Isu Terkini

Gojek Klaim Skema Insentif Baru Lebih Adil, Driver: Untungnya dari Mana?

Irfan — Asumsi.co

featured image
Unsplash/Fikri Rasyid

PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) angkat bicara menanggapi ancaman mogok para mitranya. VP Corporate Communications Gojek Audrey Petriny, sebagaimana dilansir dari Bisnis.com, menyebut skema baru insentif GoSend Sameday memberi peluang yang adil bagi para mitra.

Menurut Audrey, dalam ketentuan lama, insentif baru diberikan ketika mitra pengemudi menyelesaikan minimum lima pengantaran. Sementara di skema saat ini, semua mitra berhak mendapat insentif, meski hanya menyelesaikan satu pengantaran saja. Ia juga mengatakan GoSend tidak mengubah skema pendapatan atau tarif pokok per jarak tempuh bagi mitra driver.

“Kebijakan ini merupakan langkah untuk lebih memeratakan jumlah mitra yang dapat memperoleh insentif tersebut,” kata Audrey.

Baca juga: Driver Gokilat Ancam Mogok, Imbas Dari Penurunan Insentif | Asumsi

Secara detil, pada skema lama, Gojek memberlakukan skema paket. Mitra dapat meraup untung tambahan jika menyelesaikan lima pesanan dengan nilai Rp 10.000. Sementara jika mitra tidak bisa mencapai lima pesanan, maka pesanan satu sampai keempat tidak mendapatkan insentif.

Nilai insentif bertambah menjadi Rp 30.000 untuk 8 pengantaran dan seterusnya. Adapun jika mitra melakukan 15 pengantaran atau lebih maka akan mendapat Rp 100.000.

Sementara dalam skema insentif baru, Gojek menghapus batas minimal pengantaran dan menggantinya dengan perhitungan bahwa untuk jumlah satu sampai sembilan pengantaran, maka mitra berpeluang mendapat Rp 1.000 per pengantaran. Kelipatannya naik jika mitra berhasil melakukan 15 pengantaran lebih. Dengan demikian, nilai per jumlah aktivitas pengantarannya meningkat menjadi Rp 2.500 per pengantaran.

Turun Drastis

Sementara itu, Yulianto, salah satu pengemudi yang dihubungi Asumsi, menampik klaim yang dinyatakan oleh pihak Gojek. Menurutnya, dalam skema lama, seorang pengemudi bisa mengantungi insentif Rp 10.000 dari mengantarkan tujuh barang yang dihitung menjadi satu bid. Dengan ketentuan sekarang, mengantarkan barang dengan jumlah sama hanya dapat mengantungi insentif Rp 7.000 saja.

“Jadi untungnya dari mana? Perbedaannya saja Rp 3.000. Sedangkan kalau kita menyelesaikan 10 barang, seorang driver bisa dapat Rp 45.000. Di skema yang baru cuma Rp 10.000,” kata Yulianto.

Alasan pemerataan seperti yang disampaikan pihak Gojek pun dinilai tidak tepat. Menurutnya, mitra GoSend Sameday berbeda dengan mitra Gojek lainnya. Mereka bertugas hanya mengantarkan barang saja tanpa bisa menerima layanan penumpang. Dengan begitu, maka akan tidak mungkin seorang mitra GoSend Sameday hanya mengantar satu barang dalam sehari.

Baca juga: Tak Ada Bonus Harian, Driver Gojek Ogah Narik Bikin UMKM Kerepotan | Asumsi

“Kalau misalnya driver yang nyelesain satu orderan bisa dapat bonus, ya kenapa jadi driver malas? Lagian enggak mungkin driver GoSend Sameday cuma narik satu barang doang,” ucapnya.

Apalagi, menurutnya, tak jarang pengemudi menemui pesanan barang dengan tarif Rp 0. Kalau satu barang hanya diberi insentif Rp 10.000, maka akan sulit bagi mitra untuk mendapat penghasilan yang cukup. “Jadi nguntunginnya dari mana?” kata dia.

Untuk itu pihaknya pun menegaskan akan tetap melakukan mogok off-bid, Selasa (8/6/2021). Menurutnya, hal ini akan dilakukan tiga hari sejak tanggal 8 sampai 10 Juni 2021. Yulianto, mewakili teman-teman lainnya di GoSend Sameday, meminta maaf pada konsumen karena telah mengambil langkah ini untuk memperjuangkan nasib mereka yang telah dicederai.

“Kami ingin melihat respon dari pihak Gojek. Kalau tidak ada respon, kami akan atur strategi lagi dengan melakukan audiensi ke Kementerian Perhubungan,” ucap dia.

Sebelumnya, kabar ancaman mogok pengemudi Gokilat atau GoSend Sameday viral lewat cuitan Arif Novianto. Peneliti Muda di Institute of Governance and Public Affairs (IGPA), Universitas Gadjah Mada ini menyebut kalau pemogokan akan dilakukan di area Bandung dan Jabodetabek.

Baca juga: Gojek dan Tokopedia Merger, Ini yang Perlu Diketahui | Asumsi

Selain off-bid secara massal, aksi juga akan dilakukan dengan mengirimkan karangan bunga ke kantor Gojek. Ini sebagai pertanda duka cita para mitra atas kebijakan perusahaan yang dianggap mencekik mitranya.

Arif menyebut keputusan penurunan insentif sepihak dari manajemen Gojek setidaknya melanggar beberapa hal, yakni UU No. 20 Tahun 2008, yang mengatakan setiap keputusan dalam hubungan kemitraan tidak boleh dilakukan sepihak, tapi perlu ada perundingan bersama antar pihak yang bermitra. Selain itu, Permenhub PM No. 12 Tahun 2019 sudah mengatur penentuan tarif harus berdasar pada: penyusutan kendaraan dan handphone, bunga modal, pengemudi (tenaga kerja), asuransi, pajak kendaraan bermotor, bahan bakar, ban, pemeliharaan dan perbaikan, pulsa/kuota internet, hingga profit untuk mitra.

“Dampak upah murah dan beban kerja tinggi ke driver/kurir tidak hanya dirasakan driver, tapi juga konsumen. Sejak akhir April 2021, banyak driver yang pilih-pilih orderan, yang di bawah 4 km dari jaraknya yang dipilih. Banyak order yang tidak diambil, dampaknya paketan enggak dapat kurir,” ucap Arif.

Kepada Asumsi.co, Arif menyebut pembicaraan antara manajemen dan mitra dilakukan hari ini, Senin (7/6/2021), menyusul ramainya kabar mitra yang hendak mogok. Namun tidak ada titik temu dan pihak mitra memilih walk out.

Share: Gojek Klaim Skema Insentif Baru Lebih Adil, Driver: Untungnya dari Mana?