Kesehatan

Berkaca dari Simone Biles, Pentingnya Atlet Menjaga Kesehatan Mental

Ray Muhammad — Asumsi.co

featured image
Foto: Olympics

Pesenam putri Amerika Serikat Simone Biles menjadi sorotan publik usai sempat mundur dari Olimpiade Tokyo 2020. Kala itu, ia mengakui menghadapi masalah mental. Lalu, kenapa atlet begitu rentan terserang gangguan kesehatan mental?

Raih Medali Perunggu

Biles kembali berlaga di arena usai dirinya menenangkan diri dan membuang kegelisahan yang melandanya. Ia menenangkan diri selama tujuh hari, di tengah keikutsertaannya di ajang olahraga dunia ini.

Melansir Reuters, atlet berusia 24 tahun ini sempat mundur karena mengakui menghadapi twisties, masalah mental yang membuat seseorang, khususnya pesenam mengalami gangguan orientasi saat memutarkan tubuhnya di udara. 

Momen kembalinya Biles pada Selasa (3/8/2021), mempertemukannya dengan atlet Tiongkok, Guan Chenchen, yang berhasil meraih medali emas. Sementara Biles harus puas dengan perolehan medali perunggu dari nomor balok keseimbangan. 

Baca Juga: Mereka yang Pernah Membawa Pulang Medali Emas di Cabor Badminton Olimpiade dan Kabarnya Kini | Asumsi

Namun, Biles tidak kecewa dengan peraihan medalinya ini. Menurutnya, medali perunggu tersebut adalah bukti bahwa ia berhasil melawan dirinya sendiri. Keputusan mundur yang sempat diambil Biles memang mengejutkan publik. Padahal, ia diyakini bisa meraih medali emas dari cabang olahraga ini. 

“Medali perunggu ini lebih manis dibandingkan medali perunggu dari Olimpiade Rio,” ucapnya.

Ia pun bercerita soal momen penyembuhan yang dialaminya dari masalah kesehatan mental, sebelum kembali yakin bertanding di arena. Ia bilang, setiap hari dirinya harus dievaluasi secara medis oleh dokter.

“Kemudian, dua sesi bersama psikolog olahraga di sini juga, yang membantu saya sedikit lebih berkepala dingin,” imbuh Biles mengungkapkan pengalaman yang dihadapinya.

Juru Bicara Komite Olimpiade Internasional (IOC) Mark Adams pun angkat bicara, soal masalah yang diutarakan oleh Biles. Menurutnya memang penting untuk membicarakan kondisi kejiwaan serta kesejahteraan para atlet. 

“Lebih banyak yang perlu dilakukan untuk kesejahteraan atlet, terutama mereka yang telah berbicara tentang masalah berat badan, atau apapun yang menghancurkan mental mereka,” ujarnya.

Menyerukan Pentingnya Kesehatan Mental 

Bukan cuma twisties, Biles juga mengakui mengalami tekanan mental lain seperti kehilangan bibinya yang meninggal dunia beberapa hari lalu. Selain itu, ia mengaku tertekan dengan adanya ekspektasi para pendukungnya di media sosial.

Namun, simpati dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk mantan ibu negara Michelle Obama, ramai diserukan untuk menguatkannya, serta menghargai keputusannya untuk menyerah di tengah pertandingan.

“Ini berat, kami (atlet) masih manusia dan memiliki perasaan. Saya tidak menyangka kembali diizinkan bertanding mengikuti kompetisi balok keseimbangan,”  ujarnya. 

Baca Juga: Cerita Jurnalis Tunanetra Menikmati Olimpiade, Mari Adil Sejak dalam Pikiran | Asumsi

Sikap yang menyerukan pentingnya kesehatan mental, terutama para atlet diapresiasi berbagi pihak. Menurutnya, hal ini harus dilakukan agar publik bisa lebih mengerti bahwa yang dihadapi para atlet saat berlaga tidaklah mudah.

“Penting untuk lebih memperhatikan yang Anda sampaikan di dunia maya, karena kalian tidak tahu yang dialami para atlet dan olahraga yang digelutinya. Mengangkat diskusi soal kesehatan mental, buat saya merupakan hal penting untuk menyadarkan kalau kami adalah manusia, bukan sebagai objek hiburan semata,” terangnya.

Ia pun tak mau buru-buru menyatakan bakal kembali berlaga di Olimpiade Paris 2024. Menurutnya, penting untuk merenungkannya kembali, terutama yang dihadapinya di momen Olimpiade tahun ini. Namun, peluang dirinya kembali bertanding tetap ada.

“Sekarang saya mau fokus kepada diri saya sendiri. Saya senang bisa tampil apa pun hasilnya dan bangga terhadap diri saya,” pungkasnya.

Persoalan pentingnya kesehatan mental ini, sebelumnya juga menjadi konten animasi pendek persembahan kosmetik SK-II, yang merupakan sponsor Olimpiade Tokyo 2020. Dalam konten tersebut, menghadirkan Biles sebagai tokoh ceritanya. 

