Pemerintah Kabupaten Gorontalo dan Bone Bolango sebagai anggota dari Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), menggelar acara Festival Kabupaten Lestari (FKL) 2021. Acara yang diselenggarakan untuk keempat kalinya ini, berlangsung pada 23 hingga 28 November 2021 secara daring dan luring.
Gaungkan Budaya Pelestarian Alam
Perhelatan FKL kali ini, mengangkat tema Merangkai Kembali Identitas Lestari. Tema itu bertujuan untuk menyadarkan kembali pentingnya budaya melestarikan alam yang telah dilakukan oleh generasi-generasi sebelumnya.
Bupati Bone Bolango, Hamim Pou, menegaskan, pentingnya menjaga identitas daerah serta mengimplementasikan kelestarian budaya dengan semangat gotong royong.
“Sehingga, lingkungan dapat terus terawat dan mampu mensejahterakan warganya. FKL digelar dengan mengedepankan semangat kolaborasi dalam rangka mendorong pembangunan berkelanjutan,” katanya.
Ia menambahkan, festival ini juga menjadi ajang untuk merayakan, serta saling bertukar pandangan soal perkembangan visi Kabupaten Lestari. Hal itu dilakukan melalui tradisi dan kearifan lokal yang menginspirasi berbagai pihak.
“Menginspirasi inovasi yang tepat sasaran dalam berbagai bidang, termasuk tata kelola lahan, pengelolaan sampah dan pengembangan energi bersih terbarukan,” ucapnya.
Sementara itu, Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo mengharapkan, festival tersebut bisa menjadi wadah bagi masyarakat Gorontalo dan Bone Bolango, serta seluruh kabupaten anggota dan jejaring mitra LTKL, untuk merayakan kearifan lokal, budaya, dan berbagai inovasi ramah lingkungan.
“Serta ramah sosial sebagai identitas bangsa yang luar biasa penting dalam mewujudkan visi ekonomi lestari. Melindungi alam adalah upaya kami untuk menjaga kualitas tanah dan air, agar tradisi pangan dan rempah kami dapat terus berkembang,” ujar Nelson.
Ia menambahkan, melalui acara ini juga, diharapkan bisa terus mendorong pemanfaatan teknologi tepat guna demi meningkatkan kemampuan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) saat ini.
“Untuk mengolah produk bernilai tambah dan mengelola pariwisata secara turun temurun. Kami percaya bahwa, identitas lestari ini dapat menjadi modal penting untuk menghadapi berbagai tantangan ke depan, termasuk ancaman krisis iklim,” pungkasnya.
Kegiatan Acara
Pada hari pertama dan kedua, FKL 4 menggelar segmen Obrolan Lestari berupa diskusi interaktif dalam format webinar yang membahas pembangunan daerah. Topik yang diangkat menekankan pada semangat kolaborasi seiring dengan pelestarian alam dalam proses pembangunannya.
Obrolan Lestari berlangsung dalam dua bagian. Kegiatan ini menghadirkan berbagai pembicara dari level pemangku kepentingan. Melalui bincang-bincang ini diharapkan, rencana pemda setempat untuk merumuskan terkait pembangunan menuju kelestarian alam, semakin kuat dan masif.
Obrolan Lestari 1 merupakan program berbentuk panel eksklusif yang akan mendiskusikan skema insentif ke daerah dari perspektif pemangku kepentingan. Selain itu, mekanisme pelaporan suatu daerah juga jadi poin pembahasan dalam sesi webinar ini.
Sementara Obrolan Lestari 2, akan berfokus pada diskusi untuk mendorong UMKM serta pengelolaan potensi lestari agar dapat menjadi pintu ke pasar nasional dan ekspor. Optimalisasi potensi UMKM juga diaplikasikan dalam program Business Matching: Temu Usaha FKL, yang bertujuan untuk mempertemukan UMKM di daerah dengan calon investor atau pembeli.
Ada pula kegiatan Temu Inovasi Lestari yang menjadi program diskusi interaktif. Kegiatan ini menghadirkan para inovator sukses dalam proses pembangunan menuju kelestarian dari berbagai sektor.
