesehatan. Saat ini apapun jenis vaksinnya, apalagi untuk masyarakat dewasa muda yang sehat tanpa masalah medis, ambil saja manfaatnya. Toh kalau gejala KIPI lebih banyak yang menerima manfaat dibanding yang mengalami gejala,” jelas Erizon.

Share: Jadi Kebutuhan Banyak Orang, Sikap Pilih-pilih Vaksin Dinilai Berbahaya