Dalam salah satu serial animasi pendek bertajuk VS ini, Biles diceritakan menghadapi tekanan komentar warganet yang disebut sebagai Trolls, yang bisa membuatnya merasa rendah diri. Ia pun berjuang menghadapi komentar-komentar jahat itu, dan menunjukkan pentingnya mencintai diri sendiri apa adanya, dan membungkam sikap orang yang mencemoohnya dengan prestasi.

Naomi Osaka Suarakan Hal Serupa

Masalah mental di kalangan atlet, sebenarnya merupakan isu yang sudah lama dibicarakan. Tuntutan penampilan dan performa seringkali menjadi masalah tersendiri bagi para atlet yang akhirnya, berdampak pada kesehatan mental mereka. 

Misalnya, perbincangan soal diet dan latihan kebugaran gila-gilaan yang menekan pola makan yang dialami petenis Novak Djokovic. Lalu ada rutinitas latihan harian panjang yang dilakukan atlet basket, LeBron James, yang baru-baru ini menunjukkan kemampuan aktingnya dalam sekuel film Space Jam. 

Petenis Jepang, Naomi Osaka, merupakan atlet yang paling dikenal menyuarakan masalah kesehatan mental di kalangan para atlet. Seperti Biles, ia juga memutuskan menarik diri dari turnamen French Open pada Juni lalu, demi mempertahankan kesehatan mentalnya. 

Melansir Vogue, nirlaba Athlete for Hope memperkirakan, 35% atlet profesional mengalami masalah dengan kesehatan mental mereka. Selain itu, mereka menghadapi banyak tekanan mulai dari gangguan makan dan burnout, hingga depresi serta masalah kecemasan.

Baca Juga: Greysia ‘Tebus Dosa’, Apriyani Kini Lebih Matang | Asumsi

Namun, masalah ini tak banyak diserukan para atlet, sebelum Osaka menyuarakannya secara gamblang. Atlet dengan kekayaan bersih sekitar $25 juta ini pun, tak ambil pusing dengan kekecewaan sebagian orang terhadapnya, yang memutuskan mundur dari kompetisi. 

“Menurut saya, ini keputusan terbaik untuk turnamen ini dan para petenis lain, dengan mundurnya saya dari kompetisi ini. Semua orang bisa kembali fokus bermain tenis. Saya tidak ingin kehadiran saya justru menjadi gangguan. Sejujurnya, saya sudah merasa depresi yang panjang sejak US Open 2018, dan saya menghadapi masalah rumit kala itu,” terangnya dalam kicauan di akun Twitter @naomiosaka.  

Pentingnya Motivasi Internal Bagi Atlet

Mantan Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora, Djoko Pekik, ikut angkat bicara soal ini. Ia menegaskan, mental merupakan bagian integral dalam konstruksi prestasi para atlet, selain fisik, teknik, dan taktik.

Menurutnya, saat kondisi mental atlet dalam keadaan sehat, maka bakal memengaruhi performa saat bertanding. Ia menegaskan, ada sejumlah hal penting yang harus menjadi acuan para atlet dalam mengelola kesehatan mentalnya.

“Penting adanya mental training yang diiringi mental recovery, kemudian kompetisi dengan lawan dengan suasana yang baik dan kondisi heterogen,” ucapnya melalui pesan singkat yang diterima Asumsi.co, Kamis (5/8/2021).

Djoko juga menekankan pentingnya motivasi internal seperti dilakukan oleh manajer dan penyelenggara yang terlibat dalam kompetisi. “Perlu menguatkan internal motivation dan mengefektifkan motivasi eksternal,” imbuhnya.

Sementara psikolog dari Enlightening Parenting, Okina Fitriani, mengatakan, masalah kesehatan mental dipicu oleh dua hal, yakni terkait trauma masa lalu dan kekhawatiran menghadapi masa depan. 

“Masalah mental ini kan, terjadi karena dua hal. Pertama menyangkut masa lalu, soal traumatic events, lalu terkait masa depan, itu seperti adanya kecemasan. Jadi, orang yang tidak bisa berdamai dengan masa lalunya yang dianggap tidak menyenangkan, atau tidak sesuai dengan kondisi yang diharapkan, serta kecemasan terhadap masa depa,n tentu ini jadi pemicunya,” ujar Okina kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon.

Ia mengamini kalau masalah kesehatan mental, memang banyak dirasakan oleh para atlet. Banyak studi yang sebagian besar menulis problem mental health yang dialami atlet disebabkan faktor cedera, kelelahan, dan tingginya tingkat kompetisi. Sehingga hal itu pada akhirnya tidak mampu ditanggung oleh mereka.

“Mental para atlet ini kan, sangat dipaksakan untuk kuat, padahal tidak sehat juga. Sebenarnya, dulu Olimpiade ini ajang olahraga internasional yang tujuannya untuk menghadirkan persahabatan antar negara, saling berbagi keahlian antar atlet berbeda negara,” kata Okina.

“Tapi kenyataannya, sekarang bergeser jadi ajang entertainment yang berbeda dengan niat awalnya. Belum lagi juga berkaitan dengan bisnis, dan tidak dipungkiri ada kecurangan di situ. Kemudian target bonus besar-besaran, seolah atlet menjadi taruannya,” lanjutnya.

Share: Berkaca dari Simone Biles, Pentingnya Atlet Menjaga Kesehatan Mental