“Pengoptimalan potensi UMKM ini juga dilaksanakan dengan program Pameran UMKM, yang menghadirkan UMKM unggulan yang telah dikurasi dari Kabupaten Gorontalo dan Bone Bolango,” kata pihak penyelenggara.
Sementara itu, pada 26 dan 27 November diawali dengan Temu Inovasi Lestari, pameran UMKM hingga tanaman hias, seperti tanaman bonsai kelapa, dan sanseviera.
“Pameran ini diselenggarakan di Taman Budaya Limboto, Kabupaten Gorontalo dan berlangsung hingga 27 November 2021, serta terbuka untuk publik,” kata penyelenggara.
Acara dimeriahkan hiburan pada program Irama Lestari. Musisi Iwan Fals akan turut tampil secara virtual dalam panggung Irama Lestari pada 26 November 2021, bersama dengan Hulontalo Etnik, kolektif musik yang memainkan alat musik tradisional Gorontalo dan Bone Bolango dalam pertunjukannya.
Penghargaan Desa Lestari
Pada hari terakhir, 28 November 2021 digelar penutupan FKL 4 yang berlangsung di Rumah Dinas Bupati Kabupaten Bone Bolango. Acara malam penutupan dibuka dengan tarian tradisional Tidi Lo Polopalo, lalu dilanjutkan sambutan oleh Bupati Bone Bolango, Hamim Pou.
Ia mengatakan, FKL bukan sekadar acara perayaan tahunan, melainkan juga jalan untuk memperkuat gotong royong multipihak untuk pembangunan di Kabupaten Bone Bolango dan Gorontalo.
“Kami telah banyak bertukar belajar dari teman-teman di seluruh Indonesia mengenai inovasi perlindungan lingkungan, baik melalui perlindungan keanekaragaman hayati, pengembangan UMKM, maupun komoditas yang berkelanjutan,” ujar Hamim.
Ia juga menyampaikan, komitmen inovasi dari FKL akan ditindaklanjuti oleh Kabupaten Bone Bolango, melalui mekanisme perencanaan dan kebijakan yang melindungi kawasan konservasi.
“Dengan cara-cara yang memberikan alternatif ekonomi bagi masyarakat Bone Bolango, seperti pengembangan produk UMKM bernilai tambah, dan pariwisata yang amah lingkungan & ramah sosial,” ucapnya.
Malam penutupan tersebut sekaligus menjadi momen penyerahaan penghargaan Desa Lestari kepada lima desa yang memperoleh prestasi implementasi kelestarian alam. Pertama, Desa Bagio yang berkontribusi mengelola pengembangbiakan burung endemik maleo bersama TNBNW.
Penghargan kedua, diterima Desa Tulabolo atas kontribusinya dalam menjaga Sanctuary Maleo Hungayono dengan membuat peraturan desa, berupa larangan berburu dan pengembangan ekowisata.
Selanjutnya, Desa Huntu Selatan juga menerima penghargaan atas peranannya melindungi dan menjaga kearifan lokalnya. Desa Lonuo dan Desa Ilomata, merupakan dua desa terakhir yang menerima penghargaan atas kontribusinya melakukan pemulihan ekosistem pengembangan ekowisata, untuk menjaga kearifan lokal.
Wakil Bupati Gorontalo, Hendra S. Hemeto menimpali, bencana yang melanda Gorontalo dan kabupaten-kabupaten lainnya, mesti menjadi pengingat bahwa lingkungan menjadi penentu masa depan.
“Untuk itu, kebijakan dan perencanaan pembangunan harus berbasis pada lingkungan agar masyarakat hidup aman dan sejahtera. Semoga FKL menjadi momentum bagi kita untuk mempererat gotong royong multipihak sekaligus melindungi kelestarian alam kabupaten kita masing-masing,” imbuh Hendra. (rfq)\
Baca Juga:
Diklaim Miss World Malaysia, Ini Sejarah Batik Indonesia Hingga Diakui UNESCO