Greysia Polii, 33, berteriak, mengacungkan tangan, berlari keliling lapangan, sebelum akhirnya memeluk pasangan ganda putrinya, Apriyani Rahayu, di sudut lapangan di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Senin (2/8/2021).
Angka di papan skor bahkan belum memastikan match point, karena pasangan Cina Jia Yifan/Chen Qicheng yang menjadi lawan di partai final mengajukan challenge atas pukulan terakhir mereka.
Hanya butuh beberapa detik hingga sistem hawkeye menunjukkan hasil resmi. Pukulan tersebut dinyatakan keluar dan skor berubah menjadi 21-15, skor gim kedua yang memastikan status juara olimpiade bagi Greysia/Apriyani sekaligus medali emas bagi Indonesia.
Keduanya pun larut dalam tangis bahagia, saling mengucapkan terima kasih khususnya kepada sang pelatih, Eng Hian. Keduanya bahkan tak ragu untuk menunjukkan sportivitas sebagai salah satu nilai olimpide, yakni dengan mengajak kemenangan mereka bersama peraih perak Jia/Chen asal Cina dan peraih perunggu Kim So-yeong/Kong Hee-yong asal Korea di podium. Mereka membentuk lingkaran dan bersorak bersama layaknya sebuah tim.
Kemenangan Greysia/Apriyani ini mengakhiri penantian panjang tim Merah Putih untuk melengkapi koleksi medali olimpiade di lima nomor. Tampil di Olimpiade Tokyo 2020 sebagai pasangan yang tak diunggulkan, Greysia Polii/Apriyani Rahayu mampu melewati babak demi babak hingga di final.
Keduanya merebut medali emas setelah menekuk pasangan Jia/Chen, 21-19, 21-15. Prestasi keduanya tak hanya sukses mempertahankan tradisi medali emas olimpiade dari cabang tepok bulu, namun juga mengakhiri penantian panjang medali emas di nomor ganda putri. Sebelumnya, pencapaian terbaik tim Merah Putih di nomor ini hanya sampai perempat final.
Greysia Tebus “Dosa”
Pencapaian ini juga menjadi penantian panjang Greysia untuk menapaki podium olimpiade, khususnya usai tersandung skandal di Olimpiade 2012.Greysia yang saat itu berpasangan dengan Meiliana Jauhari didiskualifikasi, diduga sengaja mengalah saat menghadapi pasangan Korea Ha Jung Eun/Kim Min Jung di babak penyisihan Grup C. Mereka diduga berbuat hal tersebut agar terhindar bertemu dengan pasangan Cina Wang Xiaoli/Yu Yang di babak perempat final.
Hal tersebut dianggap melanggar kode etik. Federasi Bulu tangkis Dunia (BWF) pun mendiskualifikasi keduanya beserta tiga pasangan lainnya, termasuk Wang/Yu dan Ha/Kim, dan tidak bisa bertanding lagi di Olimpiade London.
Empat tahun berikutnya, Greysia kembali tampil bersama pasangan barunya, Nitya Krishinda Maheswari di Olimpiade Rio 2016. Mereka terhenti di babak perempat final karena Nitya menderita cedera.
Di Olimpiade Tokyo, penantian panjang itu diakhiri Greysia bersama dengan Apriyani. “Saya tidak percaya ketika shuttlecock out dan menjadi poin bagi kami di akhir game kedua. Sejujurnya saya masih tak menyangka menjadi juara olimpiade. Kami hanya mencoba menang poin demi poin. Kami memang ingin membuat sejarah bagi bulutangkis, sejarah untuk indonesia,” kata Greysia usai pertandingan seperti dikutip dari NOC Indonesia.
“Rasanya bercampur aduk. Mungkin orang tak percaya kami, tapi kami percaya kami. Tuhan percaya kami. Korea dan China lawan yang kuat. Kami hanya mau memberikan yang terbaik untuk Indonesia.”
“Medali emas ini bukan hanya impian Kak Greysia, tetapi juga saya. Medali emas ini untuk almarhum orang tua saya dan kakakku,” tambah Apriyani.
Baca Juga: Luar Biasa! Greysia/Apriyani Raih Emas Olimpiade Tokyo 2020
Greysia dipasangkan dengan Apriyani pada 2017, setelah Nitya cedera. Greysia sempat berniat menggantung raket, namun rencana itu ditunda Eng Hian memintanya untuk mendampingi Apriyani yang baru tiba di Pelatnas PBSI Cipayung.
“Saya berpasangan dengan Greysia empat tahun lalu. Perjalanan panjang, di mana saya belajar untuk mendewasakan diri. Hari ini kami mendapatkan semua, berkat dari Allah dan doa keluarga serta masyarakat Indonesia. Kami sangat senang dan Bahagia,” kata Apriyani.
Apriyani Lebih Matang
Ketua Harian Perkumpulan Bulu tangkis (PB) Jaya Raya, Imelda Wiguna, mengaku terkejut dengan penampilan kedua pemain yang berasal dari klub asuhannya tersebut mengingat perbedaan umur mereka dan sikap mental Apriyani yang sebelumnya.
“Tidak ada yang menduga itu. Ini anak [Apriyani] aku rekrut karena aku lihat dia memang bagus. Dia sempet juara junior Jaya Raya GP lalu dipanggil pelatnas. Awal dipasangkan dengan Greys belum cocok, karena Apri termasuk atlet yang belum matang, masih kekanak-kanakan. Sempet bikin repot pelatihnya Eng Hian dan Greys juga. Saya juga dipanggil biasanya untuk menengahi kalau sedang ada masalahnya,” ujar mantan pemain spesialis ganda ini ketika dihubungi Asumsi.
Namun di olimpiade ini, Imelda mengaku melihat perubahan besar Apriyani.“Dia menunjukkan peningkatan permainan 2 level di atas. Sangat jarang mati sendiri, endurance-nya luar biasa, lompat-lompat terus, defense-nya bagus. Kombinasi drop shot dan smash-nya lengkap. Itu yang membuat Greys tidak terganggu lagi berpikir harus back up Apri. Kedewasaan Greys yang membuat Apri main lebih tenang. Itulah pentingnya kedewasaan senior dalam mengayomi partner yang lebih muda.”
Peran besar Eng Hian, lanjut Imelda, juga tak lepas dalam membentuk pasangan ini.“Hubungan Didi [panggilan Eng Hian] erat dengan anak-anak didiknya. Anak-anaknya tak hanya merasa pede ke diri sendiri, namun juga ke pelatih. Pelatih pasti punya program sendiri untuk meningkatkan permainan Apri hingga menonjol,” ujar Imelda.
Apriyani sendiri usai memastikan meraih emas Olimpiade berkelakar dirinya akan makan tempura. “Makan tempura banyak nih,” ucap dia.
Dengan hasil ini, Indonesia langsung melesat ke peringkat 34 di klasemen sementara.Sementara bagi Greysia/Apriyani, kemenangan ini juga menambah pundi-pundi kekayaan mereka, setelah pemerintah Indonesia menjanjikan pemenang medali emas masing-masing meraih bonus Rp5 miliar.